Yogyakarta (optika.id) - Pemilu 2024 hanya tinggal menghitung hari, pada hari Rabu, (14/2/2024) akan diselenggarakan pemilihan yang artinya dalam dua hari lagi menuju pencoblosan.
Beberapa pihak, menginginkan Pemilu dapat dilaksanakan secara aman, damai, bersih dan sesuai dengan peraturan yang berlaku, termasuk Ketua Umum PP Muhammadiyah.
Baca Juga: Presiden Prabowo akan Hadiri Tanwir dan Milad ke-112 Muhammadiyah di Kupang
Haedar Nashir, menyoroti masa tenang yang berlangsung sesuai aturan yang berlaku, tidak ada kampanye pendukung ataupun parpol.
Tidak hanya itu, Haedar juga mengajak seluruh pihak untuk merenungkan kembali bagaimana menciptakan Pemilu sebagai proses demokrasi bermakna, bukan proses memenangkan kontestasi belaka.
"Pemilu tidak berhenti hanya perjuangan kekuasaan atau power struggle tentang siapa menang dan siapa kalah," kata Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir, Senin, (12/2/2024).
Ia mengatakan, tidak boleh ada pihak yang menghalalkan segala cara untuk meraih kekuasaan. Kontestasi demokrasi bernama Pemilu ini harus dijalankan dengan substantif, tidak bersifat pragmatis dan transaksional. Dirinya juga ingin agar hasil dari Pemilu 2024 membawa kemaslahatan terbesar bagi hajat hidup rakyat dan masa depan Indonesia jaya sebagaimana cita-cita pendiri bangsa.
Baca Juga: Mendagri: Muhammadiyah adalah Teladan dalam Pengelolaan Filantropi Berbasis Islam
"Proses demokrasi memilih pemimpin Indonesia di lembaga eksekutif dan legislatif, akan menentukan merah putihnya Indonesia. Proses pemilu harus mengikuti proses demokrasi dari, oleh dan untuk rakyat," terangnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Ia pun kembali menyebut, mandat rakyat yang dititipkan untuk memimpin negara ini bukan remeh, tapi ada beban berat di pundak terpilih kelak.
Saat ini, negara sedang mengalami permasalahan yang menjadi tantangan tersendiri bagi pemimpin selanjutnya dimana harus mampu menciptakan generasi Indonesia Emas 2045, merawat persatuan di tengah kebhinekaan, menegakan nilai utama kebangsaan, menyelesaikan masalah domestik, dan luar negeri dari hal praktis hingga strategis.
Baca Juga: 112 Tahun Muhammadiyah dan Harapan Masyarakat
Pemimpin negara, tambah Haedar, harus mampu memajukan Indonesia sampai setara dengan negara maju lain termasuk dalam menyelesaikan masalah korupsi yang masih menakutkan, hutang negara, kesenjangan sosial, lemahnya penegakan hukum, dinamika daerah, masalah perubahan iklim, politik dan ekonomi global.
"Memimpin negara ini diibaratkan menahkodai kapal besar di tengah gelombang dahsyat lautan, sarat masalah dan tantangan. Beban masalah dan tatangan yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini sangatlah kompleks," pungkas dia.
Editor : Pahlevi