Program Makan Siang Gratis Prabowo-Gibran: Ini Kata Bank Dunia

author Mudrikah Dewi

- Pewarta

Selasa, 27 Feb 2024 23:36 WIB

Program Makan Siang Gratis Prabowo-Gibran: Ini Kata Bank Dunia

Surabaya (optika.id) - Bank Dunia turut menyoroti program makan siang gratis yang diinisiasi oleh calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto dan pasangannya Gibran Rakabuming Raka, Selasa (27/2/2024).

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto menyampaikan pemerintah sudah memiliki data mengenai jumlah ibu hamil, balita, dan anak-anak sekolah dari TK, SD, dan SMP untuk makan siang gratis. Dengan data itu, sudah bisa dihitung anggaran untuk makan siang gratis.

Baca Juga: Kubu Prabowo-Gibran Bahas Soal Menteri, itu Hoaks

“Jadi terkait program, kita lihat dengan (target) defisit anggaran (APBN) 2,4-2,8 persen, itu untuk program quick win presiden terpilih mendatang pos-posnya sudah bisa masuk,” jelas Airlangga.

Kepala Perwakilan Bank Dunia untuk Indonesia dan Timor-Leste, Satu Kähkönen, menjelaskan soal dampak program makan siang gratis terhadap ekonomi Indonesia. Menurutnya, dampaknya tergantung bentuk program yang disiapkan. Semua rencana presiden terpilih harus dipersiapkan secara matang, termasuk untuk makan siang gratis. Persiapan yang dimaksud salah satunya yakni mengenai ketersediaan anggaran.

Baca Juga: Relawan Prabowo-Gibran Daftarkan Kaesang di Pilkada, Analis: Bagian dari Politik Dinasti

"Jadi semua rencana perlu disiapkan dan juga biayanya harus disiapkan, kemudian dibandingkan dengan ketersediaan sumber daya," kata Kähkönen.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Bank Dunia berharap Indonesia dapat mematuhi batas atas defisit fiskal yang ditetapkan, yaitu 3 persen dari Produk Domestik Bruto atau PDB. Ketentuan batas atas defisit APBN sebesar 3 persen juga dimuat dalam Undang-Undang Keuangan Negara.

Baca Juga: Walikota Surabaya Ingin Makan Siang Gratis Dikelola Pemerintah Pusat

Indonesia akan diproyeksikan akan terjadi sedikit perlambatan perekonomian Indonesia, dari pertumbuhan ekonomi sebesar 5 persen menjadi 4,9 persen pada tahun ini. Namun, Bank Dunia berharap proyeksi tersebut bisa berubah karena masih awal tahun.

Editor : Pahlevi

BERITA TERBARU