Jakarta (optika.id) - Peneliti Senior Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Prof. Siti Zuhro mengungkapkan kontestasi Pemilu 2024 sangat jauh dari kata bebas, jujur, dan adil. Hal itu ia rasakan dengan melihat banyaknya fenomena janggal selama proses pemilu.
Pada Pemilu 2024, kita sebagai pendidik merasakan bahwa pemilu ini kompetisi kontestasinya jauh dari apa yang kita sebut free and fair, kata Siti Zuhro dalam Diskusi Awal Pekan Forum Guru Besar dan Doktor INSAN CITA bertema Pilpres 2024 dan Pertaruhan Mahkamah Konstitusi yang dilakukan secara daring, Senin, (25/3/2024).
Baca Juga: Anies Punya Modal Cukup untuk Kembali Memimpin Kota Jakarta!
Siti Zuhro mengatakan bahwa free and fairmerupakan langkah awal terwujudnya substansi dari sebuah kontestasi pemilu. Jika hal itu hilang, maka pesta demokrasi tidak akan memiliki nilai yang berkualitas.
Terlebih, pertarungan pemilu seharusnya mampu memberikan peluang yang sama kepada siapapun sebagai pesaing politik. Namun, nuansa tersebut tak terlihat oleh Siti Zuhro dalam Pemilu 2024 kemarin.
Baca Juga: Peneliti BRIN: Pilgub Jakarta Masih Sangat Cair Sampai Kini!
Sebab free and fair adalah sebagai suatu persyaratan dari substansi dari suatu pemilu yang substansial yang free and fair dan memberikan peluang yang sama bagi setiap kontestan, ucapnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Ia melihat, saat ini Indonesia tengah dihadapi dengan masalah etika dan kejujuran. Banyak pejabat dan elit politik yang bergerak tanpa memperdulikan norma-norma yang ada.
Baca Juga: Siti Zuhro: Dukungan untuk Kaesang Sudah Bagus, Tapi Tak Punya Prestasi
Semua cara, menurut Siti Zuhro ditempuh tanpa melihat baik dan buruknya. Kondisi seperti itu menurutnya sangat memprihatinkan bagi bangsa yang sebentar lagi berusia 1 abad kemerdekaan.
Indonesia sedang memiliki masalah dengan konstitusional, etika politik dan demokrasi substansial karena demokrasinya prosedural, pungkasnya.
Editor : Pahlevi