Optika.id - Imperium baru berlandaskan Islam berdiri kukuh, stabilistas politik sudah pulih dan bersiap melebarkan sayapnya. Tiga detasemen yang masing masing terdiri atas 3000 orang berangkat menuju Suriah. Pasukan Yazid Ibn Sufyan dan Syurabil Ibn Hasanah bergerak ke Tabuk-Maan, sementara Amr bin Ash melakukan operasi gabungan menyusuri rute Aylah bersama 3500 orang pimpinan Abu Ubaydah Ibn Jarrah yang datang menyusul.
Baca Juga: Roberto Mancini Resmi Tinggalkan Timnas Arab Saudi Setelah Performa Buruk di Kualifikasi Piala Dunia
Sentuhan pertama terjadi di dataran rendah selatan Laut Mati, Yazid mengalahkan legiun Romawi di Lembah Arabah. Legiun Romawi yang bermarkas di Caesarea itu terburu-buru kabur dari medan perang. Mundur ke Gaza, tentara Romawi yang berserakan disatukan kembali oleh Jendral Sergius dan mengadakan perlawanan lagi. Sergius tewas di Dathin, terkubur bersama ribuan tentara Romawi pada 4 Februari 634 M.
Jenderal Arab paling cemerlang, Khalid bin Walid merebut Irak dari kekaisaran Sasanid Persia, atas perintah Abu Bakr membawa serta 500 orang menuju Suriah, gabungan dari pasukan al Mutsanna Ibnu Haritsah yang merupakan kepala suku Bani Syaiban.
Selama delapan belas hari perjalanan yang melelahkan, Khalid bin Walid diserbu pasukan Kristen Gassan di Marja Rahit. Khalid bin Walid menumpasnya, dan beranjak melanjutkan perjalananya ke Bushra. Ia memimpin gabungan tentara Arab lainnya berperang di Ajnadyn pada 30 Juli 634 M. Perlawanan sengit legiun Romawi berhasil dipatahkan Khalid bin Walid. Islam menggapai kemenangan gemilang, tapi hasrat menaklukkan belum surut, panji-panji Islam meneruskan perjalanan menuju Palestina.
Romawi Timur yang meremehkan kehadiran ancaman dari orang Arab, sekarang hanya bisa melongo. Hampir seluruh wilayah kekuasaannya di Timur Tengah dirampas orang Arab.
Menurut Philip K. Hitti dalam bukunya History of Arabs, dikutip Optika.id, Minggu (30/7/2023) menyebut jika serangan sistematis tersebut menjatuhkan kerajaan Gassan tanpa perlawanan berarti. Sebelah timur Yordania mendapatkan gilirannya (23 Januari 635 M). Akibat kekalahan memalukan legiun Romawi di Marja Shufar (25 Januari 635 M), Damaskus mengalami nasib yang sama setelah pengepungan selama 6 bulan (September 635 M).
Kaisar Heraklius, pahlawan Constaninopel yang sukses mengusir Ksatria Teutonik (ksatria Jermanik berjubah putih dan berpenampilan angker) ternyata kewalahan menghadapi kebrutalan orang Arab dalam menendang penguasa Romawi. Kaisar Heraklius geram, ia menghimpun kekuatan hingga 50.000 prajurit untuk diserahkan kepada saudara laki lakinya, Theodorus.
Gelombang besar serangan kembali diluncurkan. Namun, Theodorus tidak mampu berkutik sedikit pun menghadapi gempuran hebat. Tentara bayaran yang tidak patuh apalagi setia, malah kabur duluan menyelamatkan diri melalui ke tepi sungai terjal menuju Lembah Rukkad. Medan Pertempuran layak disebut pembantaian daripada perang. Theodorus tewas, di tengah legiun Romawi yang panik, prajurit-prajurit yang kocar kacir dan putus asa.Khalid bin Walid dicabut oleh khalifah baru, Umar bin Khattab, dari jabatan gubernur Suriah, dan digantikan Abu Ubaydah.
Kekaisaran Byzantium yang tiran dan penindas harus melepaskan kota Aleepo, Antiokia dan kota-kota lain di sebelah utara yang jatuh ke tangan pasukan Arab, menyisakan kota Qinnasrin.
Yerussalem memberikan kunci gerbang kota kepada tentara Islam tahun 638 M. Sementara Caesarea yang mendapat bantuan dari laut bisa bertahan gigih meski diserbu berkali-kali. Para pembelot Yahudi membukakan gerbang bagi tentara Arab, beberapa hari kemudian kota itu menyerah. Berita kematian Abu Ubaydah di Amawas karena wabah penyakit, juga menewaskan 20.000 pasukannya, gubernur Suriah pun diambil alih oleh Muawiyah.
