[caption id="attachment_34017" align="aligncenter" width="150"] Oleh: Nanang Purwono[/caption]
Optika.id - Surat Soekarno, yang ditulis pada 24 Juni 1954 buat kawan sekelasnya, Tjiel Romers, ketika bersekolah di HBS Surabaya, cukup menarik. Surat itu untuk sementara ini menjadi satu satunya bukti otentik yang menunjukkan Soekarno sekolah di HBS. Dalam surat itu Soekarno menuliskan bahwa dia bersekolah di sana.
Baca Juga: Ganjar Ungkap Anak Muda Harus Belajar Kepemimpinan Soekarno, Apa Itu?
Ia (Tjiel Romers) adalah kenalan baik dari saja, sedjak dari bangku sekolahan H.B.S. di Surabaja sampai sekarang, begitu bunyi petikan surat yang ditujukan kepada Gubernur Nusa Timur di Singaraja, Bali.
[caption id="attachment_44227" align="aligncenter" width="662"] Copy surat dari Soekarno yang masih disimpan Boy Marlisa.[/caption]
Surat itu memperkenalkan temannya, Tjiel Romers, kepada Gubernur Nusa Timur. Tujuannya agar Gubernur Nusa Timur di Singaraja, Bali dapat membantu Tjiel Romers berdagang (membeli) minyak kayu putih dan kopi Bali.
Surat yang ditulis pada 24 Juni 1954 itu masih disimpan oleh Boy Marlisa (80), yang tidak lain adalah anak tiri Tjiel Romers. Berdasarkan genealogi keluarga Romers diketahui bahwa Tjiel Romers menikahi ibu Boy Marlisa yang bernama Toos Raem, setelah Tjiel Romers bercerai dari istri ke tiga, Fennar Charlotte Everhardine Swart, pada 18 Oktober 1962.
Toos Raem adalah istri ke empat dari Tjiel Romers. Kedua sudah meninggal di Belanda dan dimakamkan dalam satu liang lahat di kota Tiel, Belanda. Tjiel meninggal lebih dahulu pada 8 Januari 1982, di usia 81 tahun. Sementara Toos Marlisa Raem meninggal empat tahun kemudian pada 7 Juni 1986 di Tiel, di usia 66 tahun.
Boy Marlisa, putera Toos Marlisa dari bapak yang berbeda, masih menyimpan surat yang ditulis oleh Soekarno buat bapak tirinya, Tjiel Romers. Surat ini menjadi bukti otentik bahwa Soekarno adalah murid HBS Surabaya. Selama ini kabar tentang Soekarno sekolah di HBS Surabaya berasal dari sumber sumber buku.
Ini Soekarno bicara sendiri melalui surat bahwa ia sekolah di HBS Surabaya," kata Boy Marlisa ketika menyerahkan dokumen ke penulis.
Ketika ditanya apakah Boy Marlisa tidak keberatan jika copy surat itu disimpan di museum, yang bakal dibuka oleh Pemerintah Kota Surabaya. Ia menjawab tidak keberatan.
Baca Juga: Kuasa Rezim Politik Menggilas Musik dan Budaya
Tentu surat itu akan menambah khasanah kesejarahan Soekarno di Surabaya, terutama sejarah masa muda Soekarno ketika sekolah di Horgere Burge School (HBS) Surabaya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Kabid Kebudayaan Disbudporapar Kota Surabaya, Herry Purwadi, menyambut positif atas kesediaan warga yang mau berkontribusi untuk mengisi museum Soekarno nantinya.
Ini akan mendorong warga Surabaya lainnya untuk bergotong royong membangun Surabaya melalui literasi sejarah dalam bentuk museum, khususnya museum Soekarno," kata Cak Herry Purwadi yang dihubungi lewat sambungan mobile phone pada Sabtu, 1 Oktober 2022.
Sementara itu, wakil ketua DPRD Kota Surabaya, A. Hermas Thony juga mengapresiasi itikad baik warga yang mau menyumbangkan artefak terkait dengan sejarah Soekarno di Surabaya. Karena itikad baik ini dapat mendorong warga lainnya yang memiliki artefak terkait dengan sejarah Soekarno muda di Surabaya untuk diabadikan di museum demi kepentingan edukasi, penelitian dan ilmu pengetahuan.
Masih menurut AH Thony, artefak berupa surat yang ditulis Soekarno pada 24 Juni 1954 untuk temannya Tjiel Romers menjadi refleksi nyata keberadaan Soekarno di HBS Surabaya.
Baca Juga: Tak Hanya Covid-19, Ini Penanganan Penyakit Menular dari Soekarno Hingga Soeharto
Ini semakin meneguhkan sejarah Soekarno di Surabaya karena Soekarno mengatakan dan menyatakan sendiri bahwa dia sekolah di HBS," pungkas Thony. Karenanya, pemerintah kota selayaknya memberikan penghargaan kepada warga, yang mau menyumbangkan artefak penting terkait dengan upaya rekontruksi sejarah Surabaya, khususnya sejarah Soekarno di Surabaya.
Tidak mudah memang mengumpulkan benda benda yang terkait dengan masa Muda Soekarno, terlebih, yang bisa mendukung keberadaan Soekarno muda di Surabaya.
Penulis: Nanang Purwono (Pegiat Sejarah Surabaya/Begandring Soerabaia)
Editor: Pahlevi
Editor : Pahlevi