Banyak yang Salah Paham Memenuhi Asupan Gizi Harian

author Uswatun Hasanah

- Pewarta

Senin, 23 Jan 2023 13:13 WIB

Banyak yang Salah Paham Memenuhi Asupan Gizi Harian

Optika.id - Menjaga asupan gizi harian menjadi sesuatu yang tidak boleh terlewatkan, apalagi buat mereka yang menganut pola makan sehat. Akan tetapi, banyak orang yang tidak menghiraukan komposisi kalori, khususnya ketika menyantap camilan.

Baca Juga: Kesehatan dan Alkohol: Apa yang Harus Anda Ketahui?

Menurut Ida Gunawan selaku dokter spesialis gizi klinik konsultan nutrisi pada kelainan metabolisme gizi, sering kali orang menganggap camilan dalam bentuk kecil mengandung kalori yang juga kecil. Begitu pun dengan minuman ringan yang dipandang memiliki kalori sedikit.

"Tetapi, faktanya sering sekalisnack-snackyang di pasaran sana, yang mungil, rasanya enak, manis, kandungan kalorinya sering sekali cukup besar," kata Ida dalam keterangannya, Senin (23/1/2023).

Di samping jumlah kalori, komposisi atau jenis makanan juga menjadi hal yang kerap diabaikan oleh orang-orang. Pasalnya, sebagian masyarakat memandang jika pemenuhan karbohidrat hanyalah dari nasi semata, sehingga seringkali mereka menyantap karbohidrat dalam jumlah berlebihan.

Orang-orang Indonesia juga sering berpikir jika tak afdhol apabila belum mengonsumsi karbohidrat berupa nasi. Padahal, sumber karbohidrat tidak melulu bersumber dari nasi semata. Melainkan juga kentang, jagung, talas, ubi, roti dan sereal.

"Padahal, saat itu dia sedang makanfrench friesmisalnya. Kemudian camilannya singkong goreng,snacknya kentang dan sebagainya. Padahal semua itu komposisi karbohidrat," tuturnya.

Lain karbohidrat, lain juga protein. Banyak orang yang berpikir bahwa protein identik dengan daging atau telur. Padahal, protein selain dari sumber hewani juga ada di nabati seperti tempe, tahu, dan kacang-kacangan.

"Kalau kita sudah mengonsumsi dari daging artinya kita sudah mendapatkan sumber protein hewani. Maka kita juga harus mendapatkan sumber protein nabati," kata dia.

Di sisi lain, sumber nabati tak semata hanya tempe dan tahu saja. Tetapi juga termasuk jacang-kacangan yang banyak terkandung dalam makanan orang Indonesia misalnya gado-gado. Ketika orang tersebut mengonsumsi gado-gado, artinya dirinya sudah mendapatkan protein nabati dari bumbu kacang gado-gado tersebut.

Baca Juga: Kenali Penyebab Kesemutan pada Wajah dan Waktu yang Tepat untuk Konsultasi

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Terkait lemak yang sering dianggap identik dengan makanan yang digoreng, Ida mengatakan jika makanan lainnya juga mengandung lemak yang tersembunyi seperti mentega, butter dan cookies yang di dalamnya merupakan unsur lemak. Tak hanya makanan tersebut di atas, lemak tersembunyi juga terdapat pada daging-daging terutama daging mentah atau kulitnya, kulit ayam, dan lain sebagainya.

Ida mengingatkan agar mineral dan vitamin juga kerap hilang atau berkurang jumlahnya karena pengolahan makanan secara salah yang orang-orang lakukan. Misalnya buah tertentu yang kaya akan kandungan vitamin C dalam kondisi utuh.

Namun, begitu buah diolah ke dalam bentuk jus sehingga hanya diambil cairannya atau hanya memikirkan jumlah serat dengan pengolahan yang begitu halus, maka kandungan vitamin dan serat yang sudah berkurang vitaminnya.

"Sering kali kita berpikir 'oh yang penting saya sudah cukup makan sayur dan buah, artinya kebutuhan vitamin dan mineral tercukupi'. Padahal, kita sering lupa vitamin dan mineral itu sering kali hilang atau berkurang jumlahnya karena pengolahan yang kita lakukan," ungkapnya.

Baca Juga: 5 Perubahan Warna Lidah yang Mengungkap Kondisi Kesehatan Anda

Vitamin tergolong zat organik dalam jumlah kecil dalam bahan makanan alami dan termasuk nutrisi penting yang dibutuhkan oleh tubuh. Tubuh membutuhkan 13 vitamin esensial yakni vitamin A, B (tiamin, riboflavin, niasin, biotin, asam pantotenat, B6, B12 dan folat), C, D, E, dan K dengan tugas yang berbeda untuk membantu menjaga tubuh dengan baik.

Hal lain yang menjadi Ida yakni jadwal dan pola makan. Sebagian orang menganggap jika makan dua kali sehari sudah cukup. Misalnya pukul 10 pagi, lalu saat pulang kerja. Padahal, hal tersebut tidak cukup baik untuk kesehatan.

Dia menyarankan orang-orang membagi waktu makannya dan makan secara teratur kira-kira setiap tiga jam sekali yang dimulai dari sarapan, tiga jam kemudian diselingi camilan, lalu makan siang, camilan kemudian makan malam.

Ini bertujuan agar tidak terjadi lonjakan kalori yang demikian besar. Saat seseorang mengonsumsi kalori dalam jumlah besar dengan komposisi karbohidrat yang demikian besar, otomatis tubuh juga akan meregulasi dengan enzim-enzim yang harus dikeluarkan sekaligus dalam jumlah yang cukup besar.

Editor : Pahlevi

BERITA TERBARU