Optika.id - Banyak orang yang tertarik pada pengobatan alternative dibanding pengobatan medis. Alasannya, mereka berharap mendapatkan manfaat kesehatan yang berbeda dari pengobatan konvensional atau mereka yang takut dengan pengobatan medis, serta biaya pengobatan medis yang berkali lipat lebih mahal dibanding pengobatan alternative. Daya tarik tersebut juga disebabkan oleh suatu persepsi bahwa berbagai metode alternative yang digunakan dalam pengobatan lebih alami dan holistic bagi kesehatan.
Baca Juga: Pemkot Minta 2.641 PAUD di Surabaya Terapkan Holistik Integratif
Atas dasar hal tersebut, saat ini pengobatan alternative mulai mendapatkan atensi yang cukup serius dari masyarakat. Biasanya, faktor yang membuat pengobatan alternative dilirik oleh orang-orang adalah testimony cerita kesembuhan dari pasien lain yang mujarab, promosi yang digencarkan secara menarik di media sosial, serta klaim pengobatan yang menarik dan bebas dari rasa sakit.
Tak ayal, klaim itu membuat banyak orang yang rela mengantre berhari-hari dan memadati pengobatan alternative ini. Lantas, pertanyaan pun muncul. Apakah pengobatan alternative ini merupakan metode yang bisa dipercaya efektivitasnya?
Menanggapi hal itu, dokter spesialis ortopedi Eka Hospital BSD, Patar Parmonangan Oppusunggu menegaskan bahwa pengobatan alternative tidak bisa menggantikan pengobatan medis.
"Dalam pendidikan dokter, kami diajarkan bahwa pengobatan dan praktek medis harus didasarkan pada bukti ilmiah yang kuat," ujar Patar dalam keterangannya di Tangerang, Rabu (30/8/2023).
Patar menambahkan bahwa hasil dari pengobatan alternative itu bisa berbeda dan belum tentu konsisten dari pasien ke pasien. Standar medis yang sudah diuji ulang menurutnya, dan diverifikasi secara ilmiah bsia membantu memastikan bahwa pasien dapat menerima perawatan yang efektif dan aman.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Hal tersebut penting untuk bisa menghindari pengobatan yang tidak berdasar ilmiah dan bisa berisiko merugikan pasien. Bahkan terkadang pengobatan alternative ini bisa menimbulkan risiko bagi kesehatan dan pihak yang mengikutinya biasanya enggan mengakui dampak negatif yang terjadi dan muncul di kemudian hari.
"Nanti biasanya yang akan disalahkan adalah pantangannya, bukan oleh efektivitas sebenarnya dari pengobatan itu," jelas Patar.
Berbeda dengan pengobatan alternative, biasanya pantangan umum yang disarankan oleh dokter adalah menghindari minuman berkafein dan merokok. Pantangan-pantangan itu tentunya didasari oleh bukti medis yang kuat. Pasalnya, rokok dan minuman berkafein mempunyai efek negatif yang terbukti pada kesehatan seperti tekanan darah tinggi, meningkatkan risiko penyakit jantung, gangguan tidur dan lain sebagainya.
Maka dari itu, pengobatan yang tidak terbukti secara ilmiah bisa membahayakan pasien karena tidak berdasar pada bukti medis yang kuat. Inilah sebabnya bahwa penting untuk mendapatkan informasi yang akurat, mengambil keputusan berdasarkan bukti ilmiah yang kuat dan berkonsultasi dengan professional medis dalam hal perawatan kesehatan.
"Jadi, untuk ranah alternatif ini tugas dari Kemenkes melakukan evaluasi dan pengawasan terhadap metode-metode pengobatan alternatif untuk memastikan bahwa mereka tidak membahayakan masyarakat," tuturnya.
Editor : Pahlevi