Siapa Cawapres yang Pas Buat Anies? Rocky Gerung Sarankan Luhut Binsar

author Seno

- Pewarta

Sabtu, 05 Nov 2022 19:20 WIB

Siapa Cawapres yang Pas Buat Anies? Rocky Gerung Sarankan Luhut Binsar

i

images (39)

Optika.id - Tampaknya sampai detik ini, Anies Baswedan belum mengumumkan siapa pendampingnya di kontestasi Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.

Pengamat Politik Rocky Gerung pun menyarankan nama Menteri Koodinator Maritim dan Investasi (Menko Marves), Luhut Binsar Panjaitan. Rocky menilai bahwa Luhut memenuhi kriteria untuk menjadi calon wakil presiden atau cawapres Anies Baswedan di Pilpres 2024.

Baca Juga: Intip Hangatnya Pertemuan Anies, Pramono, dan Rano di Lebak Bulus

Kalau hari ini kita bertanya, siapa yang memenuhi kriteria itu, tidak ada, yang di dalam bayangan kita nggak ada. Tapi di dalam bayangan saya ada, ujar Rocky Gerung seperti dikutip Optika.id dari channel YouTube FNN, Sabtu (5/11/2022).

Orang yang mampu memanage administrasi presiden dengan kapasitas teknokratik adalah orang yang sekarang pernah ada di dalam pemerintahan. Jadi anda cari tiga itu siapa yang bisa. Cuman satu, Luhut Binsar Panjaitan, saya serius. Kalau kita logika bagus begitu cara berpikirnya, sambungnya.

Menurut Rocky, Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dan politisi PKS Ahmad Heryawan (Aher) tidak mampu menandingi Luhut. Dia mengatakan bahkan Anies dan NasDem tidak akan mempermasalahkan jika Luhut merupakan bagian dari oligarki.

Tapi nanti orang merasa itu bagian dari oligarki. Anies tidak menyebutkan oligarki sebagai syarat di tiga itu. Yang menuntut supaya Anies tidak dengan oligarki adalah relawan bukan NasDem, tukasnya.

Luhut Tolak Jadi Cawapres 

Sebelumnya, Menteri Koodinator Maritim dan Investasi (Menko Marves), Luhut Binsar Panjaitan, menolak menjadi calon wakil presiden atau cawapres Anies Baswedan di Pilpres 2024.

Luhut menegaskan, dirinya tak akan memikirkan soal Pilpres atau dinamika politik yang terjadi di 2024.

"Nggak (jadi cawapres Anies), saya sudah bilang saya tak terpikir untuk ke situ lagi," kata Luhut beberapa waktu yang lalu.

Luhut menegaskan, pada 2024 nanti dirinya tidak akan lagi berurusan dengan politik. Menurutnya, semua sudah cukup.

"Saya 2024 saya pikir sudah cukup lah," tuturnya.

Dia mengatakan, akan tegas menolak sekalipun nanti ada yang menawarkan untuk maju Pilpres 2024.

Dijodohkan dari Luar Koalisi

Sementara itu, Ketua DPP Partai NasDem Willy Aditya menyebut, Anies Baswedan tengah dijodohkan dengan tokoh yang elektabilitasnya tinggi dalam hasil survei capres-cawapres. Nama ini berasal dari luar koalisi NasDem, Demokrat dan PKS.

"Ada beberapa nama yang terus menerus dikomunikasikan, terus menerus dibangun chemistry, baik lahir maupun batin," ujar Willy dalam keterangannya, Jumat (4/11/2022).

Willy belum menyebut siapa nama tokoh yang sedang dijodohkan dengan Anies. Ia akan membuka nama tersebut bila perjodohan sudah mencapai 90 persen.

"Jangan sekarang lah, nanti kalau kita buka semua, kalau sudah 90 persen baru kita buka," katanya.

Dia memberikan sinyal nama yang sedang dijodohkan Anies tidak jauh dari 10 besar yang muncul di elektabilitas capres survei. Serta tidak juga keluar dari radar koalisi.

"Teman-teman tahu lah siapa yang ada di dalam radar, dan tidak terlalu jauh. Ya namanya tidak mungkin nama yang bukan hanya populer tapi tidak mungkin keluar dari radar itu sendiri," ujar Willy.

Nama cawapres ini juga harus memenuhi kriteria menyolidkan partai-partai di koalisi. Serta punya hubungan yang baik dengan Anies. NasDem tidak ingin terjadi kawin paksa.

"Masih cukup waktu membangun chemistry di dua ranah, dengan capres sendiri dan chemistry dengan Parpol. Seperti yang disampaikan pak Anies tentu kehadiran cawapres bisa menyolidkan partai koalisi, bukan justru membuat retak koalisi. Nah itu yang kemudian terus menerus kami matangkan," kata Willy.

Tokoh yang sedang dijodohkan, kata Willy, bukan berasal dari usulan NasDem. Hanya saja NasDem rasional untuk memilih cawapres yang punya elektabilitas baik. NasDem juga menyerahkan sepenuhnya kepada Anies untuk memilih.

