Penutupan Kantor Al Jazeera di Tepi Barat, Upaya Penghapusan Kebenaran

author Pahlevi

- Pewarta

Senin, 23 Sep 2024 01:20 WIB

Penutupan Kantor Al Jazeera di Tepi Barat, Upaya Penghapusan Kebenaran


Oleh: Cak Ahmad Cholis Hamzah
 
Optika.id - Negara-negara yang mengaku sebagai the champion of democracy selalu mengklaim memberi hak kebebasan untuk berpendapat ternyata menjilat ludahnya sendiri karena melakukan tindakan sebaliknya yaitu melarang adanya pemberitaan yang mewartakan kebenaran.

Hal ini terjadi pada saat perang yang berlangsung baik di Ukraina Vs Rusia dan Israel Vs Palestina. Baru-baru ini pemerintah Amerika secara resmi melarang media TV Rusia Russian Today untuk mengudara di wilayah Amerika Serikat.

Baca Juga: Pelajaran Kesederhaan

Sebelumnya negara-negara Eropa yang tegabung dalam NATO juga melarang saluran TV Rusia itu berada di negara-negara Eropa yang bermusuhan dengan Rusia. Malahan pemerintah Amerika Serikat mengajak pemerintah Inggris dan Kanada menekan negara-negara lain untuk melakukan hal yang sama.
 
Lalu pada hari Minggu 22 September 2024 ada berita pemerintah Israel lewat tentaranya IDF  telah menggerebek biro Al Jazeera di Ramallah di Tepi Barat yang diduduki dan memerintahkan jaringan berita yang berbasis di Doha itu untuk menutup operasi di tengah tindakan keras Israel yang meluas terhadap kebebasan media.

Diberitakan tentara Israel bersenjata lengkap dan bertopeng dengan paksa memasuki gedung yang menampung biro Al Jazeera dan menyerahkan perintah penutupan 45 hari kepada kepala biro jaringan Tepi Barat, Walid al-Omari, pada Minggu pagi (22 September 2024)
 
Al-Omari mengatakan perintah penutupan militer Israel menuduh jaringan itu "menghasut dan mendukung terorisme".
Jivara Budeiri dari Al Jazeera mengatakan pasukan Israel menggunakan gas air mata di sekitar biro Al Jazeera dan alun-alun al-Manara di jantung kota Tepi Barat yang diduduki.

Dia menambahkan bahwa tentara Israel menyita kamera mereka. Budeiri mengatakan dia khawatir militer mungkin mencoba menghancurkan arsip Al Jazeera, yang disimpan di kantor. Kendaraan militer Israel meninggalkan Ramallah setelah serangan itu.

Berbicara melalui telepon dari Ramallah, Nida Ibrahim dari Al Jazeera mengatakan penggerebekan Tepi Barat dan perintah penutupan datang "tidak mengejutkan" setelah larangan sebelumnya untuk melaporkan dari dalam Israel.
 
Serangan hari Minggu terjadi hanya beberapa bulan setelah pemerintah Israel melarang Al Jazeera beroperasi di dalam Israel pada bulan Mei setelah perang yang menghancurkan di Gaza, yang telah berubah menjadi reruntuhan oleh pemboman tanpa henti selama 11 bulan terakhir.

Perintah penutupan awal itu juga selama 45 hari, tetapi diperbarui dan jurnalis Al Jazeera masih tidak dapat melaporkan dari dalam negeri.

Baca Juga: Pertarungan Belum Selesai Bro!

Setelah penggerebekan, kepala biro al-Omari menyampaikan keprihatinan tentang apa yang mungkin dilakukan tentara Israel terhadap kantor.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

"Menargetkan jurnalis dengan cara ini selalu bertujuan untuk menghapus kebenaran dan mencegah orang mendengar kebenaran," katanya.

Kantor Media Pemerintah di Gaza menyebut langkah Israel sebagai "skandal yang memekakkan telinga".
 
"Kami menyerukan kepada semua organisasi dan kelompok media yang berurusan dengan hak asasi manusia di dunia untuk mengutuk kejahatan keji ini ... itu adalah pelanggaran terang-terangan terhadap kebebasan pers dan media," katanya.

Mostafa Barghouti, sekretaris jenderal Inisiatif Nasional Palestina, mengatakan Israel tidak memiliki hak, secara hukum, untuk menutup kantor apa pun di Ramallah, yang berada di Area A di bawah keamanan dan administrasi sipil Otoritas Palestina (PA). Dia menambahkan bahwa izin operasi Al Jazeera dikeluarkan oleh PA.
 
"Ini adalah wajah asli Israel, sebuah negara yang mengklaim sebagai negara demokrasi dan mengklaim mendukung kebebasan pers," katanya.

Baca Juga: Media Asing Soroti Pergantian Menteri Saat Masa Jabatan Kurang 2 Bulan

Izzat al-Risheq, seorang anggota biro politik Hamas, menggambarkan perintah penutupan itu sebagai "tindakan pembalasan terhadap peran profesionalnya dalam mengungkap kejahatan pendudukan terhadap rakyat kita".
 
Sebelumnya, masyarakat dunia memperoleh berita dari stasiun TV Al Jazeera kejadian sebenarnya tentang tindakan genosida yang dilakukan Israel terhadap penduduk Palestina.

Lewat media Al Jazeera masyarakat dunia juga mengetahui bagaimana faksi-faksi perlawanan di Gaza berhasil membunuh tentara Israel dan menghancurkan tank-tank dan kendaraan tempur milik tentara Israel.

Media Al Jazeera juga berani mewartakan kebohongan pemerintah Israel yang selalu mengatakan bahwa pejuang-pejuang Hamas telah memperkosa wanita dan membunuh bayi.
 
Seperti biasanya pihak Amerika dan sekutunya di Eropa barat diam terhadap perlakukan tentara Israel menutup kantor Al Jazeera di Tepi Barat Palestina. Padahal penutupan secara paksa itu melanggar prinsip-prinsip kebebasan berpendapat yang dipegang teguh oleh negara-negara barat ini.

Editor : Pahlevi

BERITA TERBARU