Optika.id - Tragedi Kanjuruhan memaksa sejumlah pedagang merchandise tim Arema FC berpikir keras memasarkan dagangan mereka.
Baca Juga: Bahas Perdamaian, Tokoh Aremania Sudah Hubungi Tokoh Bonek
Pasca Tragedi Kanjuruhan, 1 Oktober 2022 lalu, sejumlah pedagang di kios merchandise komplek Stadion Kanjuruhan, Kepanjen, Kabupaten Malang, menurun drastis.
Suparno (45), pemilik Kios Merchandise Arema, Senin (16/1/2023) siang menjelaskan, setelah tragedi Kanjuruhan dirinya mengaku tak mampu menutupi omzet yang terus menurun. Kalau bicara omzet hari ini ya pasti turun. Penurunannya sampai 50 persen, tegas Suparno.
Menurut dia, mayoritas desain merchandise yang ia jual adalah buatan sendiri. Kami desain sendiri mas. Kalau kita ambil dari pabrik gak nutut, mahal pastinya. Apalagi setelah tragedi Kanjuruhan, suasana pengunjung di sekitar cukup sepi, ujarnya.
Baca Juga: Klub Besar Eropa Bersama Fans Indonesianya
Untuk harga, lanjut Suparno, ia memasang tarif tidak terlampau mahal. Kalau harga variatif ya, lihat bahan dan desainya. Yang paling mahal mungkin diatas Rp 100 ribu saja. Selebihnya dibawah harga tersebut, ujarnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Suparno bercerita, seminggu pasca tragedi Kanjuruhan, kios Merchandise dirinya benar benar sepi dari pengunjung. Hal itu diperparah dengan banyaknya youtuber yang menganalogikan jika stadion Kanjuruhan, angker dan mencekam.
Baca Juga: Panpel Arema Dilarang Berkecimpung di Sepak Bola Seumur Hidup
Hal itulah yang dirasa Suparno, turut mempengaruhi pengunjung Stadion menurun drastis. Kalau bisa sih untuk para youtuber tidak melebih-lebihkan lah, menambahi audio seolah-olah Kanjuruhan angker. Sehingga membuat takut pengunjung, padahal tidak seperti itu kenyataan, beber Suparno.
Suparno berharap, untuk kelanjutan kompetisi sepakbola tanah air, tim Arema bisa kembali berlaga di stadion Kanjuruhan. Sementara pada sidang perdana kasus tragedi Kanjuruhan, Suparno ingin hukum ditegakkan dengan seadil-adilnya. Kami berharap hukum ditegakkan seadil-adilnya sih. Itu saja, pungkas Suparno.
Editor : Pahlevi