Banyak Anak Nikah Dini, Kemen PPPA Sarankan Bentuk Kurikulum Kesehatan Reproduksi

author Uswatun Hasanah

- Pewarta

Selasa, 20 Jun 2023 15:59 WIB

Banyak Anak Nikah Dini, Kemen PPPA Sarankan Bentuk Kurikulum Kesehatan Reproduksi

Optika.id - Pelaksana tugas (Plt) Deputi Bidang Pemenuhan Hak Anak Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA), Rini Handayani meminta agar pemerintah segera membentuk kurikulum pendidikan kesehatan reproduksi bagi anak. Hal ini dilakukan agar membentuk pengetahuan anak guna mencegah perkawinan anak.

Baca Juga: Kesehatan dan Alkohol: Apa yang Harus Anda Ketahui?

Mengapa terjadi perkawinan anak? Karena edukasi kesehatan reproduksibelum optimal bagi anak kita,"tuturnya dalam acara Peluncuran Laporan Studi Dispensasi Kawin, di Jakarta, Senin(19/6/2023).

Rini menilai saat ini materi kesehatan reproduksi berada dalam mata pelajaran biologi sebenarnya sebab tidak ada mata pelajaran yang secara spesifik membahas hal tersebut.

Alasan lain terhadap urgensi kurikulum kesehatan reproduksi tersebut yakni karena anak bisa menghabiskan 70% waktunya di sekolah. Sementara 30% waktu anak dihabiskan bersama keluarganya.

"Maka sekolah ramah anak dengan kurikulum pendidikan yang harus ramah anak terutama pendidikan kesehatan reproduksi," ucap Rini.

Pendidikan kesehatan reproduksi ini pun diharapkan ada di semua jenjang pendidikan dari sekolah dasar hingga sekolah menengah atas. Adapun materi pembelajarannya disesuaikan dengan tingkat usia anak.

"Sejak kapan diberikan, melalui tingkatan usia berapa, ya mulai dari usia dini sampai ke tingkat perguruan tinggi,"kata dia.

Rini menambahkan, apabila anak sudah teredukasi maka nantinya dia bisa membagikan pengetahuan yang dimilikinya kepada teman-teman sebayanya melalui berbagai media dan kesempatan. Bisa ketika dia bermain, atau yang lainnya. Rini sempat menyebutkan bahwa pihaknya dan BKKBN sudah memiliki platform khusus untuk kampanye anak ini. KPPA punya Forum Anak sementara BKKBN Forum Genre. Dalam kelompok tersebut, anak-anak lah yang menjadi peer education.

Baca Juga: Kenali Penyebab Kesemutan pada Wajah dan Waktu yang Tepat untuk Konsultasi

Tak Hanya Anak, Kesehatan Reproduksi Libatkan Peran Orang Tua

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Selain urgensi membentuk dan merencanakan pendidikan kesehatan reproduksi di sekolah, orang tua juga perlu memberikan solusi tentang kesehatan reproduksi kepada anak.

"PR terbesar kita adalah tidak hanya dari sisi pendidikan formal, tapi pendidikan informal. Bagaimana memulai dari keluarga," jelas Rini.

Misalnya, anak harus diajarkan sejak kecil tentang bagian tubuhnya yang tidak boleh dilihat, disentuh, dan diraba oleh orang lain kecuali dirinya sendiri dan orang tuanya atas persetujuan dirinya sampai dia merasa sudah tidak perlu bantuan orang tuanya untuk mandi atau berpakaian.

Baca Juga: 5 Perubahan Warna Lidah yang Mengungkap Kondisi Kesehatan Anda

"Hal-hal kecil dari anak berusia balita, apa yang menjadi privasi-nya si anak," kata Rini.

Maka dari itu, dia menilai jika pendidikan kesehatan reproduksi perlu juga disosialisasikan kepada orang tua sebagai pendidikan pertama.

Sebagai informasi, perkawinan anak menjadi momok besar bagi anak-anak Indonesia. pasalnya, dampak perkawinan anak ini juga mengancam kesehatan reproduksi perempuan, meningkatnya kasus perceraian, terjadinya kekerasan dalam rumah tangga, dan putus sekolah.

Dampak lainnya kematian ibu hamil dan melahirkan, angka kematian bayi, meningkatnya kasus stunting, bahkan memperbesar peluang terjadinya kemiskinan antar generasi.

Editor : Pahlevi

BERITA TERBARU