Bantuan Luar Negeri: No Free Lunch

author Dani

- Pewarta

Senin, 04 Mar 2024 08:46 WIB

Bantuan Luar Negeri: No Free Lunch

Oleh: Cak Ahmad Cholis Hamzah

Baca Juga: Diiming-imingi HGU 500 tahun pun Investor Belum Mau Masuk

Surabaya (optika.id) - Perang antara Rusia dan Ukraina masih berlagsung sampai saat ini dan dari berbagai laporan dari sumber yang dapat dipercaya, pihak Ukraina mengalami kekalahan menghadapi raksasa Rusia yang memiliki senjata super canggih. Lebih kurang 400.000 tentara Ukraina mati, ribuan pula luka-luka dan cacat. Namun perang nampaknya tidak akan berhenti karena negara-negara Amerika Serikat dan sekutunya anggota NATO terus menggelontorkan bantuan uang kepada Ukraina danmendorong negeri ini terus berperang melawan Rusia sampai titik darah penghabisan.

Amerika Serikat sudah mengeluarkan milyaran dolar untuk membantu Ukraina agar sanggup bertempur melawan Rusia. Kebijakan Amerika Serikat ini dikecam presiden Rusia Vladimir Putin karena bantuan yang terus menerus kepada Ukraina utamanya dalam bentuk persenjataan – akan memperlama perang dan tidak akanada negosiasi damai. Publik di Amerika Serikat sendiri banyak yang memprotes kebijakan pemerintahnya karena terus menerus menggelontorkan dana yang diambil dari rakyat sebagai pembayar pajak kepada negara lain yang jaraknya jauh dari Amerika Serikat. Mereka memprotes kenapa dana milyaran dolar itu tidak digunakan untuk kesejahteraan rakyat Amerika Serikat sendiri.

Tapi kenapa pemerintah Amerika Serikat terus ngotot memberikan bantuan dana bagi Ukraina agar Rusia kalah, ternyata bantuan untuk perang yang menewaskan ratusan ribu nyawa itu sebenarnya menguntungkan Amerika Serikat. Jadi dengan adanya perang diberbagai belahan dunia dimana Amerika Serikat terlibat didalamnya, perekonomian Amerika Serikat malah mendapatkan durian runtuh atau keuntungan. Semakin lama perang itu semakin untung perekonomian AS.

 

Hal itu diakui sendiri oleh menteri luar negeri Amerika Serikat. Sebanyak 90% dari uang yang dialokasikan Washington untuk bantuan ke Ukraina dihabiskan di Amerika Serikat, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinkenmengatakan pada konferensi pers pada 20 Desember 2023. Bantuan yang dimaksud adalah bantuan keamanan, yang dibelanjakan "untuk kepentingan bisnis Amerika, komunitas lokal, dan memperkuat basis industri pertahanan A.S.," ungkap Blinken, demikian menurut Voice of America. Pada bulan November 2023, The Washington Post melaporkan bahwa sebagian besar bantuan militer AS ke Ukraina dihabiskan di Amerika Serikat. Dana tersebut digunakan untuk pembuatan senjata baru atau mengganti senjata yang dikirim dari stok AS.

Baca Juga: Di Tempat Saya Satu Bungkus Nasi Rp 5.000,-

Satu studi juga telah menunjukkan bahwa 90% dari dolar bantuan Ukraina sebenarnya tidak dikirim ke Ukraina. Sebaliknya, dana ini tetap berada di A.S., tempat kontraktor pertahanan terkemuka telah menginvestasikan puluhan miliar di lebih dari 100 fasilitas manufaktur industri baru, menciptakan ribuan pekerjaan di setidaknya 38 negara bagian secara langsung, dengan subkomponen vital yang bersumber dari 50 negara bagian.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Hampir semua amunisi yang paling diandalkan Ukraina sepenuhnya dibangun di AS, mulai dari senjata buatan Alabama, hingga Guided Multiple Launch Rocket Systems (GMLRS) buatan Virginia Barat, Arkansas, dan Texas. Tidak lupa barang-barang yang lebih kecil seperti perlengkapan penglihatan malam, persediaan medis, dan amunisi, senjata ringan, semuanya dibuat di AS. Setiap bantuan tambahan Ukraina kemungkinan hanya akan membantu ekonomi AS lebih banyak lagi, karena pengiriman senjata sebelumnya sebagian besar merupakan penarikan stok lama yang apak dan persediaan yang ada daripada pasokan baru.

Saya sendiri punya pengalaman bekerja di sebuah bank internasional yang oleh negaranya dipakai untuk menggelontorkan bantuan ke Indonesia. Saya menyaksikan sendiri dalam kontrak bantuan itu ada klausula antara lain menyatakan bahwa bantuan negara X sejumlah sekian milyar dolar untuk Indonesia – misalkan dalam bentuk bantuan pangan, dipergunakan untuk membeli bahan pangan bantuan itu di negara donor, negara X tadi. Sehingga bantuan luar negeri ini pada dasarnya untuk memberikan keuntungan para petani negara asing itu dan bukan para petani Indonesia.

Baca Juga: Komunikasi Politik Yang Menyentuh Perasaan

Karena itu publik kalau ada pernyataan satu negara asing membantu Indonesia mengatasi krisis pangan misalnya sejumlah milyaran dolar – itu Ijangan dibayangkan ndonesia diberi segepok uang tunai milyaran dolar tadi. Tidak sama sekali.

Jadi betul kalimat yang umum kita dengar yaitu:

“THERE IS NO SUCH THING AS FREE LUNCH.”

Editor : Pahlevi

BERITA TERBARU