Optika.id - Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto berpotensi menjadi Calon Wakil Presiden (Cawapres) mendampingi Anies Baswedan selaku Calon Presiden (Capres) yang diusung Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) yang sudah diusung oleh 3 partai politik, Partai Nasdem, Partai Demokrat dan PKS (Partai Keadilan Sejahtera).
Baca Juga: Adies Kadir Nyatakan Munas Golkar Tak Menyalahi AD/ART Partai!
Hal tersebut dikatakan oleh pengamat politik dari Aljabar Strategic, Arifki Chaniago, menanggapi kehadiran Airlangga di acara buka puasa bersama (bukber) Partai Nasdem di Nasdem Tower, Gondangdia, Jakarta Pusat, Sabtu (25/3/2023) lalu.
Pernyataan tersebut dilatarbelakangi beberapa hal, salah satunya belum munculnya figur capres dari Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) yang digawangi oleh Golkar, PAN, dan PPP.
Apalagi, PAN dan PPP kerap memberi kode dengan mengusung calon presiden dari luar koalisi.
"Ada indikasi spekulasi, (Airlangga) akan jadi bagian dari Koalisi Perubahan atau jadi wakilnya Anies," kata Arifki, Rabu (29/3/2023).
Pesan tersirat, lanjutnya, juga banyak terjadi dalam momen buka puasa tersebut.
Bisa jadi, Airlangga juga ingin memberi pesan kepada elite PPP dan PAN bahwa Golkar masih mempunyai taji dalam kontestasi Pemilu 2024.
"Ini juga akan jadi pesan baru bagi PAN dan PPP untuk mencari koalisi baru ketika misalnya Golkar akan berpindah ke Koalisi Perubahan," terang Arifki.
"Apalagi posisi PAN dan PPP belum memutuskan pilihan yang cukup jelas di KIB, karena masih mendukung figur di luar KIB yakni Ganjar dan Erick sebagai capres," sambungnya.
Selain Airlangga, dalam acara Bukber Nasdem tampak Wakil Presiden ke-10 dan 12 RI Jusuf Kalla yang duduk satu meja dengan Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh dan Anies Baswedan.
Kemudian, Sekjen PKS Aboe Bakar Al-Habsyi dan Ketum Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) juga terpantau duduk satu meja.
Golkar Lebih Berpeluang Gabung KPP
Hal senada dikatakan pengamat politik Ali Rif'an. Dia menilai, Partai Golkar lebih berpeluang bergabung ke Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) yang digawangi Partai Nasdem, Partai Keadilan Sejahtera (PKS), dan Demokrat ketimbang Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR) yang terdiri atas Partai Gerindra dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).
Menurut Ali, kepentingan Golkar untuk mengusung Ketua Umumnya Airlangga Hartarto untuk ikut dalam kontestasi Pilpres 2024 lebih terakomodasi jika bergabung dengan KPP.
"Kalau lihat dari pertemuan terakhir, ada kecenderungan mungkin ke Nasdem," kata Ali, Rabu (29/3/2023).
"Karena posisi cawapres Anies Baswedan masih kosong, kalau posisi cawapres Prabowo ini kan sudah seolah-olah diisi Cak Imin, meskipun belum final ya tapikan Cak Imin sudah sangat agresif ingin masuk dalam cawapres Prabowo gitu. Nah, dari sisi itu ada kemungkinan ke Nasdem, imbuhnya.
Direktur Eksekutif Arus Survei Indonesia tersebut menuturkan, jika Golkar bergabung dengan KPP, keuntungan juga akan didapat oleh koalisi yang mengusung Anies Rasyid Baswedan sebagai capres.
Ali menilai, KPP akan mendapat kepastian dengan adanya Golkar, mengingat hingga hari ini belum ada kepastian siapa cawapres terpilih.
"Kalau ke sana posisinya yang barangkali, ada kepastian karena ada kemungkinan Koalisi Perubahan akan mengumumkan capres cawapres lebih awal. Kemudian, sudah ada capresnya gitu. Karena sudah ada capresnya, berarti posisi Airlangga sebagai cawapres. Sementara KIB, belum ada capres-cawapresnya," ujarnya.
Dia pun menyarankan agar Golkar bersama KKP membentuk koalisi besar. Sehingga pasangan capres-cawapresnya bisa memiliki waktu yang cukup untuk disosialisasikan ke masyarakat.
