Optika.id - Isu kesejahteraan guru menjadi salah satu perhatian dari banyak isu yang diakomodir oleh tiga pasangan calon presiden dan wakil presiden (capres-cawapres). Semua pasangan capres dan cawapres, Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar alias Cak Imin, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka dan Ganjar Pranowo-Mahfud MD menjanjikan kesejahteraan terhadap guru.
Dalam dokumen visi misi dan program kerjanya, Anies-Cak Imin menjanjikan kesejahteraan guru serta tenaga kependidikan dan ingin meningkatkan kesejahteraan guru dan tenaga kependidikan secara signifikan. Mereka juga menjanjikan mengangkat tenaga guru honorer secara meritokratis dengan mempertimbangkan kebutuhan.
Baca Juga: Abdul Mu'ti: Guru Kerap Jadi Korban Kepentingan Politik
Sementara itu, paslon nomor urut 2, Prabowo-Gibran menjanjikan kenaikan gaji ASN terutama guru, dosen dan tenaga kesehatan, TNI/Polri, dan pejabat negara berada dalam kondisi sejahtera.
Kemudian, pasangan nomor 3, Ganjar-Mahfud MD menjanjikan pendidikan yang berkualitas dan merata. Salah satu fokus poin di dalamnya yakni kesejahteraan guru dan dosen agar berkualitas, dan kompeten sejajar dengan negara maju.
Menanggapi visi misi masing-masing paslon, Kepala Bidang Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Perhimpunan dan Pendidikan Guru (P2G), Feriyansyah menilai jika visi misi tersebut belum menyentuh lima persoalan dan isu fundamental guru di Indonesia.
Lima isu tersebut di antaranya adalah kesejahteraan guru yang rendah, rekrutmen dan distribusi guru yang masih amburadul, kompetensi guru, perlindungan guru yang minim serta buruknya pengembangan karier guru.
Feriyansyah menilai jika paslon nomor urut satu, Anies dan Cak Imin yang ingin menuntaskan rekrutmen guru ASN secara niat perlu diapresiasi. Meskipun P2G sendiri sangat menyayangkan solusi yang ditawarkan paslon masih terlalu mengambang.
Baca Juga: Lamongan Terus Tingkatkan Mutu Pendidikan dengan Akuntabilitas Dana
P2G ingin kepastian agar pasangan AMIN berkomitmen membuka kembali rekrutmen guru PNS. Tagline perubahan yang diusung pasangan ini justru tidak menawarkan perubahan sama sekali dalam hal rekrutmen guru, ujar Feri, sapaannya, Rabu (29/11/2023)
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Dalam dokumen visi misi pasangan AMIN, mereka hanya berkomitmen untuk menuntaskan rekrutmen guru ASN yang dengan kata lain, mereka akan menuntaskan rekrutmen guru PPPK jika sudah memimpin di pemerintahan. Padahal, ujar Feri, solusi jangka panjang atas darurat kekurangan guru ASN di sekolah negeri adalah dengan mengangkat guru PNS dan bukannya PPPK yang pelaksanaannya amburadul.
Kendati demikian, paslon nomor urut 1 patut diapresiasi lantaran paling banyak menggunakan kata pendidikan sebanyak 110 dan guru sebanyak 45 dalam visi misinya. Berbanding terbalik dengan melihat pasangan Prabowo dan Gibran yang tidak memberikan solusi secara komprehensif terkait lima isu fundamental terkait guru.
Pasalnya, mereka hanya berjanji akan menambah tunjangan guru sebesar Rp2 juta per bulannya yang apabila dikalkulasikan, maka akan menyedot dana APBN senilai Rp79,2 triliun per tahunnya.
Baca Juga: Beasiswa Mahaghora Dibuka Sampai 26 Juli 2024
Sementara itu, untuk pasangan Ganjar-Mahfud MD, pihaknya mengapresiasi rencana paslon tersebut yang akan menetapkan gaji guru sebesar Rp20 juta per bulannya. Akan tetapi, wacana ini dinilai tidak realistis dalam kalkulasi riil P2G lantaran Rp20 juta rupiah dikali 3,3 juta guru sama dengan Rp66 triliun per bulannya. Alhasil, negara harus mempersiapkan anggaran jumbo yang bengkak sebesar Rp792 triliun per tahunnya hanya untuk gaji guru saja. Alhasil, pihaknya menyebut jika wacana ini tidak realistis.
Angka fantastis tersebut justru melampaui alokasi sekitar 20% APBN untuk fungsi pendidikan saja. Hal ini dikhawatirkan oleh P2G mengingat dalam APBN 2023 saja anggaran pendidikan sudah menyedot sekitar Rp612 triliun dana yang tidak semua dikelola oleh Kemendikbudristek dan Kemenag. Sehingga, tidak mungkin rasanya jika anggaran untuk sekadar gaji guru melebihi 20% APBN untuk pendidikan.
P2G menilai janji ketiga pasangan capres-cawapres masih solusi yang parsial dan bersifat populis semata, pungkas dia.
Editor : Pahlevi