Baca Juga: Buya Hamka dan Kapal Van Der Wijck
Al Mutsanna ibn Haritsa diserahi tanggung jawab oleh sekutunya Khalid bin Walid. Sasanid hampir menenggelamkan pasukan Al Mutsanna ibn Haritsa dalam pertempuran di jembatan dekat Hirah pada 26 November 634 M. Kesalahan strategi tidak menyurutkan ambisinya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Satu tahun kemudian, Al Mutsanna melancarkan serangan balasan di al Buwayb, tepi sungai Efrat. Memporak-porandakan serdadu-serdadu Persia dibawah Jendral Mihran. Khalifah Umar bin Khattab mengutus sahabat nabi yang terkemuka, Saad bin abi Waqqash mengkomandoi 10.000 tentara Arab. Admnistrator kekaisaran Sasanid, Rustam merespon penyerbu Arab dalam pertempuran paling menentukan.
Cuaca panas ekstrem, badai gurun yang menggelapkan mata. Kaliveri dan infateri Arab berbaris mengikuti intruksi komandannya. Di sudut lain, pemandangan serdadu serdadu Persia yang penakut dan congkak menata barisan.
Kebodohan Rustam memakai taktik yang sama dan berharap hasil berbeda, sudah terbaca sejak awal. Tinggal menunggu waktu, Kekaisaran Sasanid akan disingkirkan dari panggung sejarah dunia. Kematian memilukan, pemerintahan Persia yang diktator lenyap dan pendukungnya tidak mampu bangkit kembali, demi mengulang kejayaan.
Imperium Islam Madinah menganeksasi seluruh wilayah kekuasaan Sasanid. Sementara tentara Islam dibawah Amr bin Ash berupaya mengibarkan bendera Islam di Afrika Utara. Ekspansi Islam ke Mesir berusaha dihalau oleh kekaisaran Byzantium. Lembah sungai Nil adalah lumbung perut penduduk Kontantinopel. Petani-petani Mesir nasibnya menyerupai petani Irak, Suriah maupun Iran. Mereka sangat tersiksa oleh kebijakan kebijakan orang-orang Romawi yang semena-mena. Jendral sekaligus politisi ulung yang cerdik, Amr bin Ash mengambil resiko berat dengan menggempur benteng kota al Farama. Sekitar 4000 kaliveri Arab, menempuh rute yang juga ditempuh oleh Cambyses (putra Cyrus Agung) dan Napoleon Bonaparte. Amr bin Ash sudah paham betul mengenai Mesir, ketika jaman Jahiliyah dia pernah berdagang di provinsi tersebut. Dinding benteng jebol, sekejap kota berpindah penguasa. Amr bin Ash, sudah memegang kunci penaklukan lebih jauh.
Baca Juga: Maulid Nabi Ternyata Bukan Syiah yang Mengawalinya
Amr bin Ash meruntuhkan kekuasaan Romawi Timur terhadap kota Bilbays. Kairo harus menelan kenyataan sebagai target berikutnya. Tentara Arab yang terkenal nekat dan berani mati berhasil merebut Kairo dan menyusul kota-kota lainnya.
Akan tetapi, perjuangan bangsa Arab sempat terhambat. Benteng Babylonia terlampau kokoh. Amr bin Ash bermukim dengan tenda-tenda sederhana di luar Babylonia, sambil menunggu bala bantuan dari Madinah. Zubair bin al awwam menambah pasukan Arab. Meski begitu, prajurit Romawi lebih unggul dua kali lipat, belum termasuk penjaga benteng yang berjumlah 5000 orang.
Kira-kira 10.000 tentara Arab bertarung mati-matian, menantang 20.000 pasukan Byzantium pada bulan Juli 640 M, dan berakhir jendral Theodeorus terbirit-birit melarikan diri, sedangkan kota Babylonia terjebak dalam kepungan.
Zubayr mendangkalkan sebagian parit perintang, memanjat dinding benteng dan membunuh pasukan penjaga secara diam diam layaknya Hassasin. Meneriakkan takbir yang mengagetkan ruang utama benteng. Penguasa Babylonia kalang kabut, bergegas keluar benteng dan menyerahkan kunci gerbang Babylonia tepat pada 6 April 641.
Sementara Amr bin Ash dengan gigih menggempur daerah perbatasan timur. Kota Naqyus pun dirampas pada 13 Mei 641 M. Dalam beberapa tahun saja, orang-orang Arab-Islam telah membentangkan imperiumnya dari perbatasan Iran hingga Mesir. Bahkan, sejarawan Ernest H. Gombrigh dalam bukunya Sejarah Dunia untuk Pembaca Muda menganggap sebagai penaklukan terhebat sepanjang sejarah umat manusia.
Editor : Pahlevi