Optika.id - Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) pada tahun 2022 menyebut bahwa angka stunting di Indonesia berada di kisaran 216% sedangkan angka wasting stagnan di titik 7,7%. Hal ini membuat Kementerian Kesehatan (Kemenkes) berkomitmen untuk menurunkan angka stunting dan wasting sekaligus.
Baca Juga: Kasus Covid-19 Naik Jelang Nataru, Kemenkes: Masih Terkendali
Salah satu caranya yakni melakukan intervensi pada kelompok ibu hamil yang kurang gizi. Serta melakukan intervensi pada balita yang timbangannya tidak naik-naik.
Untuk diketahui, wasting adalah kondisi anak yang berat badannya menurun seiring berjalannya waktu hingga total berat badannya jauh di bawah standar kurva pertumbuhan atau berat badan berdasarkan tinggi badannya rendah. Anak yang mengalami wasting pun menunjukkan penurunan berat badan akut dan parah.
"Sebelumnya, ibu hamil KEK (Kekurangan Energi Kronis) dan balita gizi kurang. Sekarang, ditambah balita yang timbangannya tidak naik dan balita yang berat badannya kurang dibanding umurnya," ujar Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat Kemenkes, Maria Endang Sumiwi, dalam keterangannya yang dikutip Optika.id, Kamis (18/5/2023).
Dijelaskan oleh Maria, salah satu cara intervensi pemerintah memberantas stunting dan wasting ini adalah dengan PMT (pemberian makanan tambahan). Upaya ini sudah diujicoba di 31 kabupaten. Dan angka tersebut, 16 di antaranya merupakan PMT berbahan pangan lokal yang diberdayakan oleh masyarakat setempat dan kaya akan gizi.
Maka dari itu, mulai tahun ini Maria mengimbau agar pemerintah daerah segera menyelenggarakan program PMT dengan memanfaatkan berbagai sumber yang dimiliki. Baik dana, maupun sumber daya yang lain. Sedangkan, bagi daerah dengan kemampuan ekonomi rendah dan sedang tidak perlu khawatir karena akan diberi alokasi dana khusus agar program ini bisa berjalan sesuai dengan rencana. Kegiatan ini nantinya akan dilakukan oleh Puskesmas terkait sesuai dengan yang tercantum di Permenkes Nomor 42 Tahun 2022.
Baca Juga: Target Penurunan HIV AIDS di Indonesia Masih Belum Optimal
Dalam keterangan yang sama, Budi Gunadi Sadikin selaku Menteri Kesehatan (Menkes) menyampaikan bahwa pihaknya bersama dengan pihak terkait seperti masyarakat dan pemerintah daerah perlu memperhatikan beberapa hal sebelum maupun selama mengintervensi anak kurang gizi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Pada anak kurang gizi di tahapan awal, mereka harus diberi asupan protein hewani seperti telur dan ikan. Sementara itu, anak dengan tingkat kurang gizi lebih parah memerlukan makanan dengan rasio energy protein lebih tinggi.
Kemudian, apabila ada anak yang sudah memasuki kategori stunting, maka rumah sakit wajib melakukan intervensi melalui pemberian sejumlah obat. Puskesmas dalam tahap ini tidak berhak melakukan intervensi. Pasalnya, di tahap ini, stunting sulit untuk dipulihkan.
Baca Juga: Kemenkes Tegaskan Pneumonia China Tak Akan Jadi Pandemi Baru di Indonesia
"Jadi, jangan intervensinya orang yangstunting. Itu telat," ujar Budi.
Lebih lanjut Budi juga menyampaikan bahwa Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta agar stunting segera ditangani. Hal ini sejalan dengan Prolegnas yang sudah disusun dan agar kapasitas intelektual masyarakat optimal dan tidak rendah ketika terjadi bonus demografi. Nantinya, hal ini akan berdampak pada tingginya produktivitas masyarakat dan peningkatan ekonomi.
Editor : Pahlevi