"NasDem rasional saja. Kan kami sudah menyerahkan ke pak Anies, jadi silahkan pak Anies memutuskan itu," kata wakil ketua Baleg ini.

Diketahui, Anies Basewedan kini tengah berada dalam dua pilihan. Demokrat menyodorkan AHY dan PKS ingin Ahmad Heryawan (Aher) menjadi calon wakil presiden.

Baca Juga: Tom Lembong Terjerat Kasus Impor Gula, Anies Buka Suara

AHY Lebih Menguntungkan 

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Direktur Eksekutif Lembaga Survei Indonesia (LSI) Djayadi Hanan punya analisis dari dua tokoh calon pendamping Anies tersebut. Dia mengatakan, AHY lebih menguntungkan dari segi elektabilitas.

"Secara individu, di berbagai survei, elektabilitas AHY sebagai cawapres lebih tinggi dari Aher. Karena nama Aher cenderung belum muncul sebagai nama cawapres yang unggul," kata Djayadi Hanan dalam keterangannya, Jumat (4/11/2022)

Tak hanya dari segi elektabilitas, AHY juga mampu meraup suara dukungan dari Jawa Timur. Sementara Aher hanya kuat di Jawa Barat, karena mantan Gubernur Jawa Barat.

"Sebagai mantan Gubernur Jabar, Aher lebih kuat di Jawa Barat, sedangkan AHY, kemungkinan bisa lebih kuat di Jawa Timur. Karena basis Demokrat ada juga di Jatim, terutama daerah asal SBY dan beberapa daerah di sekitarnya. Secara elektabilitas, Anies mungkin bisa lebih terbantu bila berpasangan dengan AHY karena Anies lemah sekali di Jatim, dan cukup kuat di Jabar," jelasnya.

Djayadi menyebut, sosok AHY dipersepsikan sebagai sosok nasionalis. Yang mana, sosok tersebut sangat dibutuhkan Anies untuk mencari dukungan.

"Anies lebih dipersepsi dekat dengan kalangan Islam, sama dengan Aher. Sedangkan AHY lebih dipersepsi sebagai nasionalis. Sehingga AHY bisa lebih saling melengkapi dengan Anies (komplementaritas)," tandasnya.

Kendati demikian, dia yakin AHY tak cuma bersaing dengan Aher. Tapi nama besar seperti Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa. Sebab, Khofifah juga memiliki basis suara dukungan yang lumayan cukup banyak.

"Kalau sama Khofifah, mungkin bisa bersaing cukup ketat dengan AHY, kalau hanya bicara potensi elektabilitas. Khofifah juga cukup kompetitif sebagai bakal cawapres, dan bisa saling melengkapi dengan Anies," ungkap Djayadi.

Khofifah kuat di Jawa Timur, cukup kuat di kalangan pemilih perempuan, dan berasal dari kalangan NU. Cuma memang dari sisi nasionalisnya kurang didapat. Karena Anies dan Khofifah dianggap lebih sebagai representasi kalangan Islam," imbuhnya.

Fokus Pembentukan Koalisi

Selain itu menurut Anies Baswedan, saat ini belum saatnya menentukan calon wakil presiden (cawapres) untuk dirinya.

Mantan Gubernur DKI Jakarta itu mengungkapkan, saat ini Partai Nasdem, Partai Demokrat, dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) masih dalam tahap pembentukan koalisi.

Baca Juga: Luhut Masuk dalam Jajaran Kabinet Merah Putih, Apa Tugasnya?

Oleh sebab itu, lanjutnya, urusan cawapres ada waktunya.

Pada saat ini kita semua sadar, waktu penentuan nama itu pada waktunya nanti akan muncul. Sekarang biarkan proses koalisi itu berjalan dulu, ujar Anies kepada awak media di Jakarta Convention Center, Rabu (2/11/2022).

Dia berpendapat, nama cawapres akan dibicarakan setelah terbentuk koalisi.

Meski begitu, Anies mengungkapkan cawapresnya harus memenuhi tiga kriteria.

Satu, membantu pemenangan. Kedua, membantu stabilitas koalisi. Ketiga, efektivitas pemerintahan, jelasnya.

Terkait koalisi, Anies mengaku berterima kasih kepada Nasdem yang sudah terlebih dahulu berani mengusung dirinya sebgai capres.

Dia menambahkan bahwa saat ini Partai Demokrat dan PKS sedang dalam penjajakan dengan NasDem.

Dia pun berharap dapat segera bekerja sama dengan ketiga partai politik tersebut.

Harapannya nanti kalau PKS, kemudian Demokrat, pada waktunya kerja bersama, kita semua jangkau. Kita menghormati proses yang ada di dalam setiap partai, pungkasnya.

Reporter: Pahlevi

Editor: Aribowo

Editor : Pahlevi

BERITA TERBARU