Partai Politik Lomba Garap Akun TikTok Jelang Pemilu 2024

author Uswatun Hasanah

- Pewarta

Sabtu, 21 Jan 2023 11:57 WIB

Partai Politik Lomba Garap Akun TikTok Jelang Pemilu 2024

Optika.id - Menjelang pertarungan politik pada 2024 nanti, para partai politik (parpol) pun mulai serius merambah dan menggarap akun TikTok demi menggaet simpati kawula muda. Per 18 Januari 2023, akun TikTok resmi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) memilliki lebih dari 52.000 pengikut, diikuti PPP yang memiliki lebih dari 33.000 pengikut, dan posisi ketiga ditempati oleh Partai Golkar yang memiliki lebih dari 30.000 pengikut.

Baca Juga: PKB: PBNU Tak Punya Hak Menyerobot dan Intervensi Parpol!

Menariknya, partai pemenang Pemilu 2019, PDIP hanya memiliki lebih dari 6000 pengikut saja. Jumlah tersebut kalah dari pengikut Partai Solidaritas Indonesia (PSI) yang tergolong baru dan memiliki pengikut sebanyak 19.000. sementara itu, Partai Nasdem memiliki lebih dari 18.000 pengikut, Partai Ummat memiliki 16.000 pengikut, PAN memiliki pengikut lebih dari 15.000 dan Partai Perindo memiliki lebih dari 10.000 pengikut.

Tak hanya parpol, politikus pun turut hijrah ke TikTok. Di antaranya yakni Ganjar Pranowo. Gubernur Jawa Tengah itu memiliki 5 juta pengikut di akun TikToknya. Sementara itu, Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil yang kerap disapa Kang Emil ini memiliki lebih dari 1 juta pengikut di TikTok. Sedangkan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf), Sandiaga Uno memiliki lebih dari 1 juta pengikut di akun TikToknya.

PKS selaku parpol yang memiliki pengikut terbanyak di TikTok mengungkapkan alasannya membuat akun tersebut. Ketua DPP PKS Bidang Humas, Ahmad Mabruri mengatakan jika partainya ikut pada orientasi pasar. Berdasarkan riset dari PKS, TikTok merupakan media sosial yang mempunyai perkembangan pesat di Indonesia.

Melansir dari laporan We Are Social pada kuartal I/2022, tercatat sekitar 99,1 juta pengguna TikTok di Indonesia berusia 18 tahun ke atas yang dianggap cukup umur untuk terlibat dalam Pemilu. Jumlah tersebut kalah dari Amerika Serikat sebagai negara pengguna TikTok terbanyak di dunia dengan jumlah 136,4 juta. Sementara itu, di Indonesia, TikTok menempati peringkat keempat media sosial dengan pengguna terbanyak di bawah WhatsApp, Instagram dan Facebook.

Oleh sebab itu, saya minta kepada tim untuk menggarap (TikTok) secara serius, ujarnya ketika dimintai keterangan, Sabtu (21/1/2023).

Kendati politik terkesan dengan citra serius, namun Mabruri mengklaim jika partainya berusaha mengemasnya menjadi hiburan yang bisa dicerna dengan santai. Misalnya, pernyataan politik diedit dengan unsur music dan kolase yang sedang tren untuk dijadikan konten TikTok. PKS menempuh cara tersebut lantaran mempertimbangkan para pemilih muda yang jumlahnya patut diperhitungkan.

Kita coba melihat, ternyata usia-usia milenial generasi pertama memang lebih banyak main di TikTok, ujar dia.

Pasalnya, menurut hasil survei Centre for Strategic and International Studies (CSIS), pemilih muda yang berusia 17 39 tahun diprediksi bakal mendominasi Pemilu 2024 nanti. Jumlah pemilih muda tersebut mendekati 60% atau sekitar 190 juta orang.

Sebenarnya ini edukasi politik juga mengenalkan lambang partai, siapa capres dari PKS, atau calon-calon wakil presidennya, bahkan anggota dewan (PKS) yang main di TikTok, ucapnya.

Baca Juga: Pemilih Pemula Ramaikan Pemilu 2024: Tidak Rasional dan Masih Dipengaruhi Keluarga

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Adapun keseriusan PKS dalam menggarap media sosial, khususnya TikTok ini terlihat dari adanya sekolah digital yang digelar regular untuk para kader PKS. Mabruri mengatakan jika hal tersebut sudah menjadi kebutuhan primer partai dan mereka tidak main pakai buzzer.

Artinya untuk melakukan itu, kita organik. Tidak menyewa konsultan untuk melakukan broadcast yang banyak, ungkapnya.

Sepaham dengan Mabruri, Sigit Widodo selaku juru bicara DPP PSI mengatakan jika alasan partainya main TikTok yakni pengguna TikTok banyak. Di sisi lain, kontennya juga berkembang sangat pesat.

PSI, melalui TikTok, berusaha untuk mencari suara dari generasi milenial dan Gen Z yang banyak bermain media sosial tersebut. Sigit menilai jika saat ini Twitter sulit menjadi media kampanye karena penggunanya yang tersegmentasi.

Selain konten how to, juga konten informasi yang kami sampaikan melalui TikTok menggunakan bahasa yang tidak terlalu formal karena pasarnya anak muda, ucapnya.

Baca Juga: Banyak Main TikTok Bisa Sebabkan Fokus Menurun

Respon yang diterima PSI ketika hadir di TikTok pun diklaim Sigit cukup positif. meskipun jumlah pengikut PSI di TikTok diakuinya belum cukup besar. Dia pun berdalih jika hal tersebut disebabkan oleh PSI yang baru menggarap akun beberapa bulan dan terlebih dahulu menaikkan akun TikTok Ketua Umum PSI, Giring Ganesha di sana.

Karena kita lihat dari pola di TikTok biasanya orang lebih follow ke personal, ketimbang ke institusi, katanya.

Sigit pun menyebut jika PSI tidak berorientasi mencari suara semata, melainkan melakukan pendidikan politik di akun TikTok tersebut yang sasarannya tentu pemilih pemula.

Sigit menyampaikan, sejauh ini konten TikTok resmi PSI belum sampai tahap kampanye mengajak memilih partai itu di Pemilu 2024. Saat ini fokus PSI, katanya, adalah pendidikan politik dan mengajak masyarakat yang mau jadi calon legislatif (caleg).

Editor : Pahlevi

BERITA TERBARU