Optika.id - Nama Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa mulai muncul dan dilirik oleh elit politik yang digadang-gadang menjadi calon wakil presiden (cawapres). Akan tetapi, dalam beberapa survei politik yang digelar di Indonesia oleh berbagai lembaga, nyatanya nama Khofifah tidak pernah ada di urutan pertama. Misalnya, pada awal Mei 2023 Lembaga Survei Indonesia (LSI) merilis hasil cawapres potensial. Urutan pertama dengan skor 19,5% diduduki oleh Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil.
Baca Juga: Khofifah: Muhammadiyah adalah Pilar Kemajuan Bangsa dan Kemanusiaan
Disusul nama Sandiaga Uno, Agus Harimurti Yudhoyono, dan Erick Thohir, nama Khofifah harus puas menempati urutan kelima saja. Sementara itu, hasil survei Indikator Politik Indonesia (IPI) menyebut jika Khofifah masih jauh berada dibawah Sandiaga, Ridwan Kamil, Erick Thohir, Mahfud MD dan AHY.
Menurut Pangi Syarwi Chaniago selaku Founder Voxpol Center Research & Consulting, Khofifah memang menjadi kandidat yang cukup konsisten masuk ke dalam lima besar tokoh potensial menjadi cawapres yang namanya bersaing dengan nama-nama seperti tersebut di atas.
Lembaganya pernah membuat simulasi pasangan capres-cawapres, yakni Anies Khofifah dan Ganjar Erick, hasilnya mayoritas warga Jawa Timur lebih memilih Anies Khofifah. Sebaliknya, apabila Anies disandingkan dengan yang lain, maka Ganjar Erick lah yang unggul.
Dia menilai pemilihan sosok cawapres yang potensial ini menjadi penting lantaran elektabilitas calon seperti Prabowo, Ganjar dan Anies masih dinamis dan kadung kompetitif. Pangi menegaskan jika nilai plus dari Khofifah yang pertama adalah karena dia perempuan sehingga dianggap sebagai representasi perempuan.
Menurut Pangi, suara pemilih perempuan di Indonesia tidak serta mereta diremehkan begitu saja lantaran sudah banyak dari perempuan yang melek terhadap isu-isu mereka. Oleh sebab itu, wajar jika Khofifah patut dipertimbangkan agar bisa menggaet suara perempuan. Selain itu, keunggulan lainnya yakni Khofifah merupakan tokoh klaster kepala daerah.
Gubernur Jawa Timur, ujar Pangi, akan selalu dipertimbangkan untuk masuk ke bursa kontestasi tersebut. Pun Khofifah juga memiliki modal berupa kekuatan elektoral di Jawa Timur. Dirinya juga merupakan kader dari Nahdlatul Ulama (NU) dan menjadi Ketum PP Muslimat NU sejak tahun 2000 silam.
NU kan jaring sel-sel politiknya cukup menjanjikan dan potensial, dan punya kans juga untuk bisa merebut kantong-kantong (suara) di Jawa. Kalau prestasi beliau (Khofifah) bagus, kinerja bagus, maka posisi beliau sebagai cawapres makin diperebutkan orang. Tapi, kalau misalnya Jatim sudah banyak kecewa dengan Khofifah, dianggap tidak bisa kerja, maka jangan diharapkan akan digandeng sebagai cawapres. kata Pangi kepada Optika.id, Kamis (1/6/2023).
Baca Juga: Debat Ketiga Pilgub Jatim: Khofifah-Emil Tekankan Jawa Timur Sebagai Gerbang Nusantara
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Sebagai Gubernur Jawa Timur yang terpilih sejak Februari 2019 lalu, Mantan Menteri Sosial dan Menteri Pemberdayaan Perempuan ini punya kinerja yang cukup baik dalam memimpin provinsi dengan jumlah penduduk terbanyak kedua di Indonesia itu. Hal ini merujuk kepada data yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS).
Prestasi Khofifah menurut BPS salah satunya adalah Jawa Timur yang berhasil menekan angka kemiskinan hingga berkurang sebanyak 55,2 ribu jiwa pada Maret 2022. Sedangkan pada tahun 2019 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Jawa Timur berada di angka 71,50 poin dan angka tersebut terus naik hingga tahun 2022 mencapai 72,75 poin.
Sedangkan dalam aspek ekonomi, pada tahun 2019 ekonomi Jawa Timur berada di angka 5,52n setahun setelahnya 2,39%. Sedangkan sepanjang 2021 ekonomi Jawa Timur mulai tumbuh 3,57n pada tahun 2022 tumbuh sebesar 5,34%.
Capaian lainnya adalah Pemprov Jawa Timur pada Mei 2021 lalu berhasil meraih penghargaan dari Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) sebagai provinsi terbaik tahun 2021. Penghargaan itu diberikan lantaran Jawa Timur mampu menghasilkan perencanaan yang berkualitas, mencapai berbagai target pembangunan daerah. Serta melaksanakan inovasi pembangunan yang dilakukan dari waktu ke waktu.
Baca Juga: Muhammadiyah Peringati Milad yang Ke-112, Khofifah Ucapkan Selamat
Ada capaian-capaiannya yang harus dicatat, harus diapresiasi, jelas Pangi
Namun, apabila dikaitkan dengan Pilpres 2024, Pangi mengatakan, capaian Khofifah kemungkinan tak dilihat. Alasannya, logika pemilih di Indonesia masih sekadar melihat popularitas, bukan kinerja.
Ya, masih begitu politik kita. Belum terlalu programoriented, tuturnya.
Editor : Pahlevi