Oleh: Daniel Mohammad Rosyid
@ Rosyid College of Arts
Surabaya (optika.id) - Sebelum dan sesudah pemungutan suara Rabu 14 Pebruari 2024 telah muncul wacana kecurangan Pilpres baik politik uang melalui serangan fajar, BLT dan Bansos, campur tangan ASN dan aparat, maupun manipulasi suara di tingkat TPS, KPUD hingga KPU dengan menggunakan algoritma perhitungan yang menguntungkan paslon tertentu, terutama paslon 02 Prabowo-Gibran. Para pakar pemilu sudah mengatakan bahwa Pemilu di Indonesia versi UUD2002 ini adalah the most complex liberal democracy on earth. Kesemua faktor tersebut valid disampaikan, namun ada faktor lain yg luput dari pengamatan banyak pengamat, yaitu salah pilih oleh pemilih di TPS yang oleh M. Qodari disebut sebagai silent majority. Saya menyebutnya rationally ignorant majority. Mungkin Rocky Gerung akan menyebut mayoritas dungu. Hipotesis alternatifnya adalah bahwa kemenangan 02 lebih banyak disebabkan oleh kesediaan 02 untuk mengurangi beban kognitif yang dipikul pemilih agar mereka tidak asal pilih.
Baca Juga: Politik Islam di Simpang Jalan
Mengapa pemilih melakukan asal pilih ? Pertama, mayoritas pemilih adalah rationally ignorant, tidak kenal paslon, tidak memiliki akses yang cukup pada data kualitatif maupun kuantitatif para paslon. Informasi yg mereka terima bukan dari hasil penyelidikan mandiri, tapi lebih karena opo jare penggiringan opini, propaganda, intimidasi, dan politik uang melalui serangan fajar, BLT dan Bansos. Kedua, memilih yaitu membandingkan paslon satu sama lain pairwise adalah proses yang tidak sederhana. Membandingkan tiga capres saja sulit, apalagi harus menimbang cawapres pasangannya. Lalu memilih 1 di antara 2 saja sulit apalagi memilih 1 di antara 3.
Jadi kemungkinan besar para pemilih akan asal pilih yang berakibat pada salah pilih. Dalam perspektif ini, serangan fajar, BLT dan Bansos membantu meringankan kesulitan kognitif pemilih untuk menentukan paslon pilihannya.
Baca Juga: Parpol Adalah Organisasi yang Paling Berbahaya
Jadi tuduhan adanya kecurangan terstruktur, sistemik dan masif itu tidak tepat karena yg terjadi sebenarnya adalah asal pilih massal yang disebabkan kesenjangan informasi tentang paslon pada mayoritas pemilih dan inkompetensi mereka untuk memilih presiden. Oleh karena itu, memilih presiden sebaiknya diserahkan pada para wakil kita yang berjumlah relatif sedikit di MPR melalui proses elaboratif yg disebut musyawarah bil hikmah sesuai UUD45.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Tesis Mancur Olson bahwa Pilpres sebagai tindakan kolektif oleh 150 juta pemilih akan salah pilih berlaku. Pilpres oleh wakil-wakil kita yang well educated and well informed berjumlah kecil di MPR akan lebih tepat pilih. Di tambah dengan manhours lost akibat libur bersama Pemilu ini, ongkos Pemilu ini sangat terlalu mahal untuk asal pilih. Agak mengherankan ketika banyak profesor terlambat protes praktek demokrasi dungu ini. Saya lebih suka menyebutnya demokrasi simply mbelgedhes.
Baca Juga: UUD 1945 adalah Bendera Perang Melawan Penjajah
Kota Iskandar Putri, Johor.
19 Pebruari 2024
Editor : Pahlevi