Analis: Semoga Debat Capres Bisa Eksplorasi Sistem dan Strategi Pertahanan Nasional

author Dani

- Pewarta

Minggu, 07 Jan 2024 14:27 WIB

Analis: Semoga Debat Capres Bisa Eksplorasi Sistem dan Strategi Pertahanan Nasional

Optika.id - Komisi Pemilihan Umum kembali menyelenggarakan debat capres dengan tema pertahanan, keamanan, hubungan internasional, globalisasi, geopolitik, dan politik luar negeri, Minggu (7/1/2023) malam.

Tiga pasang calon (paslon) presiden dan wakil presiden, mempublikasikan visi misi mereka terkait tema-tema tersebut. Secara umum, semua menyinggung tentang ide pembangunan kekuatan pertahanan, modernisasi alutsista, kesejahteraan prajurit TNI hingga peningkatan kemampuan mengatasi ancaman siber.

Baca Juga: Gagasan Tangani Isu Keperempuanan Capres Tidak Menyentuh Akar Masalah

Analis intelijen, pertahanan, dan keamanan, Ngasiman Djoyonegoro menyebutkan secara umum visi dan misi ketiga paslon sejalan dengan visi pertahanan nasional. Soal komando cadangan, alutsista, sistem pertahanan, dan hubungan sipil-militer. “Namun yang harus diingat oleh para kandidat bahwa pertahanan adalah sebuah sistem dan strategi yang saling berkaitan satu sama lain,” kata pria yang akrab dipanggil Simon, Minggu (7/1/2023).

“Kita, misalnya, boleh saja memperkuat alutsista, namun di sisi yang lain, tanpa penguatan ekonomi, kita hanya mampu bertahan dalam hitungan hari saat ada peperangan,” sambung Rektor Institut Sains dan Teknologi al-Kamal Jakarta itu.

Begitu juga dengan serangan-seragan yang sifatnya nonfisik kepada bangsa Indonesia, terutama generasi muda, ini yang jarang sekali menjadi fokus. Misalnya, serangan ideologi ekstremisme yang berpotensi memecah belah bangsa harus diantisipasi secara lebih serius.

“Terkait dengan tata data dan informasi, saya kira tidak banyak disinggung secara khusus oleh para kandidat. Mau secanggih apa pun pertahanan kita di dunia siber, tanpa dibarengi dengan tata data dan informasi yang baik, maka akan jebol-jebol juga,” kata Simon.

Menurutnya, pertahanan nasional tidak bisa hanya mengandalkan satu matra saja. Pertahanan nasional harus dibangun dalam sistem yang terintegrasi lintas matra, dan tidak hanya jadi domainnya TNI semata.

Matra darat, laut, udara, siber dan luar angkasa mesti sinergis satu sama lain. Karenanya, para calon dalam debat nanti harus mampu menunjukkan cara pandang dia dalam memperkuat pertahanan lintas matra ini, termasuk kapasitas, penilaian dan strategi level interoperabilitas lintas matra kita.

Dengan berjalannya target minimum essential force (MEF) dalam pertahanan nasional, Indonesia saat ini sedang memperkuat revolution in military affairs (RMA). Dalam kerangka RMA interoperabilitas dibangun dalam kesatupaduan teknologi, doktrin dan organisasi militer.

Baca Juga: Hasto Ungkap Mahfud Lebih Percaya Diri, Beliau Punya Pengalaman

Dalam konteks Indonesia, kesatupaduan tersebut terkerangkakan dalam sabuk pertahanan negara kepulauan. “Sebetulnya gagasan new essential force, modernisasi alutsista maupun melanjutkan MEF sebagaimana yang diusung tiga paslon, itu kerangkanya menggunaka RMA,” kata Simon.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Oleh karena itu, menurut Simon, secara otomatis para calon harus mampu meneruskan kerangka RMA dalam sabuk pertahanan negara kepulauan ini. Agar tidak ketinggalan, maka juga harus disesuaikan dengan perkembangan isu-isu terkini.  

“Isu-isu terkini saya kira sudah seharusnya menjadi perhatian serius, terutama dampak yang ditimbulkan terhadap pertahanan nasional, yaitu KKB di Papua, pengungsi Rohingnya, human traficking, klaim bahasa Indonesia sebagai bahasa Melayu oleh Malaysia, dan respon masyarakat terhadap konfik luar negeri,” kata Simon.

Dalam kacamata Simon, kawasan Indo Pasifik saat ini sedang digunakan sebagai kawasan proksi. Indonesia pasti akan terlibat di dalamnya. “Tentu saja dampak ketegangan dan potensi peperangan di kawasan ini dirasakan Indonesia dalam lima tahun ke depan,” kata Simon.

Baca Juga: Zulhas Ungkap Gibran Terbiasa Debat, Sudah Sangat Siap

Isu-isu tersebut perlu dieksplorasi secara luas oleh para kandidat capres-cawapres dari sudut pandang masing-masing. Selain untuk melihat efektivitas dan kapasitas kandidat, jawaban dari mereka akan memperlihatkan gambaran ideologi dan keberpihakan dari masing-masing pasangan calon.

“Terakhir, saya ingin tekankan bahwa perkembangan lingkungan strategis kita terus dinamis dan membutuhkan antisipasi dan respon cepat. Upaya apa yang hendak dilakukan oleh para kandidat untuk membangun antispasi dan respons cepat tersebut?,” kata Simon.

LCS sebagai episentrum baru konflik Barat-Timur, lanjut Simon, sekiranya apakah hanya alutsista saja yang diperkuat? Bagaimana Indonesia mempergunakan ruang diplomasi internasional untuk meminimalisir dampak yang ditimbulkan? Bagaimana jika peperangan di LCS benar-benar terjadi? Apa strategi yang dipersiapkan?

“Saya kira, para kandidat masih memberikan paparan secara umum saja, padahal itu membutuhkan jawaban konkrit dan meyakinkan,” pungkas Simon.

Editor : Pahlevi

BERITA TERBARU