Optika.id-Polisi Israel mengumumkan pada Kamis malam (25/11/2021) mereka akan kembali membuka penyelidikan atas tuduhan bahwa tentara wanita Israel ditugaskan untuk melayani hasrat seksual tahanan terorisme Palestina, untuk membuat para tahanan tersebut senang.
Langkah tersebut dilakukan setelah adanya pernyataan mengejutkan, tentang masalah ini, yang dibuat sehari sebelumnya oleh Sipir Penjara Gilboa Freddy Ben Shitrit. Ia memberikan kesaksian di depan komisi penyelidikan yang menyelidiki pembobolan penjara baru-baru ini.
Baca Juga: Kelaparan Mengancam Gaza: Toko Roti Tutup Akibat Kekurangan Pasokan
Investigasi sebelumnya terhadap kasus ini pernah dilakukan, akan tetapi penyelidikannya ditutup karena kurangnya alat bukti.
Media ibrani melaporkan Shitrit diperkirakan akan dipanggil lagi untuk memberikan keterangan kepada polisi atas komentarnya.
Pada hari Kamis (25/11/2021), Menteri Keamanan Publik Omer Barlev mengatakan dia meminta Jaksa Agung Avichai Mandelblit untuk melakukan penyelidikan atas tuduhan kasus tersebut.
Barlev mengatakan dalam sebuah pernyataannya, bahwa Komisaris Polisi Israel Kobi Shabtai, telah mengatakan kepadanya bahwa pihak Kepolisian sedang menyelidiki tuduhan tersebut. Barlev menyebut tuduhan itu sebagai hal yang mengejutkan dan memuakkan.
Para tentara wanita pertama kali mengungkapkan, pada tahun 2018 mereka dipaksa melakukan kontak dengan tahanan sebagai alat tawar menawar seksual,untuk mendapatkan informasi. Hal itu menyebabkan mereka dilecehkan dan diserang, tetapi kasus tersebut ditutup karena kurangnya bukti.
Dikatakan pula Ben Shitrit tidak berada di penjara ketika insiden itu terjadi, ia memberikan kesaksian baru, seruan tersebut telah berkembang agar kasus itu dibuka kembali.
Tetapi komisi penyelidikan yang ada, menyelidiki pelarian enam narapidana terorisme dari Penjara Gilboa. Menyatakan tidak akan menyelidiki klaim seputar tentara wanita.
"Panel penyelidikan ingin mengklarifikasi bahwa masalah ini tidak terbuka untuk diselidiki," kata ketua panel dalam sebuah pernyataan. Kami mengandalkan otoritas terkait untuk memberikan pendapat mereka tentang masalah ini.
Menurut situs berita Walla, pejabat dari Kementerian Keamanan Publik sebelumnya mengatakan masalah itu berada dalam lingkup komisi.
"Insiden mucikari adalah insiden besar," kata Ben Shitrit, Rabu (24/11/2021). Salah satu tentara yang mengatakan dia diserang secara seksual dalam insiden itu, menyerukan agar penyelidikan dibuka kembali.
Tentara itu, yang tidak disebutkan namanya, mengatakan kepada Walla bahwa dia dan penjaga lainnya telah diserang secara seksual oleh seorang teroris Palestina bernama Muhammad Atallah. Para penjaga mengklaim manajemen penjara tahu tentang pelecehan itu, dan menutupinya. Sampai ada laporan media yang dipublikasikan oleh Channel 20 tentang kejadian tersebut terungkap pada bulan Juni 2018.
Laporan-laporan tersebut menuduh bahwa seorang petugas intelijen di penjara menempatkan penjaga wanita di bagian keamanan fasilitas tersebut atas permintaan para teroris.
