Optika.id - Wakil Ketua Komisi III DPR RI, Ahmad Sahroni memprediksi bahwa pada tahapan Pemilu 2024 nanti akan ada potensi ancaman terror. Dia mengingatkan bahwa saat ini ancaman terror serta penyebaran paham radikal kian canggih dan bisa menyusup lewat berbagai agenda, salah satunya politik.
Baca Juga: Penerimaan Tenaga Ahli AKD di Lingkungan DPR RI TA 2024
"Era saat ini sudah canggih, ancaman terorisme dan penyebaran paham radikal bisa masuk lewat mana-mana," kata politisi Partai NasDem ini dalam keterangan tertulis yang diterima Optika.id, Jumat (4/8/2023).
Kekhawatirannya tersebut diklaim berlandaskan beberapa alasan dan refleksi dari tahun-tahun sebelumnya. Seperti aktivitas media sosial akan meningkat drastic pada tahun politik. Maka dari itu, melalui media sosial, potensi penyebaran paham-paham radikal tersebut masuk serta mengincar anak muda yang doyan main media sosial.
Maka dari itu, dia meminta kepada pihak lain untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap ancaman terorisme, yakni Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT). BNPT juga diminta untuk memperhatikan penyebaran paham radikal yang saat ini dapat menyusup masuk melalui banyak celah.
"Penting bagi BNPT untuk selaluawaredancatch updengan perkembangan saat ini. Pelajari modus-modus terbarunya," ucapnya.
Politisi Partai Nasdem ini pun menyarankan agar BNPT gencar membuat program yang akrab dan merangkul anak muda. Tujuannya adalah agar BNPT bisa memonitor serta meminimalisir tersebarnya paham radikalisme di tengah-tengah generasi muda.
Baca Juga: RUU Perampasan Aset Tak Masuk Prolegnas, ICW: Pukulan bagi Publik dan Pemberantasan Korupsi
Misalnya, BNPT bisa melakukan sosialisasi memaksimalkan penggunaan media sosial untuk kampanye anti-radikalisasi. Sebab, saat ini generasi muda enggan melirik bahkan susah tertarik dengan cara-cara lama. Maka dari itu, untuk menggaet anak muda, harus sejalan dengan perkembangan zaman yang sudah mengarah ke dunia digital.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
"BNPT harus buat lebih banyak program untuk anak muda, maksimalkan penggunaan media sosial. Saya yakin BNPT pahami tantangan itu," urai Sahroni.
Di sisi lain, dirinya mengapresiasi kinerja BNPT yang mengklaim bahwa sejak tahun 2018 serangan terorisme di Indonesia kian menurun. Penurunan kasus serangan terorisme tersebut hingga kini mencapai lebih dari 89%.
Baca Juga: MK Ingatkan Pembuat Undang-Undang Jangan Sering Ubah Syarat Usia Pejabat
Meskipun demikian, dia juga meminta agar BNPT mengedepankan langkah inovatif dan kolaboratif dalam menghadapi ancaman terorisme.
Kendati angka serangan terorisme menurun signifikan, hal tersebut lantas tidak bisa menjadi acuan satu-satunya karena masih ada banyak yang bergerak secara diam-diam.
"Apalagi, serangan teroris itu bentuknya banyak, bisa serangan langsung hingga doktrin. Jadi BNPT harus terus menciptakan program-program inovatif serta kolaboratif guna redam segala ancaman tersebut," pungkasnya.
Editor : Pahlevi