Ali menganggap, pasangan Anies-Airlangga bisa merepresentasikan perwakilan Indonesia. Anies yang dikenal mewakili kalangan religius sementara Airlangga mewakili kalangan nasionalis.
"Jadi bisa saja pasangan Anies-Airlangga potensial karena masih lama ya pencoblosannya. Kalau misalkan dideklarasikan sekarang tapi kalau dideklarasikan last minute, itu jadi kekurangan pasangan ini," kata Ali.
Airlangga Mengelak
Sebelumnya, Ketum Golkar Airlangga mengelak ketika disebut kehadirannya sebagai tanda bahwa Golkar masuk ke Koalisi Perubahan dan mendukung Anies.
"Silahturahmi saja," kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian ini usai rapat dengan Presiden Joko Widodo atau Jokowi di Istana Negara, Jakarta, Senin (27/3/2023).
Airlangga menyebut dirinya hadir di acara itu karena diundang oleh Surya Paloh. Ketika dikonfirmasi soal kemungkinan koalisi besar antara partai-partai ini, Airlangga menjawab diplomatis. "Koalisi kan makin besar makin bagus," kata dia.
3 Sinyal Golkar Gabung KPP
Kehadiran Partai Golkar dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dalam acara buka puasa bersama yang digelar Partai NasDem di NasDem Tower, Jakarta Pusat pada Sabtu (25/3/2023), menuai spekulasi. Kehadiran kedua partai yang tergabung dalam Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) itu diduga sebagai sinyal bergabung dengan Koalisi Perubahan untuk Persatuan.
Diketahui, Partai Golkar bersama PPP dan Partai Amanat Nasional (PAN) bermitra dalam KIB. Sementara Partai NasDem, Partai Demokrat, dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) bekerja sama dalam Koalisi Perubahan yang mengusung Anies Baswedan sebagai calon presiden (Capres) 2024.
Sinyal pertama datang dari Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto saat ditanya ihwal peluang KIB berkoalisi dengan Koalisi Perubahan. Airlangga mengatakan bahwa koalisi besar pasti menguntungkan Indonesia.
Baca Juga: Bahlil Resmi Akan Daftar Jadi Ketum Golkar!
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Jadi kita tunggu tanggal mainnya, kata Airlangga di NasDem Tower, Sabtu (25/3/2023).
Usai berbuka puasa bersama, Airlangga bertemu Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh selama kurang lebih satu jam. Airlangga hanya menjelaskan, mengingat ada faktor historis antara keduanya, maka mereka memutuskan untuk berbincang dan mengenang masa lalu. Sebelum ada NasDem, Paloh merupakan kader Partai Golkar.
Jadi kita mengingat masa-masa indah dan ke depan berharap hubungan Partai NasDem dan Golkar selalu terjalin. Kebetulan Golkar sebagai salah satu partai paling tua tentu harus terbuka terhadap seluruh partai, kata Airlangga.
Dugaan sinyal kedua, kemungkinan bergabungnya KIB ke Koalisi Perubahan, diamini PPP meskipun secara tidak eksplisit. Wakil Ketua Umum PPP Rusli Effendi mengaku hanya mendapatkan sinyal senyuman. Yang ada baru senyum-senyum. Baru senyum-senyum (sinyal), kata Rusli di NasDem Tower, Jakarta Pusat, Sabtu (25/3/2023).
Rusli menyebut dirinya mewakili Pelaksana Tugas (Plt) Ketua Umum PPP Muhamad Mardiono untuk memenuhi undangan buka bersama yang digelar Partai NasDem di NasDem Tower.
Saya mewakili Pak Mardiono tentu hadir silaturahim karena kan semua partai kan sahabat, kata Rusli.
Sementara dugaan sinyal ketga bergabungnya KIB ke Koalisi Perubahan terlihat jelas dari pernyataan PKS. Sekretaris Jenderal PKS Aboe Bakar Alhabsyi mengatakan Koalisi Perubahan menyambut baik jika Partai Golkar hendak bergabung. Dia menyebut koalisi ini memang mengundang semua partai yang mendukung gagasan perubahan dan perbaikan.
Oh iya, kami mengundang semua yang datang, partai-partai yang mau koalisi dengan pembaharuan dan perbaikan akan kita sambut. Saya katakan welcome, kapan saja dan kita siap, kata Aboe dalam acara berbuka puasa bersama di NasDem Tower.
