Optika.id - Pada era digital saat ini, kebebasan berekspresi online memainkan peran kunci dalam mendukung demokrasi dan partisipasi publik. Melalui internet dan media sosial, individu dapat menyuarakan pendapat politik mereka, berdebat tentang isu-isu penting, dan mengkritik tindakan pemerintah. Hal ini memberdayakan individu untuk memiliki suara mereka sendiri dalam berbagai konteks sosial, budaya, dan politik, menciptakan masyarakat yang lebih inklusif dan beragam.
Baca Juga: Arus Tersumbat di Balik Derasnya Berita Pekerja Media
Mediasosialmemilikibanyak dampak positif dalam memfasilitasi akses edukasi mengenai ruang sosial dan politik yang lebih terjangkau sehingga publik dapat mengetahui apa yang sedang terjadi (Gil de Zúñiga, 2010 dalam Nisahati, 2021).
Kebebasan berekspresi online juga mendukung penyebaran informasi dan pendidikan, memperluas akses pendidikan dan memfasilitasi inovasi serta pertumbuhan ekonomi. Namun, kebebasan berekspresi juga memiliki sisi gelap, di mana penyebaran berita hoax dan hate speech dapat merugikan masyarakat dan merusak hubungan antarindividu.
Menganalisis perilaku online saat ini, kita perlu memahami peran algoritma media sosial dalam mempengaruhi preferensi dan interaksi pengguna. Algoritma-algoritma ini seringkali memberikan prioritas pada konten yang populer agar bisa semakin mendapatkan perhatian dan interaksi.
Hal ini dapat memicu efek bola salju yang membuat konten menjadi viral dengan cepat. Namun, algoritma juga cenderung mempromosikan konten yang kontroversial atau emosional, yang dapat memicu konflik atau polarisasi.
Pentingnya tanggung jawab individu dalam menggunakan kebebasan berekspresi online harus diperhatikan. Individu harus melakukan verifikasi informasi sebelum menyebarkannya, menghindari penyebaran hoaks dan konten yang tidak berdasar.
Melakukan literasi media dan informasi yang baik juga penting, sehingga individu dapat memahami pentingnya memeriksa informasi sebelummenyebarkannya. Selain itu, individu juga dapat berperan dalam mempromosikan lingkungan online yang positif dan mendukung.
Tanggungjawab pemerintah juga signifikan dalam mengatur konten online. Pemerintah perlu menciptakan kerangka kerja hukum yang sesuai untuk menangani penyebaran informasi palsu dan hate speech. Pemerintah juga dapat bekerja sama dengan platform-media sosial untuk mengidentifikasi dan menghapus konten yang melanggar hukum atau berpotensi merugikan masyarakat.
Baca Juga: Hoaks dan Kebimbangan Media dalam Era Post-Truth
Namun, regulasi yang berlebihan dapat mengancam kebebasan berekspresi dan hak individu untuk berbicara secara terbuka. Oleh karena itu, diperlukan keseimbangan antara regulasi yang meminimalkan penyalahgunaan online dan kebebasan berekspresi yang penting dalam masyarakat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Dalam rangka keseimbangan antara kebebasan berekspresi dan tanggung jawab online, pendidikan tentang literasi media dan kritisitas online adalah kunci. Semakin tinggi tingkat literasi media seseorang maka semakin banyak makna pesan yang dapat digali dari konten media yang diterimanya, sebaliknya semakin rendah tingkat literasi media seseorang maka semakin sedikit atau semakin dangkal makna yang dapat mereka ambil dari pesan yang mereka terima (Poerwaningtias, 2013 dalam Yunitasari & Prasetya, 2022).
Dengan pemahaman yang lebih baik tentang media dan informasi di lingkungan digital, individu akan lebih mampu menilai kebenaran dan kualitas informasi yang mereka temui online. Pendidikan ini harus dimulai sejak dini dan melibatkan lembaga pendidikan, organisasi masyarakat sipil, dan media.
Contoh-contoh positif tentang bagaimana kebebasan berekspresi online dapat digunakan untuk memobilisasi perubahan sosial juga harus dipromosikan untuk mengilhami tindakan nyata.
Dalam mencapai hasil yang signifikan, aktivisme online harus diikuti dengan tindakan nyata di dunia nyata.
Baca Juga: Membaca Soerabaijasch Handelsblad, Surat Kabar Pertama di Surabaya
Partisipasi dalam demonstrasi, advokasi politik, atau proyek-proyek sosial yang berdampak langsung adalah langkah-langkah konkret yang dapat menciptakan perubahan sosial yang berkelanjutan.
Dengan melibatkan individu, platform-media sosial, dan pemerintah, masyarakat dapat mencapai keseimbangan yang lebih baik antara kebebasan berekspresi dan tanggung jawab online. Individu perlu menyadari dampak dari setiap tindakan online mereka dan bertanggung jawab dalam menyebarkan informasi yang telah diverifikasi.
Platform-media sosial perlu memperhatikan konten dan algoritma mereka untuk meminimalkan penyebaran hoaks dan hate speech. Pemerintah perlu menciptakan regulasi yang seimbang, melindungi kebebasan berekspresi sambil mengatasi penyalahgunaan online yang merugikan masyarakat.
Editor : Pahlevi