Strategi Parpol Gencar Kampanye Medsos

author Uswatun Hasanah

- Pewarta

Jumat, 20 Jan 2023 09:16 WIB

Strategi Parpol Gencar Kampanye Medsos

Optika.id - Berdasarkan hasil sensus Badan Pusat Statistik (BPS) yang dirilis pada tahun 2020 silam, ditemukan bahwa mayoritas penduduk Indoensia didominasi oleh kelompok generasi Z dan generasi milenial. Adapun generasi Z ialah penduduk yang lahir pada periode 1997 hingga 2012 dan generasi milenial ialah mereka yang lahir pada periode 1981 hingga 1996.

Baca Juga: Pengamat Sebut Anies Segera Gabung Partai, Tak Selamanya Bisa Independen!

Dari data sensus tersebut, jumlah generasi Z mencapai 75,49 juta jiwa atau sekitar 27,94ri total populasi sedangkan jumlah generasi milenial mencapai 69,90 juta jiwa atau sekitar 25,87ri total populasi.

Besarnya ceruk pemilih dari kalangan milenial serta generasi Z ini diamini oleh Ketua DPP Partai Golkar, Dave Laksono. Dia mengaku jika partai berlambang beringin ini menaruh atensi terhadap peluang suara generasi Z dan milenial ini. Menurutnya, Golkar juga telah mengimbangi zaman dan telah menyusun beragam program untuk menarik simpati pemilih milenial dan generasi Z.

"Pemilih milenial dan gen Z itu sangat amat sensitif terhadap isu berkenaan kehidupan mereka sehari-hari. Isu seperti lapangan pekerjaan, terus juga posisi partai di dalam hal-hal yang sensitif seperti soal korupsi, ekonomi, akses permodalan, dan industri kreatif. Itulah isu-isu yang harus kita kerjakan," ujar Dave ketika dihubung Optika.id, Jumat(20/1/2023).

Dave pun membeberkan beberapa pendekatan terhadap lintas generasi. Misalnya, pendekatan terhadap generasi muda Partai Golkar fokus terhadap aktivitas politik semua kader Golkar. Mulai dari mereka yang menduduki jabatan sebagai kepala daerah, duduk di tingkat eksekutif, hingga menjadi kader di parlemen. Dia menyebut jika Partai Golkar mengharapkan mereka melakukan inovasi agar menarik simpati dari kalangan pemilih muda dan pemilih pemula.

Adapun kerja mereka yang duduk di parlemen misalnya, bisa memastikan APBN tersalur untuk program-program yang beririsan dengan kepentingan kalangan milenial dan gen Z.

"Kami bilang ke mereka, 'Golkar memastikan APBN itu berpihak terhadap kebutuhan masyarakat gen Z'. Jadi, bagaimana sebisa mungkin penggunaan anggaran itu terasa kepada segmen pemilih ini," ucap Dave.

Sementara itu, upaya yang lain yakni Golkar mengklaim sudah mempersiapkan barisan simpatisan muda guna menjaring suara pemilih dari lintas generasi di berbagai daerah. Partai Golkar melakukan metode tersebut melalui tatap muka dan mengklaim jika organisasi kepemudaan Golkar sudah tersebar di berbagai penjuru Indonesia.

"Di dalam Golkar saja, ada AMPI (Angkatan Muda Pembaharuan Indonesia) ada AMPG (Angkatan Muda Partai Golkar). Jadi, kami memahami hasrat mereka yang ingin masuk politik. Semua itu diakomodasi di Golkar," kataDave.

Ketika disinggung pemanfaatan media sosial sebagai alat kampenye, Dave mengamini. Dia menyebut jika Partai Golkar tak lupa jualan diri di paltform andalan anak muda tersebut. Dia menyebut jika Partai Golkar rutin menggunakan kader mudanya untuk mejeng di Instagram maupun medsos demi menarik simpati kaum muda. Adapun program-program kampanye di medsos tersebut dibawahi oleh Wakil Ketua Partai Golkar, Nurul Arifin bersama politikus Partai Golkar, Meutya Hafid.

Baca Juga: Pelajar Surabaya Ini Kampanye Anti Kekerasan Seksual di Dunia Digital

"Segmen pemilih gen Z dan milenial itu populasinya besar. Dari awal, kami sudah buat dan sudah mulai melalui TikTok dan Instagram. Kami sudah susun itu sebagai bagian dari program kami untuk persiapan 2024," uraiDave.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Di sisi lain, Politikus PDIP, Deddy Yevri Sitorus juga membeberkan strategi partainya dalam meraih atensi pemilih muda. Menurutnya, jauh-jauh hari partainya sudah memprediksi dan membidik suara milenial serta gen Z yang bakal menentukan peta kendali politik Pemilu 2024 sejak 2019 silam. Beeragam upaya pun dilakukan oleh PDIP sebagai ajang mencari simpati dari kalangan muda tersebut.

Rebranding wajah partai adalah salah satu cara yang dilakukan oleh partai bergambang banteng ini. Deddy mengatakan jika dia tak segan untuk mendorong kader muda yang berprestasi untuk menjadi caleg atau berkecimpung di tingkat eksekutif. Sementara itu, banyak kader muda PDIP yang diberikan peran sebagai petinggi parpol di tingkat internal.

"Banyak pemimpin partai di bawah anggota legislatif atau eksekutif kita yang relatif bisa merepresentasikan kelompok itu. Termasuk juga ke dalam penyusunan caleg-caleg kita," kata Deddy kepadaOptika.id, Jumat(20/1/2023).

Tak hanya itu, PDIP juga memperhatikan berbagai isu yang menjadi perhatian gen Z yakni lingkungan hidup, usaha rintisan, ekonomi, dan teknologi artifisial. Menurut pantauan beberapa lembaga survei pun, isu-isu tersebut tengah digandrungi oleh kawula muda.

Baca Juga: Pak Yes: Karir Jadi Nilai Penting untuk Generasi Muda

"Jadi, memang ada perubahan yang mendasar untuk menjaga ketertarikan dari pemilih ini. Karena, memang kalau format komunikasi konten dan isu-isu yang ditawarkan itu tidaknyambung, mereka paling jelek itu, ya, enggak datang ke TPS (tempat pemungutan suara)," ucap Deddy.

Sebagai upaya lain yakni semua kader PDIP didorong untuk selalu nangkring dan eksis di media sosial. Deddy memberi syarat jika kader-kader yang ingin mancalonkan diri di tingkat legislatif wajib mempunyai TikTok, Twitter, Instagram dan Facebook. Caleg yang sedang menjabat pun juga diimbau untuk mempromosikan PDIP menggunakan berbagai kanal medsos kawula muda tersebut.

"Supaya lebih nyambung. Termasuk saya, saya menggunakan semua, mulai dari Facebook, Twitter, Instagram, dan TikTok. Mau tidak mau, ya, harus kita gunakan karena itu lebih efektif. Di sana, kita bisa mulai dariprofiling, kemudianimage, dan pencitraan," ucap Deddy.

Kendati begitu, Deddy mengatakan jika pihaknya tidak serta mereta melupakan kampanye lawas. Pihaknya tetap rutin menggelar kampanye tatap muka di kalangan akar rumput secara rutin. Deddy mneilai jika cara kampanye secaara langsung tersebut masih dibutuhkan untuk membumikan kampanye di media sosial.

"Kami ada metode kombinasi. Ada cara-cara artifisial dan ada kaderisasi dan pelatihan kader seperti yang sudah kami lakukan untuk pemenangan pemilu sebelumnya," jelas Deddy.

Editor : Pahlevi

BERITA TERBARU