Optika.id - Peneliti Pusat Riset Politik Badan Riset dan Inovasi Nasional (PRP-BRIN), Wasisto Raharjo Jati mengamati bahwa saat ini kekuatan partai politik (parpol) tengah menyasar generasi muda sebagai targetnya. Dia tak menampik jika tingkat partisipasi pemilih muda ini akan menentukan suksesnya Pemilu 2024 nanti. Hal ini terjadi lantaran pemilih muda merupakan segmen pemilih terbesar yakni bisa mencapai 55-60ri jumlah pemilih keseluruhan.
Baca Juga: Gagal Maju Pilgub Jadi Hal Untung bagi Anies, Kok Bisa?
Akan tetapi, di sisi lain dia mengakui bahwa tidak mudah mengajak anak-anak muda untuk datang mencoblos di TPS. Bisa jadi ada banyak pertimbangan yang memutuskan mereka untuk golput apalagi banyak isu parpol serta elitnya yang memicu ketidakpuasan publik.
Dia mencontokan tentang dinamika politik yang sesak dan pemerintahannya yang tidak banyak berubah dan berbenah. Kondisi ini tentunya bisa memicu pemilih muda menjadi apatis. Dampak kebijakan yang minim inovasi oleh pemerintah, disertai dampaknya yang parsial membuat mereka tentunya menjadi skeptic.
"Hal-hal ini yang berpotensi mendorong para pemilih muda menjadi golput. Ini tantangan bagi semua pihak terkait," ujar Wasis dalam keterangannya, Kamis (1/6/2023).
Baca Juga: Besok, PDI-Perjuangan Akan Usung Risma Jadi Kandidat Cagub Jatim
Di sisi lain, Wasis menjelaskan adanya faktor lain yang membuat kawula muda ini enggan berpartisipasi secara aktif dalam politik. Hal itu yakni minimnya representasi anak muda di daftar kandidat sehingga dianggap tidak mewakili kaum mereka. Kemudian, minimnya timbal balik yang didapat apabila mereka memilih partai atau kandidat tertentu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Selanjutnya, kawula muda merasa jika program kampanye partai dan kandidatnya tidak mewakili secara langsung masalah yang dihadapi oleh para kawula muda ini. Kebanyakan parpol dan elitnya masih berkutat di permasalahan lama dan belum selesai serta dipenuhi oleh para boomer yang sudah tua.
Baca Juga: 100 Guru Besar UGM Nyatakan Sikap, Ingin KPU Jaga Marwah Jelang Pilkada
Meskipun hal tersebut sejatinya tidak bisa digeneralisasi bahwa semua pemilih muda akan golput, namun menurutnya juga tidak ada jaminan bahwa pemilih muda akan datang 100% ke TPS dan berpartisipasi memilih.
"Karena sangat tergantung pada dinamika politik ke depan. Terlebih lagi mungkin ada rasa kekhawatiran politisasi identitas terjadi lagi," pungkas Wasis.
Editor : Pahlevi