Kolaborasi Magister Kajian Sastra dan Budaya UNAIR dan Komunitas Adhicipta Hadirkan Sastrawan Zawawi Imron

author Seno

- Pewarta

Rabu, 08 Mar 2023 08:20 WIB

Kolaborasi Magister Kajian Sastra dan Budaya UNAIR dan Komunitas Adhicipta Hadirkan Sastrawan Zawawi Imron

Optika.id - Program studi Magister Kajian Sastra dan Budaya (MKSB) Universitas Airlangga (UNAIR) bersama Adhicipta Art Community menggelar acara Pameran Bersama 23 Pelukis: The Art Rendezvous 2023 pada Senin (6/3/2023) di Fakultas Ilmu Budaya UNAIR. Kegiatan tersebut merupakan peringatan atas dies natalis MKSB yang ke-14.

Baca Juga: 14 Ribu Calon Mahasiswa Ikuti UTBK di Unair

Kata rendezvous diambil dari bahasa Perancis yang artinya pertemuan. Selama ini, rendezvous tidak memiliki kekuatan. Namun, kata tersebut dimaknai dengan makna yang lebih dalam. Kata berperan sebagai kontrol, maka nama rendezvous dalam pameran ini adalah kontrol dari pertemuan yang tak terduga karena penggiat maupun pecinta seni tidak terbatas pada siapapun.

Q Sakti Laksono selaku ketua panitia dan ketua komunitas Adhicipta Art menyebutkan bahwa komunitas tersebut telah berdiri sejak tahun 2005 dengan anggota dari berbagai latar belakang. Dalam kegiatan kali ini, terdapat sekitar 40 karya lukisan dari para pelukis Adhicipta Art Community.

Saya sendiri merupakan dokter hewan, ada arsitek namanya Bu Retno dan Mbak Nabila. Kemudian, ada yang dari sipil namanya Pak Panji. Selain orang-orang yang hobi melukis, beberapa dari kami juga seniman murni, seperti Pak Asri Nugraha, ucap Sakti.

Pak Asri Nugraha ini seniman yang memiliki jam terbang yang sudah sangat tinggi, bahkan beberapa kali pergi ke luar negeri. Selain itu, ada dua seniman lulusan ISI Jogja. Banyak juga dari kita yang memang otodidak belajar melukis dan sudah keliling Indonesia dalam mencari jati diri, seperti Pak Toyib, sambungnya.

Adanya perbedaan latar belakang tersebut menjadikan Sakti memutuskan untuk tidak membatasi tema dalam pameran ini. Hal tersebut ia lakukan untuk menjadikan semua lukisan dari anggota Adhicipta Art Community dapat masuk ke dalam pameran.

"Seperti yang dapat dilihat, disini terdapat berbagai macam tema. Ada yang melukis tumbuhan, wayang, keagamaan, kebhinekaan, sejarah, alam, dan sebagainya. Bahkan ada yang lukisannya terbuat dari sisa-sisa atau komponen elektronik. Sangat berbeda-beda," ujar Sakti.

Seni Sebagai Jendela Dunia

Sakti kemudian mengenalkan lukisannya mulai dari judul hingga cerita di balik lukisan yang ia bawa. Ia mengatakan, lukisan yang dibuatnya menggambarkan tarian tradisional yang menggandeng sebuah mitos masyarakat Jawa, yaitu Nyi Roro Kidul.

Lukisan ini berjudul Batara Ketawang, tarian mistis yang berasal dari Jawa Tengah. Di sini sebenarnya ada sembilan penari. Sebelum menjadi penari harus lulus syarat-syarat tertentu, diantaranya harus gadis atau belum menikah, puasa, dan lain-lain. Datang penari kesepuluh, yaitu Nyi Roro Kidul, intinya begitu, ungkap Sakti.

