Benarkah Jatuh Cinta Bisa Membuat Seseorang Bodoh?

author Uswatun Hasanah

- Pewarta

Senin, 12 Jun 2023 14:51 WIB

Benarkah Jatuh Cinta Bisa Membuat Seseorang Bodoh?

Optika.id - Banyaknya lagu cinta yang wara-wiri di telinga merupakan hal yang wajar dalam industri musik tanah air. Berbagai lirik yang menimbulkan romansa dan bikin senyam-senyum sendiri bisa membuat kita terbuai olehnya. Tapi, ini bukan tentang lagu.

Baca Juga: Gen Z Enggan Terima Panggilan Telepon, Benarkah Kena Telephobia?

Penggalan lagu yang menyebut jatuh cinta berjuta rasanya bukanlah omong kosong atau sebagai majas belaka. Pasalnya, memang ada fakta bahwa ketika seseorang jatuh cinta, mereka sering mengalami perasaan sangat bahagia, meluap-luap, dan berlebihan terhadap orang yang mereka cintai.

Tentunya, hal ini bisa membuat mereka melihat dunia dengan warna yang berbeda, pandangan yang lebih positif, penuh semangat, dan menghadirkan perasaan berani yang lebih besar dalam mengambil keputusan atau risiko.

Akan tetapi, sensasi terlena dan terbuai dengan cinta ini ternyata menghadirkan cara berpikir yang tidak rasional. Mereka yang jatuh cinta cenderung mengabaikan peringatan atau tanda-tanda bahwa hubungan mereka sudah tidak sehat dan hal ini bisa menyebabkan mereka membuat keputusan yang kurang bijaksana ketika terbuai oleh alunan cinta.

Mengutip dari laman The London Times, Senin (12/6/2023), psikolog evolusioner Universitas Oxford, Robin Dunbar menilai jika cinta tidak hanya membuat orang buta saja, melainkan juga bisa membuat seseorang bodoh. Hal ini karena ada bagian rasional dari otak manusia yang mati ketika mengalami perasaan cinta.

Dunbar mengaku telah mengembangkan teorinya pasca dirinya menganalisis temuan eksperimen otak Inggris yang dilakukan selama lebih dari satu decade lalu di University College of London. Penelitiannya itu memanfaatkan alat yang bernama magnetic resonance imaging (MRI) untuk memindai otak individu yang sedang jatuh cinta.

Untuk diketahui, metode ini merupakan metode non-invasif yang menggunakan medan magnet serta gelombang radio untuk menghasilkan gambar detail struktur dan aktivitas otak.

Hasilnya, studi ini mengungkapkan adanya perubahan dalam aktivitas otak saat seseorang sedang jatuh cinta. Adapun tujuan dari penelitian ini yakni berusaha mengidentifikasi bagian otak yang terlibat dalam pengalaman jatuh cinta serta melihat perubahan pada level aktivitasnya.

Lebih lanjut, studi ini juga menunjukkan ketika mereka melihat pasangan melalui foto, maka bagian korteks prefrontal yang terkait dengan pemikiran rasional dan pengambilan keputusan dapat menurun atau berkurang. Sebagai informasi, yang dimaksud korteks prefrontal yakni bagian otak yang terlibat dalam pemrosesan informasi kompleks, kontrol diri, penilaian, dan pengambilan keputusan.

Baca Juga: Waspadai Tiga Kebiasaan Beracun yang Bisa Rusak Mental Diri Sendiri

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Penurunan aktivitas korteks prefrontal ini menjelaskan mengapa orang yang sedang jatuh cinta cenderung membuat keputusan impulsive, kurang mempertimbangkan konsekuensi jangka panjang serta terlalu fokus dan terpaku pada objek cinta mereka.

Adapun ketika seseorang jatuh cinta, dalam korteks prefrontal mereka terjadi suatu perubahan kimiawi dalam tubuh yang bisa mempengaruhi suasana hati dan perilaku mereka. Sementara itu, beberapa hormone dan neurotransmitter yang turut andil dalam pengalaman jatuh cinta yakni serotonin, dopamine, oksitonin dan noradrenalin.

Adapun cara kerja hormone-hormon tersebut seperti dopamine merupakan neurotransmiter yang terlibat dapat meningkatkan perasaan bahagia dan kegembiraan saat seseorang jatuh cinta. Hal ini dapat menciptakan sensasi euforia dan kecanduan terhadap perasaan tersebut.

Kemudian oksitosin merupakan hormone yang berkaitan dengan ikatan sosial dan keintiman ini bisa meningkat ketika jatuh cinta. Hormone ini bertanggung jawab dalam memperkuat ikatan emosional antara dua orang dan meningkatkan rasa kepercayaan dan kedekatan.

Baca Juga: Jatuh Cinta Berlebihan Bikin Obsesi dan Delusi, Hati-Hati Kena Erotomania

Oleh sebab itu, adanya efek dari hormon-hormon ini secara bersamaan dengan euforia yang dialami saat jatuh cinta dapat mengesampingkan pemikiran logis dan rasional dalam beberapa situasi.

Maka dari itu, perasaan bahagia yang mendominasi inilah yang membuat orang yang sedang dilanda kasmaran cenderung mengabaikan risiko atau konsekuensi yang mungkin timbul di kemudian hari. Selain itu, adanya ambisi dan motivasi yang kuat untuk mendapatkan perhatian atau kasih sayang dari orang yang mereka cintai dapat mendorong seseorang untuk melakukan tindakan yang tidak biasa atau berani.

Biasanya, mereka cenderung mengabaikan hambatan serta mengambil berbagai langkah ekstra demi mencapai hubungan yang mereka idam-idamkan.

Namun, penting untuk diingat bahwa setiap individu bereaksi secara berbeda terhadap jatuh cinta dan tidak semua orang akan mengalami tingkat kecanduan yang sama atau melakukan tindakan yang konyol.

Editor : Pahlevi

BERITA TERBARU