Optika.id - Pemilihan Umum (Pemilu) yang merupakan pesta demokrasi rakyat Indonesia sudah di depan mata. Pada tahun 2024 nanti, masyarakat akan memilih dan menyambut pemimpin-pemimpin yang digadang-gadang akan membawa perubahan bagi Indonesia.
Baca Juga: Gagal Maju Pilgub Jadi Hal Untung bagi Anies, Kok Bisa?
Pemilu 2024 dalam prosesnya bisa diikuti oleh siapa saja. Baik mencalonkan diri sebagai wakil rakyat, maupun pemilih pemula yang sudah cukup umur. Terkait dengan pencalonan wakil rakyat, Pemilu 2024 nanti akan menjadi ajang undi nasib dan peruntungan bagi selebritas yang mencalonkan diri sebagai wakil rakyat.
Ada sekitar 76 calon legislative (caleg) dari kalangan selebritas yang akan berlaga dalam Pemilu. Partai terbanyak yang mengusung caleg pesohor adalah PAN dengan jumlah 17 caleg. Diikuti oleh PDIP dengan 14 caleg selebritas, dan 11 caleg dari Partai Perindo.
Menurut Peneliti Charta Politika, Ardha Ranadireksa, ada tiga aspek terkait elektabilitas yang harus dipenuhi oleh caleg untuk bisa melenggang bebas ke parlemen.
Pertama, adalah tingkat keterkenalan, kedua adalah tingkat kesukaan dan ketiga adalah tingkat keterpilihan.
Ardha menilai jika caleg dari kalangan pesohor sudah memenuhi modal awalnya yakni popularitas. Akan tetapi, Ardha menegaskan bahwa popularitas masih belum bisa diandalkan bahkan belum tentu mnegindikasikan elektabilitas yang tinggi.
Baca Juga: Besok, PDI-Perjuangan Akan Usung Risma Jadi Kandidat Cagub Jatim
"Agar terpilih, para caleg selebritas itu tidak cukup hanya dikenal saja. Artinya, mereka perlu bergerak untuk disukai. Sebab, sosok terkenal, tapi tidak disukai, ya, tidak akan dipilih," ucap Ardha dalam keterangannya, Selasa (01/8/2023).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Menurut Ardha, para pesohor harus membangun basis-basis konstituen, massa, dan jaringan politik di daerah pemilihan (dapil) yang mereka bidik untuk bisa sukses di Pemilu 2024 nanti. Selain itu, mereka juga harus memetakan berbagai kantong suara caleg lainnya di dapil tersebut.
Ardha menyarankan agar para pesohor publik ini gencar bergerak di daerah untuk mendongkrak popularitas dan elektabilitasnya.
Baca Juga: 100 Guru Besar UGM Nyatakan Sikap, Ingin KPU Jaga Marwah Jelang Pilkada
"Para pesohor ini juga harus membentuk tim yang bergerak di darat. Mereka juga harus paham pemetaan. Setidaknya, mereka paham memetakan daerah mana yang mungkin perlu diambil suaranya atau ditambah," kata Ardha.
Lebih lanjut, menurut Ardha partai politik tempat mereka bernaung perlu memberikan bekal yang cukup pada para caleg selebritas ini untuk menghadapi persaingan di dapil dan pendidikan politik yang mumpuni. Pasalnya, publik sejauh ini menganggap caleg selebritas merupakan orang yang buta politik.
"Sebenernya caleg tersohor ini bisa jadi starategi partai untuk mengangkat nama partai ini. Walaupun belum tentu juga partai ingin caleg pesohor ini lolos ke parlemen. Aldi Taher itu, misalnya, bisa mengangkat nama partai karena orang bisa mengasosiasikannya ke Perindo," jelasnya.
Editor : Pahlevi