Optika.id - Kepala Staf Kepresidenan RI Moeldoko mengakui sulitnya membangun sektor pertanian di Indonesia. Ada tiga problem besar yang dihadapi petani. Mentalitas petani ikut berpengaruh.
Baca Juga: Balas Dendam Manis, Demokrat Tak Sabar Lihat Wajah Moeldoko di Parlemen
Pertama, persoalan tanah. Menurut BPS, (penguasaan) tanah kita hanya 0,5 hektare per satu keluarga, kata Moeldoko, dalam acara kuliah umum mengenai ketahanan pangan dan ketahanan energi di auditorium Universitas Jember, Kabupaten Jember, Jawa Timur, Jumat (24/3/2023).
Minimnya luas lahan yang dikuasai ini membuat petani tak bisa lepas dari kemiskinan.
Problem kedua, adalah persoalan kapital. Pemerintah telah menyiapkan Rp 70 triliun untuk kredit usaha rakyat (KUR). Tapi petani kita masih sulit untuk mendapatkan, dan ini presiden juga sudah tahu, karena saya juga sering teriak-teriak itu, kata Moeldoko.
Persoalan ketiga adalah teknologi. Petani kita bertanam hanya sekadar untuk hidup, bukan untuk kehidupan. Maka dunia perguruan tinggi harus bekerja sama dengan berbagai kelompok riset, ujar Moeldoko melalui akun Twitter yang diterima Optika.id, Sabtu, (25/3/2023).
Baca Juga: Moeldoko Heran Agus Rahardjo Buka Kembali Kasus Setnov: Pasti Muatan Politik!
Petani sendiri memiliki mentalitas yang menghambat. Mereka terlalu percaya diri dengan kemampuan mereka dan sulit menerima teknologi yang sebenarnya bertujuan memperbaiki dunia pertanian. Petani kita itu confidence-nya luar biasa. Apalagi yang datang (memberi pengetahuan adalah) mahasiswa: emang lo siapa? Gue sudah bertani puluhan tahun. Tiga puluh lima tahun bertani, ujarnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Petani tidak mudah menerima teknologi. Bagi petani, seeing is believing. Mana yang dia lihat berhasil, itu yang dia percaya. Tidak mudah meyakinkan petani kita walau ilmu kita segudang, jelas Moeldoko.
Petani tidak akan serta-merta mengadopsi penemuan di dunia pertanian. Moeldoko mencontohkan padi varietas M70D yang butuh waktu enam tahun agar bisa diterima petani. Padahal, varietas padi M70D sudah terbukti memiliki produktivitas sembilan ton per hektare dengan masa tanam hanya 75 hari.
Baca Juga: Moeldoko Bongkar Sederet Pejabat yang Pernah ke Al Zaytun, Siapakah Dia?
Panjang perjuangannya untuk meyakinkan para petani. Seeing is believing adalah rumus bagi petani kita. Jadi kita datang ke sana harus buat demplot dulu. Tiga bulan demplot kita tunggu, dan baru petani diundang untuk melihat hasilnya, terangnya.
Itu pun harus berdiskusi dulu. Itulah kondisi petani kita. Kita perlu bersabar dan konsisten. Terus-menerus, jangan menyerah, pungkasnya
Editor : Pahlevi