Mengukur Hasil Survei dan Elektabilitas, Syahwat Politik Puan Maharani

author Uswatun Hasanah

- Pewarta

Selasa, 08 Nov 2022 19:43 WIB

Mengukur Hasil Survei dan Elektabilitas, Syahwat Politik Puan Maharani

i

202204290940-main.cropped_1651200013

Optika.id - Saat ini yang kerap tampil di papan atas berbagai lembaga survei politik sebagai calon presiden (capres) potensial Pilpres 2024 yakni beberapa nama, di antaranya Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, dan mantan Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan.

Menurut hasil survei yang dilakukan pada 1 7 Agustus 2022 oleh Poltracking Indonesia, misalnya, muncul nama Ganjar Pranowo sebagai urutan pertama capres potensial dengan elektabilitas mencapai 26,6%, disusul Prabowo Subianto dengan elektabilias 19,7% serta Anies Baswedan dengan 17,7%.

Baca Juga: Puan Berikan Respon Soal Kemungkinan Anies di Pilkada Jabar!

Selain ketiga nama tadi, ada sejumlah nama yang meramaikan bursa survei kandidat capres mendatang. Salah satu yang digadang-gadang sejak dulu yakni politikus PDIP sekaligus Ketua DPR RI, Puan Maharani. Sayangnya, dalam berbagai survei, termasuk survei yang dilakukan oleh Poltracking Indonesia tersebut, nama Puan hanya memiliki elektabilitas 2,2% saja.

Tak hanya Poltracking Indonesia, survei yang dilakukan oleh Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) pada 3 9 Oktober 2022 juga menujukkan hal yang sama. Nama Ganjar masih menduduki elektabilitas tinggi mencapai 24%, Prabowo Subianti 21%, Anies Baswedan 18,7n Puan jauh tertinggal dan hanya meraup 2,1%.

Terkait hasil survei di berbagai lembaga tersebut, Hendrawan Supratikno selaku Politikus PDIP enggan berkomentar banyak terkait dengan elektabilitas Puan yang susah untuk dijadikan modal bertarung di Pilpres 2024. Dia mengaku juga belum bisa memutuskan strategi yang bakal ditempuh oleh partai pimpinan Megawati Soekarnoputri yang mendongkrark elektabilitas Puan.

Ia hanya berkata, dalam setiap persoalan partai, sudah ada mekanisme yang mengatur penyelesaiannya. Sudah ada peraturan partai, ujar Hendrawan singkat kepada Optika.id, Selasa (8/11/2022). Dia menegaskan jika dirinya fokus dengan konstituen.

Sementara itu, politikus PDIP lain, Johan Budi Sapto Pribowo yang kerap disapa Johan ini tak sependapat jika hasil survei tersebut dijadikan acuan dalam mengukur prestasi capres. Menurutnya, elektabilitas saat ini merupakan hasil dari popularitas yang tersemai lewat media sosial, bukan prestasi tokoh. Dia menilai jika kelemahan Puan yang berimbas pada rendahnya elektabilitas hanya soal kalah populer dengan calon lain yang pencitraan di media sosial saja.

Johan berdalih jika saat ini Puan tidak mempunyai tim media sosial secanggih capres lainnya sehingga tidak ada yang mengelola media sosial dan memanfaatkannya untuk melakukan pencitraan.

"Beda dengan capres lain yang memoles citra di media sosial, sehingga muncul persepsi orang ini sederhana dan merakyat," kata Johan, Selasa (8/11/2022).

Johan menganggap jika Puan bukanlah tipikal politikus yang doyan main media sosial. Dia lebih memilih bergerak dengan cara konvensional dengan mendatangi lumbung suara yang potensial.

"Untuk bisa mendongkrak elektabilitas, Mbak Puan strateginya bekerja saja sudah sebagai Ketua DPR (atau) ke daerah-daerah, sambil nunggu keputusan Ketua Umum (PDIP Megawati Soekarnoputri), ucapnya.

Lebih lanjut menurut Johan tingkat elektabilitas Puan yang melempem di papan survei bukanlah pertanda Puan tidak bisa menantang capres favorit lainnya yang digadang-gadang potensial. Sebab, ujarnya, elektabilitas bukanlah satu-satunya ukuran untuk menang karena banyak calon yang diunggulkan oleh survei justru kalah dalam pemungutan suara.

Baca Juga: Puan ke Jokowi, Ingin RUU Perampasan Aset Bisa Dipercepat!

Jangan salah, banyak faktor yang membuat orang menang. Contoh Jokowi waktu Pilkada DKI Jakarta, popularitasnya itu rendah dibanding petahana Fauzi Bowo, Tapi kalah Fauzi Bowo. Saat Pilkada DKI Jakarta 2017, Ahok itu kepuasan publik tinggi, tapi kalah dengan Anies. ujarnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Sementara itu, Direktur Riset Indonesia Presidential Studies (IPS) Arman Salam menganggap jika Puan masih terlampau percaya diri mampu dalam memenangkan pertarungan Pilpres 2024 nanti dengan hanya bermodalkan dukungan PDIP, partai yang memenangkan Pemilu pada 2019 silam.

Padahal, Arman menilai untuk memenangkan Pilpres tersebut tak lepas dari figure calonnya. Dia melihat, dari hitung-hitungannya serta analisis hasil survei, Puan sangat mungkin bakal kandas lebih awal apabila hanya membawa modal elektabilitas sebanyak-banyaknya 2% saja.

"Figur Puan Maharani yang saat ini masih berjalan di tempat angka dukungannya, tutur Arman dalam keterangannya, Selasa (8/11/2022).

Selain tak ada jaminan calon yang didorong partai besar bakal sejalan terhadap perolehan dukungan, Arman melihat, prestasi yang dianggap publik spektakuler juga ikut memengaruhi angka dukungan seorang capres.

Apabila Pilpres 2024 nanti bakal diikuti oleh lebih dari dua pasangan calon, maka akan sangat sulit bagi Puan untuk bersaing. Menurut Arman, Puan lebih berpeluang jika hanya ada dua pasangan calon. Itu pun mesti dengan pertimbangan yang jeli siapa lawan yang akan tampil sebagai penantang dari Puan.

Baca Juga: Puan Sampaikan Terimakasih pada Mahasiswa Usai Revisi UU Pilkada Batal!

Kalau masih ingin bersaing, Arman memandang, Puan harus sesegera merancang strategi yang tak biasa untuk mendongkrak elektabilitas. Putri Megawati tersebut, lanjut Arman, juga butuh dukungan banyak tokoh di luar PDIP.

"Harus ada langkah strategis dan out of the box," pungkas Arman.

Reporter: Uswatun Hasanah

Editor: Pahlevi

Editor : Pahlevi

BERITA TERBARU