Waspadai Hepatitis B, Kemenkes Imbau Masyarakat Aktif Deteksi Dini

author Uswatun Hasanah

- Pewarta

Kamis, 18 Mei 2023 12:47 WIB

Waspadai Hepatitis B, Kemenkes Imbau Masyarakat Aktif Deteksi Dini

Optika.id - Juru Bicara Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Mohammad Syahril mengungkapkan bahwa virus Hepatitis B saat ini penularannya didominasi secara vertikal dari ibu ke anak. Sebanyak 90 95% kasus tersebut ditemukan oleh pihaknya. Sementara penularan secara horizontal kepada orang lain ada sekitar 5 10% kasus.

Baca Juga: Alami Baby Blues, Kapan Sebaiknya Ibu Pergi ke Psikolog?

Hal ini mengindikasikan bahwa hepatitis B merupakan penyakit yang harus diwaspadai serta dibutuhkan upaya untuk memutuskan mata rantai persebarannya mengingat sifat virus ini yang mudah menginfeksi.

Hepatitis B merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus hepatitis B (HBV) yang menyerang hati. Virus ini bisa ditularkan melalui cairan tubuh, seperti darah dan air mani.

Berdasarkan data Riset kesehatan dasar (riskesdas) pada tahun 2013, saat itu prevalensi hepatitis B menyentuh angka 7,1% yang membuat Indonesia masuk ke dalam negara nomor tiga di Asia dan posisi 20 negara dengan jumlah pasien hepatitis B terbanyak di dunia.

"Mengapa mencegah penularan hepatitis B penting? Karena ini menjadi perhatian Undang-Undang (UU) Kesehatan, di mana pemerintah dan orang tua memiliki kewajiban dalam mengusahakan anak yang lahir terhindar dari penyakit yang mengancam kelangsungan hidup atau kecacatan," ujar Syahril, dalam keterangan yang dikutip Optika.id, Kamis (18/5/2023).

Syahril menjelaskan bahwa pencegahan penularan hepatitis B dari ibu ke anak dimulai dari yang paling dasar yakni pemberian tiga dosis imunisasi hepatitis B pada bayi. Selanjutnya dilanjutkan pemberian HB0 yang merupakan vaksin hepatitis B dalam waktu tak lebih dari 24 jam agar bisa mengurangi transmisi dari ibu ke bayi.

Pencegahan lainnya adalah ibu hamil yang rutin memeriksa kandungannya, ANC (antenatal care) serta rajin melakukan pemantauan pada bayi. Kemudian, diberikan obat untuk memperkuat kekebalan tubuh agar bisa melawan virus hepatitis B yakni HBlg. Pemberian itu dilakukan pada bayi lahir dari ibu reaktif dan pemberian Tenofovir pada ibu hamil dengan beban virus tinggi.

Baca Juga: Selain Covid-19, Tubuh Juga Butuh Vaksin Ini Lho!

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

"Pemberian imunisasi hepatitis B (tiga dosis) dan pemberian HB0 kurang dari 24 jam sudah menjadi program wajib imunisasi dasar secara nasional," ucapnya.

Syahril juga mengatakan, pengobatan hepatitis B juga diberikan kepada pasien selain ibu hamil dan bayi yang baru lahir, dengan melakukan skrining terlebih dahulu. Adapun prioritas pasien yang dimaksud untuk skrining anti-HCV yang merupakan pemeriksaan tahap pertama sebelum pengobatan hepatitis yakni kepada orang dengan HIV/AIDS (ODHA), pengguna jarum suntuk dan mantan pengguna, warga binaan penjara, pekerja seks, pasien hemodialisa, pelaku penyimpangan seksual, pasien dengan riwayat transfuse darah, mereka yang pernah membuat tindik, tato, penggunaan alat medis tidak steril serta para tenaga kesehatan.

"Apabila hasilnya reaktif selanjutnya diperiksa HCV RNA (pemeriksaan untuk mengetahui adanya virus hepatitis dan jumlahnya di dalam tubuh seseorang) dan apabila hasilnya reaktif, maka dilakukan pengobatan DAA (obat oral hepatitis dengan lama delapan hingga 12 minggu)," kata Syahril.

Baca Juga: Angka Kematian Ibu di Indonesia Masih Tinggi, Kesenjangan Kesehatan Jadi Penyebabnya

Prioritas pemerintah dalam bidang kesehatan saat ini salah satunya adalah memutus dan mencegah sedini mungkin penularan hepatitis. Minimal sebanyak 80ri ibu hamil melakukan deteksi dini dengan cara pemeriksaan terintegrasi dengan sifilis dan HIV. Tujuannya yakni memutus atau mencegah transmisi hepatitis dari ibu ke anak.

Oleh sebab itu, pihaknya mengimbau kepada masyarakat, khususnya ibu hamil dan kelompok rentan seperti yang tersebut di atas untuk aktif memeriksakan diri ke fasilitas layanan kesehatan terdekat untuk deteksi dini HIV, Sifilis maupun Hepatitis.

Hal ini dilakukan agar tidak memperburuk keadaan serta mencegah penularan penyakit tersebut di sisi lain kesehatan masyarakat akan meningkat dan terkendali dengan baik.

Editor : Pahlevi

BERITA TERBARU