Seberapa Besar Partai Ummat Mengancam Elektabilitas PAN?

author Seno

- Pewarta

Sabtu, 31 Des 2022 19:19 WIB

Seberapa Besar Partai Ummat Mengancam Elektabilitas PAN?

Optika.id - Apakah lolosnya Partai Ummat dalam pileg (pemilu legislatif) 2024 bisa mengancam elektabilitas PAN (Partai Amanat Nasional)? Potensial ya. Otomatis? Belum tentu.

Baca Juga: Pengamat: Anies Tanpa PAN, Kontestasi Pilgub Masih Berjalan!

Secara teoritis captive pemilih PAN adalah juga Partai Ummat. Sebagian besar pemilih PAN adalah masyarakat Muhammadiyah. Begitu juga potensi pemilih Partai Ummat adalah warga Muhammadiyah. Tentu saja Muhammadiyah yang mana yang bakal pindah pilihan ke Partai Ummat. Sementara kedua parpol itu menjaring di luar warga Muhammadiyah pasti bisa namun tidak besar.

Kerawanan PAN di depan Partai Ummat tidak hanya dilihat dari segi captive pemilihnya. Tapi juga bisa dianalisis dari party identification (PI). PI merupakan keterikatan atau image masyarakat pemilih terhadap parpol (partai politik) tertentu. Pendiri PAN adalah Amien Rais. Karena itu PAN kental dengan sosok Amien Rais.

Di sisi lain PAN diimajikan sebagai parpol representasi orang-rang Muhammadiyah. Karena itu ada 2 imaji besar PInya PAN yaitu Amien Rais dan Muhammadiyah. Tentu saja PAN bisa lolos parliamentary threshold (PT) 4 persen dalam pemilu 2019 didukung oleh pemilih yang beragam. Namun tulang punggung warga Muhammadiyah bagi PAN adalah hal yang riil.

Amien Rais telah pindah ke Partai Ummat. Tentu saja Zulkifli Hasan (Zulhas) tidak otomatis menggantikan PInya PAN. Di sisi lain apakah orang-orang Muhammadiyah masih merasakan atau memandang PAN itu sebagai rumah besarnya?

Menurut Muhammad Arif Afandi, dosen Ilmu Sosial UNESA (Universitas Negeri Surabaya) bergantung variabel geografi, demokrafi, dan pertimbangan rasional warga Muhammadiyah. Secara geografi tidak semua warga Muhammadiyah memiliki keterikan ideologi dan emosi kepada Amien Rais sangat kuat, kata Andik lewat WhatsApps kepada Optika.id, Sabtu, 32/12/2022.

Pemilu diakuinya banyak faktor yang berpengaruh. Termasuk pengaruh sosiologis, seperti geografi. Misalnya keterikatan warga Muhammadiyah Jawa Timur kepada Amien Rais lebih kuat dibandingkan dengan orang Muhammadiyah Medan, Sumatra Utara.

Begitu juga terhadap faktor demografi dan pertimbangan rasional dari warga Muhammadiyah terhadap PAN tidak semua sama di seluruh wilayah Indonesia. Salah satu faktor kuat yang bisa menentukan warga Muhammadiyah tetap berada di rumah besar PAN adalah pilihan kandidat calon presiden (sebagai konsekuensi sistem distrik dan pengaruh sosial-prikologis), urai Andik kepada Optika.id lewat WhatsApp, Sabtu, 31/12/2022.

Pendapat Andik itu selaras dengan analisis Dr Abdul Aziz, dari Fisip Universitas Brawijaya Malang, yaitu dilihat dari captive pemilih dan PI parpol antara PAN dan Partai Ummat mempunyai irisan yang sama. Dengan kata lain baik PAN dan Partai Ummat saling berebut suara Muhammadiyah, meskipun tidak otomatis semua faktor elektabilitas PAN bisa diambil atau potensial direbut Partai Ummat, ujar Aziz, Sabtu 31/12/2022, lewat WhatsApp kepada Optika.id.

Elektabilitas PAN Cenderung Merosot

Secara dasar PAN bisa goyah bergantung dari beberapa hal berikut: pertama, kecenderungan elektabilitas PAN. Survei ARCI (Accurate Research and Consulting Indonesia) yang dilakukan 25 Juni-10 Juli 2022 mendapatkan elektabilitas PAN sebesar PAN: 3,25% (Survei 25 Juni-10 Juli 2022).

Survei Charta Politica justru mendapatkan elektabilitas PAN sebesar 4 persen. Survei itu dilakukan pada 4-12 November 2022). Namun survei teranyar dari lembaga Survei and Polling Indonesia (SPIN) elektabilitas PAN merosot ke angka 1,2 persen (Survei dilakukan 1-10 Desember 2022).

Faktor kedua yaitu derajad volatilitas PAN. Hasil survei Litbang Kompas menunjukkan hasil menarik. Survei dilakukan pada 24 September-7 Oktober 2022 menemukan fenomena pergeseran pemilih parpol. Pemilih PPP dan PAN paling berpotensi bergeser ke parpol lain (Kompas.com - 25/10/2022, 08:28 WIB 25).

Litbang Kompas mencatat pemilih PPP berpotensi berpindah atau volatilitas berada di angka 61,1 persen. Sedangkan volatilitas pemilih PAN adalah 59,4 persen.

