Surabaya (optika.id) - Postpartum distress syndrome atau yang kerap dikenal dengan nama baby blues merupakan kondisi terganggunya suasana hati pascamelahirkan. Kondisi ini dialami oleh sekitar 50 80% perempuan yang melahirkan anak pertama. Meskipun demikian, tidak menutup kemungkinan dialami pada kelahiran anak kedua dan seterusnya.
Gejala-gejala umum ibu yang mengalami baby blues ini adalah mudah sedih dan menangis, merasa cemas, sensitive, takut, tidak percaya diri, tidak tertarik merawat bayi, merasa kehabisan tenaga, tidak berharga, merasa gagal, tidak nyaman, bingung tanpa sebab dan tidak sabar.
Baca Juga: Pemilu Sebabkan Banyak Orang Stres, Ini Cara Mengatasinya
Tak sedikit orang yang menggap negatif atas kondisi tersebut dan menyebutnya berlebihan. Akan tetapi, yang harus dipahami yakni setiap ibu melahirkan pasti mengalami perasaan yang berbeda-beda. Lantas, jika hal tersebut terjadi, langkah antisipasi apa yang harus dilakukan?
Dalam keterangannya, Psikolog dari Ikatan Psikologi Klinis Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI), Naftalia Kusumawardhani menjelaskan bahwa ibu yang mengalami baby blues ada baiknya melakukan konsultasi ke psikolog apabila terjadi dalam kurun waktu tertentu.
"Apabila gejala tersebut berlangsung selama dua pekan, maka ibu harus berani ambil keputusan untuk mencari bantuan ke psikolog. Pengalaman melahirkan itu unik, tidak universal, maka sebaiknya ibu tetap berobat dan tidak terpengaruh anggapan orang yang memandang negatif. Justru ibu hebatlah yang tahu cara antisipasinya," ujar Naftalia, dalam keterangannya, dikutip Optika.id, Selasa (20/2/2024).
Baby blues, tuturnya, bisa dialami karena perubahan kehidupan setelah menjadi orang tua. Hal ini tidak terbatas pada mengasuh anak saja, melainkan juga hubungan dengan anggota keluarga, mertua, hingga ipar yang mengalami transisi.
Naftalia juga menyebut bahwa ibu yang kelelahan dan mempunyai beban berat bsia menyebabkan kurang optimalnya pengasuhan di masa emas anak yakni 1.000 hari pertama kehidupan atau usia 0 2 tahun.
"Ibu yang terlalu capek dan memiliki beban tambahan dapat menyebabkan tidak terpenuhinya kebutuhan nutrisi bayi. Ibu stres, ASI tidak keluar, kelelahan sampai tidak sempat memperhatikan gizi dalam menu makanan bayi, akibatnya pengasuhan di 1.000 Hari Pertama Kehidupan kurang optimal," paparnya.
Maka dari itu, dia menegaskan kepada para calon orang tua mengenai pentingnya pengetahuan tentang kehamilan hingga pasca melahirkan dan merawat anak.
Baca Juga: Stres Pasca Pemilu Bayangi Pendukung yang Jagoannya Kalah, Bahaya Bagi Mental?
Tujuan untuk menambah wawasan ini adalah membentuk kesiapan dan mengoptimalkan persiapan calon orang tua, serta meminta dukungan keluarga itu sendiri. persiapan juga perlu dilakukan di segala aspek tak hanya finansial semata, melainkan juga secara fisik dan psikologis.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Adapun periode kritis untuk ibu adalah masa nifas atau 40 hari pasca melahirkan. Hal ini dikarenakan itu waktu yang dibutuhkan untuk pemulihan secara fisik dan psikologis.
"Perlu diketahui para calon orang tua, apa saja yang terjadi di tiga periode penting selama nifas, yaitu pada hari pertama sampai hari ketiga, taking in, kemudian hari ketiga sampai ke-10, taking hold, sampai letting go di hari ke-10 hingga kurang lebih minggu keenam," tuturnya.
Di sisi lain, orang sekitar juga penting untuk diedukasi agar tidak gampang menghakimi pilihan ibu dalam melahirkan, baik normal maupun operasi sesar.
Baca Juga: Lama Perjalanan ke Kantor Bikin Depresi Karyawan
"Penghakiman dari orang lain seperti anggapan ibu sejati adalah yang melahirkan secara normal, sedangkan operasi sesar dianggap ibu takut kesakitan, takut bentuk fisik berubah, atau terkesan hanya ingin proses yang mudah saja. Penghakiman itu dapat membuat ibu semakin terbebani," ucap Naftalia.
Kondisi fisik ibu usai melahirkan pastinya mengalami banyak perubahan. Ada rasa lelah luas biasa yang dirasakan oleh ibu, apalagi jika tanpa adanya bantuan dari keluarga di sekitarnya. Oleh sebab itu, penting untuk selalu memberikan dukungan pada ibu pasca melahirkan.
"Ibu bahagia, maka bayi sehat, tidak ada ibu yang sempurna. Hanya ibu yang mau menjalani semua proses kehamilan hingga kelahiran," imbuhnya.
Editor : Pahlevi