[caption id="attachment_9089" align="alignnone" width="300"] Tentara Wanita Israel Dijadikan Pelayan Hasrat Seksual Tahanan Palestina[/caption]
Channel 12, Senin (29/11/2021), mengatakan tiga tentara terlibat dalam kasus tersebut. Prajurit wanita yang maju mengatakan, dia telah diperintahkan untuk menemani Atallah di sekitar fasilitas, yang memberinya kesempatan untuk menyerangnya, termasuk dengan meraba-raba pantatnya, sementara itu bosnya menutup mata.
Sebagai gantinya, Atallah, seorang tokoh kuat di antara para tahanan, membuat fasilitas itu tetap tenang untuk staf penjara, menurut Channel 13.
Mereka mengirim saya, untuk tugas yang seharusnya tidak saya lakukan sebagai objek seksual untuk mendapatkan informasi intelijen," ujar salah satu korban mengatakan kepada Channel 12.
Baca Juga: Hizbullah Deklarasikan 'Kemenangan Besar' atas Israel
Salah satu tahanan keamanan bertindak seenaknya terhadap saya. Penghinaan, pelanggaran seksual, serangan verbal. Setiap kali saya datang untuk menjalankan shift, saya merasa tertekan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Dia berkata bahwa dia digunakan sebagai objek, sebagai gadis cantik, sebagai wanita muda yang menggoda. Hanya menjadi objek seksual untuk mendapatkan informasi dari mereka.
Komandan saya tidak peduli dengan apa yang saya rasakan atau alami, katanya.
Petugas intelijen mengakui menempatkan penjaga dengan tahanan.setelah itu dia meminta kehadiran mereka dengan menyebutkan namanya.
Petugas itu diskors. Dia dipanggil ke sidang untuk melakukan sidang pelanggaran perintah atasan,dengan kemungkinan sanksi terberat adalah pemecatannya, tetapi hasilnya dia tidak dipecat, dilaporkan oleh Channel 12 news.
Layanan penjara mengatakan pada hari Rabu (24/11/2021) bahwa penyelidikan terhadap tuduhan yang dibuka kembali adalah upaya untuk mengubah kesaksian Ben Shitrit tentang salah urus penjara.
"Kasus ini diselidiki di bawah komisaris sebelumnya dan ditutup oleh Kantor Kejaksaan Negeri," kata layanan penjara dalam sebuah pernyataan. "Jika Ben Shitrit memiliki informasi baru di tangannya yang membenarkan pembukaan kembali penyelidikan, dia harus segera menyampaikannya kepada otoritas penegak hukum."
Menteri Perhubungan Merav Michaeli menyebut komentar Ben Shitrit itu mengejutkan.
Saya yakin semua kekurangan dan kekejaman yang terjadi di penjara dalam beberapa tahun terakhir akan terbongkar, dan diperbaiki, katanya.
Baca Juga: Paus Fransiskus Desak Penyelidikan Genosida Israel di Gaza, Ini Tanggapan Muhammadiyah
Mantan Legislator dari partai Buruh Ayelet Nahmias-Verbin mengatakan pada hari Kamis (25/11/2021), dia mengajukan petisi beberapa kali pada tahun 2018 agar badan eksternal ditunjuk untuk menyelidiki tuduhan tersebut.
Dia membagika di Twitter salinan tanggapan yang dia terima dari menteri keamanan publik saat itu, Gilad Erdan di mana dia mengatakan dia telah menunjuk seorang pejabat penjara untuk menyelidiki tuduhan itu. Pada akhirnya kasus itu telah dilimpahkan ke polisi.
Dalam surat tersebut, Erdan berjanji akan menanggapi tudingan tersebut dengan serius dan menindaklanjutinya sambil menunggu hasil penyelidikan polisi.
Terlepas dari pernyataannya, kasus tersebut, yang mendapat sedikit perhatian media sebelum kesaksian hari Rabu (24/11/2021) oleh Shitrit, ditutup karena kurangnya bukti, dan tidak ada tindak lanjut yang transparan.
Reporter: Angga Kurnia Putra
Editor: Amrizal
Editor : Pahlevi