Aboe menjelaskan, ketiga partai memang membuka komunikasi dengan partai di luar koalisi, seperti Golkar. Dia menyebut komunikasi itu sebagai hal yang lumrah. Komunikasi ini penting, jangan disekat-sekat komunikasi ketika anak bangsa ingin bersatu, jangan diganggu, ujar dia.
Airlangga juga mengakui wacana koalisi besar yang sempat dikemukakannya beberapa waktu lalu memerlukan pembahasan yang matang.
Kendati demikian, Airlangga menampik anggapan bahwa koalisi besar itu semata-mata perkara meleburkan Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) yang disokong Golkar bersama Partai Amanat Nasional (PAN) dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dengan KKP.
"Ini bukan lebur-leburan. Kalau lebur-lebur kayak cendol aja. Jadi, kami perlu pembahasan lebih matang," kata Airlangga kepada awak media di lingkungan Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Selasa (28/3/2023).
Tanggapan Golkar
Partai Golkar juga menanggapi isu yang menyebut Wakil Presiden ke-10 dan-12 RI Jusuf Kalla (JK) yang menyarankan Ketum Airlangga Hartarto merapat ke Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP).
Ketua DPD Partai Golkar Jawa Barat Tubagus Ace Hasan Syadzily membantah adanya arahan itu. Sejatinya, ihwal JK menyarankan Airlangga agar Golkar bergabung dengan KPP diamini oleh Wakil Ketua Umum DPP Partai Golkar Ahmad Doli.
Baca Juga: Klaim Punya 469 Suara, Bahlil Resmi Daftar Jadi Ketum Golkar!
"Saya kira proses pembicaraan biasa, tukar pikiran," kata Ace di Kantor DPP Partai Golkar, Jakarta Barat, Selasa (28/3/2023
Ace mengatakan kehadiran Airlangga bagian dari silaturahmi politik yang biasa.
"Kalau diundang, ya diundang, beliau pasti datang. Bagian dari silaturahmi politik yang biasa," ucap Ace.
Ia mengatakan Airlangga tentu sebagai ketum memiliki satu pandangan tersendiri dalam menentukan arah bagaimana koalisi atau pilihan dalam konteks koalisi ke depan akan diambil.
"(Arahan kemarin) Saya kira arahan Pak Airlangga hasil musyawarah nasional 2019," tukas Ace.
Di sisi lain, Ace buka suara ihwal pembicaraan sejam Surya Paloh dengan Airlangga. Ia mengatakan pembicaraan itu hanya obrolan biasa.
"Kalau ngobrol, biasa Pak Airlangga dengan Pak Surya Paloh. Surya Paloh senior Partai Golkar juga. NasDem, kan, Nasdem bin Golkar," tandasnya.
Airlangga Masih Konsisten Nyapres
Wakil Ketua Umum DPP Partai Golkar Ahmad Doli Kurnia menegaskan, Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto dipastikan masih konsisten maju sebagai bakal calon presiden (capres). Golkar belum memikirkan opsi Airlangga maju bersama bakal capres Anies Baswedan sebagai bakal calon wakil presiden (cawapres).
"Belum. Jadi sampai sekarang ini kami masih konsisten dengan keputusan bahwa Pak Airlangga sebagai calon presiden. Kita belum mendiskusikan apapun selain dari keputusan itu," kata Doli di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, dikutip Selasa (28/3/2023).
Golkar, kata Doli, sedang mencari format menyikapi Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024. Ia tak memungkiri bahwa ada pembicaraan di tingkat sesama elite politik terkait hal tersebut.
"Jadi kita kan sekarang ini sedang menjajaki, mencari format yang terbaik buat kepentingan bangsa dan negara jadi semuanya masih kita runding rundingkan dengan semua elite dan pimpinan parti politik," ucap Doli.
Ketua Komisi II DPR itu mengatakan politik jelang kontestasi politik 2024 dinamis. Doli meyakini berbagai manuver politik Golkar bisa terjadi, termasuk dalam menentukan pasangan capres-cawapres.
"Ya sekarang saya katakan ini politik ya situasinya masih sangat dinamis karena masih ada 11 bulan lagi kan kita pilpres. Jadi kalau bicara tentang politik bicara kemungkinan, semua kemungkinan masih bisa terjadi," pungkasnya.
Editor : Pahlevi