Optika.id - Isu Pemilihan Presiden 2024 makin menghangat meski Pemilihan Presiden masih 2 tahun lebih. Direktur Parameter Politik Indonesia, Adi Prayitno mengatakan Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, akan diuntungkan karena menjadi satu-satunya orang di luar kekuasaan.
"Di mana kelompok-kelompok masyarakat yang anti terhadap Jokowi, anti terhadap pemerintah, anti terhadap PDIP, ingin menjadikan Anies Baswedan sebagai satu-satunya orang yang bisa melawan siapapun nantinya yang diusung oleh kubu pemerintah," ujarnya, dilansir dari tayangan Aiman Kompas TV, Rabu (24/11/2021).
Baca Juga: Mahfud Lepas Jabatan, TKN Ingin Prabowo Tetap Jadi Menhan
Dalam hal itu, posisi Anies Baswedan sudah kuat dan tinggal meningkatkan elektabilitas.
"Karena jika melihat ceruk pemilih yang anti pemerintah itu besar, dan yang kemudian sampai saat ini tidak dimaksimalkan oleh Anies," ujarnya. Namun hal itu tentunya akan percuma kalau tidak ada dukungan dari parpol.
"Maka Anies hanya akan menjadi capres angin surga karena tidak ada dukungan politik," tandasnya. Nasdem misalnya, kata dia, mungkin bisa jadi pintu bagi Anies, tapi masih maju mundur.
"(Nasdem) Tidak mau melakukan konfensi, karena belum ada satu pun partai politik yang lain yang mau diajak koalisi . Karena Nasdem tentu tidak mau konyol dong," katanya.
Kemudian untuk PKS jika misalnya mau mencoba menduetkan antara Anies dengan Sandiaga Uno, tapi publik juga lupa kalau itu terjadi mungkin 2016 -2017 soal pilkada.
"Soal pilpres, saya kira Prabowo masih cukup determinan, PKS juga masih menganggap dewan suro mereka. Salim As Segaf itu adalah orang yang paling mungkin mereka usung. Mau dari demokrat itu ada AHY, mau dari PKB di situ mashab politiknya sudah beda, apalagi Cak Imin juga maju," tandasnya.
Sementara untuk partai besar seperti Golkar jelas akan mendukung Ketua Umumnya sendiri Airlangga Hartarto, kemudian Puan Maharani dan Ganjar Pranowo sudah mengkavling PDIP.
"Gerindra sudah Prabowo harga mati, kalaupun tidak masih ada Sandiaga Uno. Anies Baswedan ini jadi rumit sebenarnya membaca dukungan politik," ujarnya.
Jika Anies Baswedan dan Ridwan Kamil masih rumit, Adi menilai sosok Sandiaga Uno lah yang paling mungkin untuk maju jadi capres melawan Ganjar Pranowo.
"Ganjar dan kemungkinan Sandiaga Uno ini memang cukup agresif dia, hadir ke berbagai penjuru masyakarat, mengkapitalisasi posisinya sebagai Menteri Pariwisata," tandasnya.
Sementara, nama Ganjar Pranowo masih menjadi perbincangan hangat meski di tengah adanya isu dualisme di internal PDIP.
Dia menilai, Ganjar Pranowo memiliki kemungkinan besar untuk dipilih oleh Megawati Soekarnoputri jika elektabilitasnya terus stabil.
Bahkan menurutnya, Ganjar Pranowo juga menjadi sosok yang diperebutkan partai politik. Dia juga menyebut sosok yang mungkin akan menjadi saingan berat Ganjar di Pilpres 2024.
Sosok itu bukan Anies Baswedan atau Ridwan Kamil, seperti yang ramai dibicarakan selama ini. Adi Prayitno mengatakan, Ganjar akan jadi tokoh yang diperebutkan oleh partai politik.
"Ganjar ini tren elektabilitasnya naik, dibandingkan dengan yang lain relatif dia agak stagnan. Makanya saya sebutkan ranking utama buruan tokoh yang akan dicari oleh berbagai parpol itu Ganjar Pranowo," kata Adi.
Untuk itu, kata dia, tak heran kalau Golkar kemudian ingin menyediakan altar kuning bagi Ganjar seandainya tidak diusung oleh PDIP.
"Ini jelas dan tidak main-main tentu saja. Kalau melihat sikap partai secara umum belum ada, tapi kalau melihat posisi Nurdin Khalid, politisi senior, orang penting, wakil ketua, saya kira ini bukan candaan biasa di warung kopi," katanya.
Baca Juga: Prabowo Sindir Anies dan Ganjar Soal Pertahanan: Jangan Menyesatkan, Memprovokasi, dan Menghasut
Pernyataan itu, lanjutnya, sebagai sebuah penegasan, saat ini sebenarnya Golkar sedang meng-hunting sosok yang bisa menderek elektabilitas Airlangga Hartarto nantinya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
"Karena kan kemungkinan itu Ganjar akan diduetkan sebagai capres ataupun cawapresnya Airlangga," tandasnya.
