Optika.id - Masjid Agung Lamongan, salah satu destinasi ikonik dan bersejarah. Masjid ini patut disinggahi ketika berada di Lamongan. Masjid ini berada tepat di sisi barat Alun-alun Kabupaten Lamongan.
Baca Juga: Lima Wisata Menarik di Sekitar Stasiun Lamongan
Masjid yang syarat akan sejarah dan terbilang ikonik itu ternyata berstatus tanah wakaf dari Ulama asal Kabupaten Bojonegoro, bernama Kiai Mahmoed. Masjid Agung Lamongan itu pertama kali dibangun pada tahun 1908.
Hal itu seperti yang diungkapkan oleh Sekretaris Umum Masjid Agung Lamongan, Haji Muhammad Yunani. Dia menyebut, Kiai Mahmoed adalah seorang ulama asal Bojonegoro yang telah lama menetap di Lamongan.
Berdasarkan informasi dari sesepuh, Mbah Kiai Mahmoed ini tidak memiliki ahli waris, sehingga tanah yang dimilikinya ini diwakafkan kepada masyarakat Islam di Lamongan, yang pada waktu itu dipercayakan kepada Mbah Kiai Mastur Asnawi, kata Yunani, Kamis (13/4/2023).
Setelah diwakafkan, sambung Yunani, bangunan masjid yang didirikan itu kemudian dikembangkan secara bertahap oleh Kiai Mastur. Bangunan masjid itu pun direnovasi oleh masyarakat secara gotong royong.
Menurut Yunani, setidaknya hingga kini masjid itu telah mengalami beberapa kali renovasi sejak awal didirikan. Pertama, masjid itu dibangun ke depan sesuai ciri khas masjid zaman dulu yang berbentuk joglo dengan tiga susunan.
Bangunan joglo dengan tiga susun itu memiliki makna iman, Islam dan ihsan. Masjid kemudian dikembangkan lagi ke sebelah kanan dan kiri. Lalu pembangunan bagian depan atau wajah masjid ini dibangun dua kali, yang pertama difasilitasi oleh Yayasan Muslim Pancasila, zamannya Pak Darmono, (Wapres era Soeharto), terangnya.
Baca Juga: Yuhronur-Dirham Targetkan Raih 70 Persen Suara
Seiring dengan berjalannya waktu, tambah Yunani, kondisi bangunan masjid yang menua itu kembali diperbaharui pada 2012. Pembaharuan itu dilakukan di bagian depan masjid dan selesai pada tahun 2015 lalu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Ditegaskan Yunani, sejumlah bagian Masjid Agung Lamongan ini masih terjaga keasliannya dan tetap dipertahankan meski telah mengalami beberapa kali renovasi.
Masih banyak yang asli, seperti bangunan utama dengan joglo tiga susun, tiang jati, tangga untuk naik menuju ke tempat adzan di atap masjid, mimbar dan menara lama yang hingga kini masih ada, imbuhnya.
Selain ikonik dan menjadi pusat keagamaan di wilayah Lamongan kota, Yunani menerangkan bahwa Masjid Agung ini juga menyimpan beberapa benda-benda bersejarah yang masih terus dilestarikan, salah satunya adalah mushaf Al Quran berukuran 240 x 155 cm, yang diletakkan di dalam masjid.
Baca Juga: Massa Menilai Kejari Lamongan Lamban Tangani Kasus
Mushaf Alquran berukuran besar ini buah karya dari Ustaz Rusdi Aliuddin, pengasuh Madrasah Diniyah Nurul Iman, Desa Sidorejo, Kecamatan Deket. Agar tetap terlindungi, mushaf itu disimpan dalam kotak kaca. Setiap hari selalu dibaca oleh karyawan masjid secara bergiliran, bebernya.
Adapun benda-benda bersejarah lain yang ada di masjid, sebut Yunani, di antaranya dua gentong dan dua batu pasujudan yang berada halaman depan masjid. Benda-benda itu memiliki kaitan erat dengan sejarah Panji Laras dan Panji Liris yang populer di Lamongan.
Sedangkan di serambi sebelah utara masjid juga terdapat 3 makam, yakni makam Kiai Mahmoed, Kiai Mastur Asnawi dan satu lagi makam kosong yang awalnya disediakan untuk mendiang istri Kiai Mahmoed, pungkas Yunani.
Editor : Pahlevi