Optika.id - Konstelasi politik menjelang digelarnya Pemilu 2024 kian memanas dengan perolehan elektabilitas masing-masing paslon presiden dan wakil presiden yang saat ini tengah bersaing. Hal ini terekam dalam hasil sigi beberapa survei teranyar yang dikeluarkan oleh sejumlah lembaga survei.
Hasil sigi survei ini juga menemukan fenomena ceruk undecided voters yang terus bertambah dalam tiap momen. Adapun yang dimaksud undecided voters atau pemilih bimbang adalah ceruk pemilih yang masih belum menentukan labuhan keputusan ajeg untuk mendukung salah satu paslon nanti dalam Pilpres 2024.
Baca Juga: Gagal Maju Pilgub Jadi Hal Untung bagi Anies, Kok Bisa?
Berdasarkan Survei dari Litbang Kompas pada periode November Desember, angka undecided voters ini bahkan menyentuh 28,7%. Angka ini pun melampaui perolehan elektabilitas dua dari tiga kubu paslon capres-cawapres yang berlaga saat ini.
Dalam survei tersebut, pasangan nomor urut 02, Prabowo-Gibran memperoleh sebanyak 39,3% suara. Disusul oleh pasangan nomor urut 01, Anies-Muhaimin yang mendapatkan suara 16,7% lalu Ganjar-Mahfud yang mendapatkan suara 15,3%. Elektabilitas kedua paslon terakhir itulah yang terekam berada di bawah angka undecided voters.
Menanggapi hal tersebut, peneliti Indonesia Political Opinion (IPO), Dedi Kurnia Syah menilai jika para pemilih bimbang mampu menyumbang perolehan elektoral dari paslon AMIN maupun Ganjar-Mahfud. Hal ini juga terbuka lantaran unggulnya pasangan Prabowo-Gibran juga tidak terlalu terlihat agresif.
Baca Juga: Besok, PDI-Perjuangan Akan Usung Risma Jadi Kandidat Cagub Jatim
Peluang Anies dan Ganjar meningkatkan elektabilitas masih mungkin, dalam catatan IPO sebenarnya ketiganya masih dalam garis kompetisi yang tidak jauh, kata Dedi, Senin (18/12/2023).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Gimik politik santai yang dilakukan dalam beberapa kesempatan oleh Prabowo, ujar Dedi, bukanlah alasan yang mendongkrak elektabilitasnya. Hal ini dibuktikan dengan pasangan Prabowo-Gibran yang masih kesulitan untuk meninggalkan lawan politiknya dengan perolehan angka yang tinggi. Apalagi, pasca debat perdana capres pada Selasa (12/12/2023) lalu.
Gimik yang selama ini ia lakukan hanya mampu menyumbang ke ruang popularitas, bukan elektabilitas, jelas Dedi.
Baca Juga: 100 Guru Besar UGM Nyatakan Sikap, Ingin KPU Jaga Marwah Jelang Pilkada
Berbeda dengan Dedi, menurut analis politik Universitas Padjajaran (Unpad), Kunto Adi Wibowo menyebut tidak ada dalam sejarah pemilu di Indonesia bahwa perolehan suara bakal berubah drastic dalam kurun waktu tiga bulan saja menjelang pencoblosan. Kendati demikian, dirinya melihat bahwa masih ada peluang bagi kubu Ganjar-Mahfud dan AMIN untuk menambah perolehan suaranya dengan memanfaatkan para pemilih yang bimbang.
Kalau dugaan saya ya karena memang betul mereka (pemilih bimbang) biasanya pemilih menunggu performance debat paslon. Jadi kalau paslon belum mampu meyakinkan pilihan, mereka sudah pasti merubah pilihan mereka, kata Kunto.
Editor : Pahlevi