Adi bahkan mengatakan, pendekatan Golkar terhadap Ganjar itu berbeda dengan Anies Baswedan ataupun Ridwan Kamil.
"Kita tahu Ridwan Kamil itu sedang istikhoroh, sedang diskusi dengan orangtuanya mencari partai politik. Golkar juga welcome, tapi soal pencapresan nanti dulu, segala sesuatunya ditentukan oleh Airlangga. Beda dong, ketika misalnya menawari Ganjar, ayo Ganjar capres ataupun cawapres, InsyaAllah akan disiapin, kan gitu statementnya Nurdin Halid," jelasnya.
Hal serupa juga menurut Adi berlaku pada Anies Baswedan. "Kenapa Golkar tidak melirik? bukankah Anies juga barang buruan yang bagus? Tentu melihat stagnasi dari elektabilitas Anies itulah yang saya membacanya, kok rada-radanya membajak Anies dalam konteks saat ini agak kurang menguntungkan bagi Golkar. Makanya kemudian Ganjarlah yang saat ini diburu banyak orang dan sepertinya Golkar tidak mau lepas juga itu tangkapan besarnya," bebernya.
Kemudian soal isu dualisme di PDIP antara Ganjar Pranowo dan Puan Maharani, dia menilai, PDIP akan berpikir realistis bahwa pada akhirnya akan memilih dan mengusung kandidat yang memungkinkan untuk memenangkan Pilpres 2024.
"Karena ada dua hal yang sepertinya sedang dipikirkan betul atau sedang dikontemplasikan betul oleh Ketum Megawati. Satu, agak sulit sebenarnya bagi PDIP itu hatrick, karena kan sudah menang dua kali tuh Jokowi. Karena belum ada fortopolionya tuh di Indonesia, bahkan terjadi pada Demokrat pada periode keduanya justru terjun bebas," bebernya.
Dia melanjutkan, belum ada sejarah parpol di Indonesia menang dalam kontestasi tiga kali berturut-turut.
"Tapi PDIP tentu ingin memecahkan rekor, itu pikiran yang kedua. Apa yang tidak mungkin di negara ini, apa yang tidak mungkin di politik di Indonesia, bagi PDIP sepertinya akan mungkin. Maka disitulah saya membaca opsi rasional mendukung Ganjar Pranowo adalah salah satunya pilihan," katanya. Hal itu juga tentunya harus didukung oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi).
"Kalau Jokowi mendukung yang lain variable PDIP juga akan berkurang, karena PDIP besar sampai sekarang itu karena ada variabel Soekarno, Megawati, dan tentu ada variable Jokowi yang selama beberapa periode itu memenangkan pertarungan," tandasnya.
Baca Juga: Prabowo Sebut Tanpa Kekuatan Militer, Bangsa Akan Dilindas Seperti Gaza
Untuk itu, kata dia, saat ini bagaimana upaya Ganjar untuk terus menjadi satu-satunya orang yang dalam spotlight pembicaraan politik.
"Kan di situ pertarungannya, tapi kalau tahun-tahun ke depan Ganjar berkurang aura politiknya tentu PDIP akan berpikir yang lain dan pasti akan melirik Puan untuk digandengkan mungkin dengan Prabowo Subianto," katanya. Selain itu, dia juga menilai bahwa sosok Ganjar memiliki banyak keuntungan.
"Misalnya di basis pemilih PDIP itu realtif mendukung Ganjar. Saat ini juga basis-basis pemilih yang afiliasinya ke Jokowi lebih memilih Ganjar Pranowo untuk diusung maju kembali. Ganjar dinilai sebagai duplikasi politik wong cilik, merakyat dan apa adanya. Postur politik yang selama ini selalu didengungkan oleh PDIP, bukan pada Puan Maharani malah," jelasnya.
Dia juga memprediksi nasib Anies Baswedan dan Ridwan Kamil yang menurutnya agak rumit. Dia bahkan menyebut tokoh lain yang lebih berpeluang jadi saingan terberat Ganjar dibandingkan kedua sosok itu.
"Nah ini yang rumit, kalau Ridwan Kamil saya membacanya agak tanggung. Dari segi elektabilitas tanggung, dari segi partai politik sejauh ini belum ada orang yang tertarik, yang ingin mengusung Ridwan Kamil," katanya.
Bahkan sekelas PAN sekalipun bahkan masih maju mundur untuk mendukung Ridwan Kamil karena pergerakan politiknya hanya di Jawa Barat.
"Itu pun basis pemilih Jabar harus berbagi tiga, dengan Ganjar Pranowo dengan Anies Baswedan, di luar itu Ridwan Kamil agak susah," pungkasnya.
(Pahlevi)
Editor : Pahlevi