Mengkhawatirkan, Kasus Tuberkulosis Indonesia Terbanyak Nomor Dua

author Uswatun Hasanah

- Pewarta

Selasa, 01 Agu 2023 13:37 WIB

Mengkhawatirkan, Kasus Tuberkulosis Indonesia Terbanyak Nomor Dua

Optika.id - Indonesia saat ini berada pada urutan kedua jumlah kasus tuberculosis (TBC) di dunia. Hal tersebut tentu mengkhawatirkan apalagi estimasi terbanyak penderita TBC di Indonesia yakni 969.000 kasus.

Baca Juga: Kasus Covid-19 Naik Jelang Nataru, Kemenkes: Masih Terkendali

Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (Dirjen P2P), Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Maxi Rein Rondonuwu dalam keterangannya menyatakan bahwa jumlah tersebut sudah mencapai rataan sebanyak 354 kasus per 100.000 penduduk dan target idealnya adalah 65 kasus per 100.000 penduduk.

Adapun daerah di Indonesia yang memiliki kasus TBC terbesar pada tahun 2021 berdasarkan perkiraan dari Maxi yakni Pulau Jawa, Sumatera Selatan dan Sumatera Utara. Tingginya kasus tersebut lantaran tidak seluruh kasus TBC yang terdeteksi terobati dengan baik dan tidak seluruh kasus TBC terdeteksi.

Kendati demikian, kasus TBC pada tahun 2021 terkonfirmasi sempat menurun yakni dengan 443.235 kasus. Akan tetapi setahun setelahnya yakni 2022 jumlahnya melonjak naik menjadi 724.309 kasus lantaran dampak dari pandemi Covid-19.

"Saat ini terdapat 386.089 kasus TB yang terkonfirmasi per 18 Juli 2023," ujar dia pada acara Apresiasi Studi Uji Klinis UI dan Tim TRUNCATE-TB di Jakarta, Senin (31/7/2023).

Baca Juga: Target Penurunan HIV AIDS di Indonesia Masih Belum Optimal

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Untuk mengatasi hal tersebut, Maxi mengatakan bahwa pemerintah mempunyai berbagai program untuk menangani TBC. Salah satunya seperti yang tercantum dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 67 Tahun 2021 tentang Penanggulangan Tuberkulosis. Salah satu target dalam perpres tersebut adalah penurunan angka kematian menjadi enam per 100.000 penduduk pada tahun 2030.

Sementara itu, Kemenkes sendiri telah melakukan berbagai upaya guna peningkatan akses layanan seperti menambah sarana atau jejaring diagnosis TBC, menyediakan jumlah logistic TBC yang mencukupi dan berkesinambungan, serta memperluas layanan rujukan TBC resisten obat (RO).

Baca Juga: Kemenkes Tegaskan Pneumonia China Tak Akan Jadi Pandemi Baru di Indonesia

Meskipun demikian, dia tidak menampik bahwa berbagai macam upaya yang dilakukan masih belum dapat mencapai target. Alasannya adalah banyaknya penderita TBC yang masih belum terdiagnosis karena berbagai hal. Salah satunya adalah stigma.

Oleh karena itu, dia berharap agar masyarakat dapat turut terlibat dalam penanganan TBC. Khususnya, TBC RO, agar target eliminasi TBC di Indonesia dapat tercapai pada 2030.

Editor : Pahlevi

BERITA TERBARU