Mengapa Hanya Ada Tiga Nama Capres yang Unggul?

author Uswatun Hasanah

- Pewarta

Sabtu, 30 Sep 2023 13:04 WIB

Mengapa Hanya Ada Tiga Nama Capres yang Unggul?

Optika.id - Berdasarkan survei dari Litbang Kompas pada Oktober 2022 silam, ada tiga nama langganan survei yang digadang-gadang menjadi capres potensial, yakni Prabowo Subianto, Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo. Hingga saat ini, ketiga nama tersebut bersaing ketat untuk berlaga di capres pada pemilu 2024 nanti.

Kenapa hanya ketiga nama di atas yang hingga saat ini digadang-gadang menjadi pilihan?

Baca Juga: Gagal Maju Pilgub Jadi Hal Untung bagi Anies, Kok Bisa?

Dalam keterangannya, Analis Politik dan Direktur IndoStrategi Research and Consulting, Arif Nurul Iman menilai bahwa ketiga nama di atas muncul sebagai kandidat lantaran publik masih belum memiliki nama kandidat lain yang layak, parpol yang terpolarisasi di situ-situ saja tanpa keinginan untuk mengeluarkan kuda hitam hingga publik yang masih menimbang nama yang layak dijadikan sebagai pemimpin.

Alasan tiga nama tersebut kukuh menempati lembaga survei tak jauh-jauh dari posisi mereka di pemerintahan juga.

Kenapa 3 nama itu konsisten? Karena kita tahu bahwa 3 nama itu adalah tokoh yang memiliki jabatan public, gubernur Jakarta, Menteri Pertahanan dan gubernur Jawa Tengah, kata Imam, Sabtu (30/9/2023).

Iman melanjutkan, jabatan yang ketiga kandidat tersebut pegang sering disorot oleh publik dan media itu sendiri sehingga pemberitaan tentang ketiga nama tersebut moncer serta menduduki top survei.

Adapun faktor yang kedua adalah posisi mereka yang emmang sejak awal berkeinginan untuk maju sebagai bacapres. Ketiga nama tersebut sudah mempersiapkan langkah dan skenarionya sejak lama. Iman juga tidak memungkiri bahwa mereka maju lantaran mempertimbangkan partai pengusung mereka yang telah memillihnya.

Baca Juga: Besok, PDI-Perjuangan Akan Usung Risma Jadi Kandidat Cagub Jatim

Partai, ujar Iman, menggunakan hasil survei sebagai salah satu pertimbangan untuk mengusung kandidat. Angka-angka dalam lembaga survei, meskipun ada lembaga survei yang dibayar, akan menunjukkan kemenangan kandidat dalam menghadapi pemilu sehingga gambaran dan prediksinya sudah ada walau masih dinamis. Partai pun akan bersifat realistis demi memenangkan pemilu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Ya siapa yang mau mengusung kandidat yang elektabilitasnya di lembaga survei 0,4? Misalnya lho ya, ujarnya.

Kendati demikian, Iman tidak memungkiri bahwa kandidat dengan perolehan survei di bawah 10% akan diusung oleh parpol dengan catatan apabila angkanya naik.

Saya kira kita masih menunggu potensi munculnya kuda hitam dalam pilpres. Masih terbuka. Kita tahu ada nama-nama yang secara perlahan mengerek elektabilitas, ada Jenderal Andika, ada Sandiaga Uno, ada Ridwan Kamil, ada Erick Thohir dan lainnya,ucap dia.

Baca Juga: 100 Guru Besar UGM Nyatakan Sikap, Ingin KPU Jaga Marwah Jelang Pilkada

Namun, dirinya mengingatkan bahwa upaya untuk masuk radar di tengah tiga nama tersebut penuh dengan tantangan. Pasalnya, kandidat di bawah 10% yang ingin berlaga harus melakukan kerja politik keras, baik secara langsung maupun terselubung. Iman juga mengingatkan bahwa partai selalu ingin menang dan berkuasa. Hal itu terbukti dengan langkah PDIP mengusung Jokowi sebagai capres di 2014 atau kombinasi Jokowi-Maruf Amin pada 2019.

Ini memang selalu menjadi variabel penting dalam setiap sukses politik baik pilkada maupun pilpres. Selain faktor ideologi, tentu faktor probabilitas kemenangan sangat diperhitungkan, kata Imam.

 

Editor : Pahlevi

BERITA TERBARU