Jika Sejarah Tak Dinarasikan, Gerakan Muhammadiyah Bisa Membelok!

author Dani

- Pewarta

Minggu, 24 Mar 2024 10:07 WIB

Jika Sejarah Tak Dinarasikan, Gerakan Muhammadiyah Bisa Membelok!

Surabaya (optika.id) - Penulisan Sejarah menjadi penting karena sejarah adalah bagian yang tidak bisa dilupakan. Berbagai macam amal-amal usaha yang dilakukan oleh seluruh Muhammadiyah wajib untuk dibuatkan narasi. Sejarah Muhammadiyah sangat dinamis dan terus berjalan. 

Hal ini diungkapkan Purnawan Basundoro, Guru Besar FIB Universitas Airlangga, yang dikatakan bahwa Muhammadiyah perlu menjaga konsistensi ideologi gerakan Muhammadiyah mulai level nasional sampai akar rumput sebagai gerakan pembaharuan/modernisasi (tajdid) yang erat kaitannya dengan ijtihad. 

Baca Juga: Dorong Ekonomi Berkeadilan, KPPU Kolaborasi dengan Muhammadiyah

"Salah satunya, dengan mendokumentasikan berbagai kegiatan dari organisasi Muhammadiyah. Dengan ini, masyarakat Muhammadiyah bisa menjaga warisan KH Ahmad Dahlan," jelasnya. 

"Jangan sampai, Muhammadiyah jatuh di tangan orang yang salah dan membelokkan dasar-dasar dari gerakan Muhammadiyah bisa menjalankan ke jalan yang benar," tambahnya. 

Inilah penting bahwa narasi sejarah yang harus dibuat. Kemudian, menjaga amal usaha Muhammadiyah agar tetap berjalan konsisten dalam rangka mengabdi kepada kemanusiaan. 

"Misalnya ada kelompok yang mengalihkan itu, tetapi dengan ada narasi amal usaha Muhammadiyah kita tetap bisa menjaganya. Penting menarasikan sejarah Muhammadiyah itu tanpa memiliki dokumen tertulis kita bisa kehilangan banyak hal," tegasnya. 

Muhammadiyah ini organisasi modern, memiliki berbagai dokumen dari apa yang  dilakukan, antara lain arsip Muhammadiyah, catatan terakhir. "Cabang misalnya sudah lama berdiri tidak memiliki arsip," urai dia. 

Baca Juga: Menghimpun Sumber untuk Menulis Sejarah Muhammadiyah

Tentu ini tidak akan sesuai dengan prinsip yang dikembangkan oleh Muhammadiyah. Dengan memperkenalkan kiprah dan sepak terjang para tokoh Muhammadiyah kepada masyarakat luas. 

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Seperti Budi Utomo, itu orang Muhammadiyah, orang Surabaya yang memiliki Bandara Juanda itu ternyata orang Muhammadiyah. 

"Lebih lanjut, Basuki Rahmat, ini sudah dimasukkan belum sebagai bagian dari tokoh Muhammadiyah. Ketika saya baca salah satu biografi, beliau pernah sekolah di Muhammadiyah Yogyakarta," ungkapnya. 

Kiprah para tokoh itu patut dikenalkan kepada masyarakat, sekarang  MPI juga bisa membuat kegiatan memberi penghargaan kepada tokoh yang memiliki kiprah menonjol baik tingkat nasional maupun daerah. 

Baca Juga: Muhammadiyah Perlu Mengukir Sejarah

"Tokoh semacam ini di level mana beliau berkiprah ini harus ditulis, kepentingan dari kita menulis sejarah. Kira-kira siapa yang harus menulis, ya kita semua harus menjadi orang yang menulis Muhammadiyah," terangnya.  

Sementara itu, Purnawan juga membagikan bahwa ia sempat berdiskusi dengan kakak dan kemudian mencetuskan. "Inilo coba ditulis Muhammadiyah ranting kita, tidak apa-apa nanti saya bantu menulis. Ternyata di desa saya mulai masuk, ini akan jangan sampai nanti sejarah Muhammadiyah di desa saya tidak terlacak," tegasnya. 

"Kita semua wajib untuk menulis narasi sejarah panjang itu," pungkas Guru Besar Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga itu. 

Editor : Pahlevi

BERITA TERBARU