Gelombang PHK, Apa Antisipasi Jika Terkena PHK?

author Seno

- Pewarta

Kamis, 01 Des 2022 02:00 WIB

Gelombang PHK, Apa Antisipasi Jika Terkena PHK?

i

Screenshot_20221130-115820_Docs

Optika.id - Ekonomi global saat ini berada di tengah badai dengan gelombang inflasi tinggi yang dapat menenggelamkan banyak negara kedalam gelombang resesi. Akibatnya gelombang pemutusan hubungan kerja atau PHK tidak terhindarkan.

Sektor tekstil dan sepatu merupakan salah satu sektor yang sangat terdampak. Sampai Oktober 2022, dilaporkan sudah lebih dari 100.000 buruh terkena PHK.

Baca Juga: Apa itu Sesar Gempa? Penjelasan, Jenis-Jenis dan Sebarannya

Gelombang PHK tidak hanya menimpa industri padat karya dan manufaktur. Industri startup digital juga mengalami gelombang PHK sejak awal tahun 2022.

Tercatat ada belasan startup digital yang melakukan PHK antara lain: GoTo, Ruangguru, Sirclo, Shopee, LinkAja, Zenius, TaniHub, Fabelio, Xendit, Pahamify, JD.ID, Line, Mamikos, Tokocrypto, Lummo, MPL dan Beres.id.

Oleh karena itu, para pekerja perlu waspada jika amit-amit menyusul kena PHK. Sebagai langkah antisipasi, pekerja bisa mulai menyisihkan pendapatan dan mengendalikan belanja agar punya dana 'penyelamat' jika kena PHK.

Lantas, belanja apa saja yang harus dikendalikan oleh pekerja untuk antisipasi jika terkena PHK?

1. Belanja makanan

Perencana Keuangan dari Advisor Alliance Group (AAG) Indonesia Dandy mengatakan untuk risiko terkena PHK sendiri pastinya perlu siapin retrenchment fund atau dana penghematan setidaknya sebesar tiga kali gaji bulanan.

Untuk mengumpulkan dana itu, Anda bisa mulai mengendalikan belanja makan. Anda perlu menghemat dana untuk belanja makan dengan cara memasak sendiri di rumah. Hindari makan di luar yang memakan dana cukup banyak.

"Menghemat dari makanan kalau biasanya makan beli di luar bisa mulai dengan memasak sendiri agar lebih murah," kata Dandy Jumat (25/11). Dikutip dari cnnindonesia.com

Selain itu, kurangi juga ngopi-ngopi di tempat mahal. Jika tetap ingin ngopi, pilihlah tempat yang lebih terjangkau. "Kopi yang biasanya Starbucks bisa di ganti dengan yang lebih terjangkau harganya," ujar Dandy.

2. Belanja hobi dan nongkrong

Dandy menyarankan Anda bisa mulai mengendalikan belanja untuk hobi dan jalan-jalan atau nongkrong. Anda bisa menunda dahulu belanja hobi untuk sementara waktu sampai memiliki dana penghematan yang cukup.

Sementara untuk nongkrong bisa dikurangi intensitasnya. Jika biasanya Anda nongkrong setiap akhir pekan, bisa dikurangi menjadi sebulan dua kali atau sebulan sekali. Hal ini perlu dilakukan karena nongkrong biasanya memakan dana yang tidak terduga.

3. Belanja yang membawa komitmen jangka panjang

Baca Juga: Mulai Kemarin, Peringatan Internasional Hari Anti Kekerasan Perempuan

Perencana Keuangan OneShildt Consulting Budi Rahardjo mengatakan langkah pertama yang harus diambil adalah mengendalikan belanja yang membawa komitmen jangka panjang. Misalnya membeli suatu barang konsumtif yang bukan prioritas dengan cicilan jangka panjang.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Hal ini harus dikendalikan, apalagi jika barang konsumtif tersebut menimbulkan biaya tambahan untuk pemeliharaan atau pajak yang tinggi.

4. Belanja gaya hidup

Budi menuturkan belanja gaya hidup harus mulai dikurangi. Terlebih jika itu memang tidak begitu mendesak.

Menurutnya dana untuk belanja ini bisa dialokasikan untuk hal-hal yang lebih penting seperti menabung.

Adapun jika ingin tetap belanja yang sifatnya gaya hidup, uangnya sebaiknya telah dianggarkan secara khusus sejak jauh-jauh hari.

5. Persiapkan tabungan darurat

Selain mengendalikan belanja, Budi juga menuturkan jika perusahaan tempat Anda bekerja mulai ekonominya mulai lesu, Anda perlu mempersiapkan diri untuk membekali keuangan rumah tangga dengan tabungan dana darurat.

Baca Juga: Bukan K-Pop, Ini Fandom Terbesar di Indonesia

Ia menyebut dana tabungan darurat yang memadai idealnya paling tidak sebesar 3-6 bulan pengeluaran.

"Mulailah meminimalisir pengeluaran dengan menunda pengeluaran yang kurang penting sampai situasi dianggap sudah membaik dan stabil," imbuh Budi.

Selain itu, hindari juga investasi-investasi yang berisiko tinggi, kecuali apabila memang dana yang digunakan adalah dana dingin jangka sangat panjang.

Jadi mulailah bersiap dari dini untuk mengatasi hal yang belum terjadi!

Penulis: Vina Aprilyaningrum (Mahasiswi Stikosa-AWS)

Editor: Pahlevi 

Editor : Pahlevi

BERITA TERBARU