Sakti mengaku, untuk melukis Batara Ketawang memang tidak dapat dilakukan dengan jelas. Hal ini bertujuan untuk menciptakan kesan mistis bagi yang melihatnya. Lalu, ia mengatakan bahwa dirinya juga memiliki galeri seni. Di dalam galeri tersebut selain berisi lukisan juga berisi benda-benda pusaka yang bernilai budaya.

Selain pameran lukisan akan hadir banyak kegiatan, diantaranya demo melukis, pelatihan membuat karya salah satunya dengan membuat pernak-pernik. Kemudian pada Jumat, 10 Maret 2023 akan ada kegiatan sarasehan.

Kegiatan tersebut diadakan dengan harapan seni menjadi bagian dari akademik. Dengan dampingan akademisi, maka daerah tersebut akan cepat berkembang. Segala hal yang muncul dalam seni akan menghadirkan kedamaian, kejujuran, dan mampu mempengaruhi dunia.

Dengan demikian, Kota Surabaya bukan hanya dikenal sebagai kota sejarah namun juga kota budaya. Diharapkan penggemar seni dan budaya semakin banyak dan mampu menjadikan Surabaya menjadi kota budaya.

Baca Juga: Halal Bihalal, Khofifah Ingin Unair Jadi Kampus Top Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

FIB UNAIR Pelopor Perkembangan Sastra dan Budaya

Perhelatan ini rupanya diadakan dalam rangka merayakan Dies Natalis Magister Kajian Sastra dan Budaya ke-14.

Selain memperkenalkan bahwa UNAIR memiliki prodi Magister Kajian Sastra dan Budaya, kegiatan ini juga memperkenalkan kesenian terutama seni lukis kepada generasi, kata Rima Firdaus Lahdji Dosen Fakultas Ilmu Budaya.

Dia menjelaskan bahwa kegiatan tersebut merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memperingati Dies Natalis Magister Kajian Sastra dan Budaya ke-14.

Kebetulan Magister Kajian Sastra dan Budaya mengadakan agenda pameran lukisan batik yang menjadi rangkaian dies natalis MKSB. Sehingga terjadilah kolaborasi tersebut. Hal ini karena terdapat kesamaan kegiatan terutama dalam menyelenggarakan pameran lukisan, lanjutnya.

Zawawi Imron yang merupakan penyair terkemuka Indonesia juga turut hadir meramaikan kegiatan pameran tersebut. Selain menggotong karya lukisannya, Zawawi Imron juga memeriahkan acara dengan berpuisi.

Selain itu, hadirnya Pak Zawawi Imron juga menjadi salah satu media pembelajaran sastra kepada generasi muda untuk mengenal sastrawan secara langsung, jelas Rima.

Baca Juga: Berikut Keketatan dan Daya Tampung Prodi Soshum UNAIR

Prof. Dr. Purnawan Basundoro, S.S., M.Hum., selaku dekan Fakultas Ilmu Budaya dalam sambutannya juga mengatakan bahwa kehadiran Zawawi Imron di tengah-tengah kegiatan menambah keindahan, kemegahan, dan keistimewaan acara tersebut.

Kehadiran Zawawi Imron menjadi istimewa sebab berkaitan dengan berdirinya Fakultas Sastra yang saat itu kami undang (kala itu belum berubah menjadi Fakultas Ilmu Budaya) ujar Purnawan.

Selain itu, Dosen Ilmu Sejarah tersebut juga menambahkan harapannya pada ujung sambutan yang dia berikan.

Mengacu pada tema artinya pertemuan, diharapkan mempertemukan para seniman, para pelukis, mahasiswa dengan tujuan saling belajar, tutup Purnawan.

Dengan berjalannya kegiatan ini, Fakultas Ilmu Budaya turut berperan aktif terutama sebagai institusi perguruan tinggi yang selalu peduli terhadap perkembangan sastra dan budaya yang ada di Indonesia.

Penulis: Cahyaning Safitri

Editor : Pahlevi

BERITA TERBARU