Hampir separuh pemilihnya masuk kategori lebih cair untuk berpindah pilihan, ujar peneliti Litbang Kompas Yohan Wahyu, Senin (25/10/2022), Kompas. Yohan Wahyu mengungkapkan, pemilih PPP cenderung beralih ke parpol berbasis Islam lainnya. Seperti Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), PAN, dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS), katanya.

Sementara itu, responden pemilih PAN cenderung akan banyak yang bergeser ke Partai Demokrat.

Fenomena volatilitas pemilih PAN itu diduga Ray Rangkuti sebagai fenomena riil. Menurut Rangkuti, Founder lingkar Madani, kehadiran Partai Ummat diakui merugikan PAN. Ray Rangkuti melihat hasil survei yang ada, suara PAN memang cenderung melorot.

Baca Juga: PAN Dukung Anies, Jika Zita Anjani Jadi Cawagubnya!

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

"Kalau dilihat dari survei suara PAN memang agak melorot. Tentu saja, hasil ini belum mengandaikan adanya Partai Ummat. Artinya, tanpa bayangan Partai Ummat sekalipun, nasib PAN sudah terlihat goyah," kata Ray kepada Tribunnews.com Rabu (21/12/2022).

Diakui pengaruh Partai Ummat kepada PAN belum terlalu besar jika dilihat dari hasil survei Partai Ummat.

"Dalam survei, torehan partai-partai baru belum menyentuh angka 1 persen. Jadi, tak begitu banyak efeknya pada PAN. Tapi dalam kondisi sulit, berapapun yang pergi, tetaplah kerugian," katanya.

Hasil survei SMRC juga menemukan fenomena volatilitas pemilih PAN. Menurut Saiful Mujani Research Center (SMRC) ada sebanyak 31persen dari total pemilih di Pemilu 2019 yang pindah ke parpol lain. Yang cukup menonjol yakni hampir separuh pemilih PAN berpindah ke partai lain, seperti dilansir detikNews, Minggu (30/10/2022).

PAN Tak Cemas

Wakil Ketua Umum PAN, Viva Yoga Mauladi, tak cemas basis suara partainya tergerus kemunculan Partai Ummat.

"Perbedaan ideologi politik partai akan menyebabkan perbedaan basis sosial di masyarakat. Basis konstituen tentu berbeda," kata dia kepada CNNIndonesia.com, Kamis (29/4/2022).

Viva mengatakan kader dan pengurus PAN pun tetap solid, kompak dan memegang komitmen yang telah diambil. Menurutnya itu penting dalam mempertahankan basis suara selama ini. Sejauh ini, tidak ada pula anggota legislatif dari PAN yang mengundurkan diri.

Baca Juga: PAN: Fix Khofifah Duet dengan Emil di Pilkada Jatim!

"Jika ada mantan anggota PAN yang terlibat di Partai Umat, jumlahnya hanya seikit saja, nonsignifikan," kata dia.

Viva pun berharap Partai Ummat bisa meningkatkan kualitas pelembagaan demokrasi di Indonesia. Praktik demokrasi, kata dia, akan terus berjalan dengan baik dan memberikan kontribusi bagi tujuan pembangunan nasional tergantung dari keberadaan partai politiknya.

PAN Terlempar dari PT 4 Persen?

Jika disimak hasil survei dan kecenderungan volatilitas pemilih PAN maka harapan PAN hanya pada para kandidat yang popular dan kuat elektabilitasnya. Secara institusional PI PANnya Zulhas sangat lemah. Hasil survei selama ini PAN selalu di bawah 4 persen. Ini menunjukkan PI PAN atau suara PAN relatf lemah. Jika benar Mahmakah Konstitusi memutuskan sistem proporsional tertutup maka besar kemungkinan PAN tidak lolos PT.

Dalam pemilu serentak dimana pileg dan pilpres bersamaan maka kandidat presiden bisa menarik suara parpol yang mengusungnya. Jika PAN tetap mengusung Ganjar Pranowo dan Erick Thohir maka sangat besar kemungkinan captive pemilih PAN bakal bergeser. Fenomena volatilitas pemilih PAN bakal terjadi di pemilu 2024. Seperti hasil survei SMRC.

Di sisi lain jika Mahkamah Konstitusi menetapkan sistem pemilu proporsional tertutup, seperti jaman Orde Baru, maka sangat susah PAN bisa melewati PT 4 persen. Makna dari uraian di atas adalah suara PAN mengalami volatilitas bukan semata-mata direbut oleh Partai Ummat akan tetapi karena perubahan sistem pemilu, melemahnya PI, dan penentuan kandidat presiden dalam pilpres 2024.

Di sisi lain Partai Ummat pun tidak otomatis bisa dengan mudah melewati PT 4 persen. Sangat berat Partai Ummat untuk melompati PT 4 persen. Mereka saling berebut baik di tingkat pemilih, daerah, dan pusat. Pemilu 2024 kayaknya bakal menjadi momen penting gagalnya suara Muhammadiyah masuk ke Senayan, lewat parpol Islam sekoci mereka.

Tulisan: Aribowo

Editor : Pahlevi

BERITA TERBARU