Pro Kontra dan Tantangan Pengadaan Transportasi Publik Berbasis Listrik

Reporter : Uswatun Hasanah

Optika.id - Ambisi pemerintah menyediakan mobil listrik dengan dalih menekan emisi karbon diklaim merupakan kebijakan yang positif oleh CEO dan Founder dari PT Chakra Giri Energi Indonesia, Herman Huang.

Baca juga: Sebelum Beli Mobil Listrik, Pertimbangkan Risiko Berikut

Pasalnya, bersamaan dengan wacana tersebut, pemerintah juga terus mengeluarkan aturan mengenai subsidi pembelian kendaraan listrik.

Kendati demikian, dirinya juga menyebut beberapa faktor penting yang perlu diperhatikan terkait dengan membangun ekosistem kendaraan berbasis listrik.

Misalnya dengan memperhatikan angkutan massal dan transportasi publik. Tantangan mengadopsi kendaraan listrik pada transportasi publik di antaranya seperti masih mahalnya pembelian moda transportasi berbasis listrik. Khususnya bus.

"Perbandingan harga bus listrik itu cenderung lebih mahal dibanding bus diesel, ini merupakan satu tantangan juga," ujar Herman dalam keterangannya yang diterima Optika.id, Sabtu (17/6/2023).

Dengan mengadopsi bus berbasis listrik, imbuh Herman, perusahaan otobus perlu merogoh kocek lebih besar dibanding kendaraan konvensional.

Dia merujuk pada data yang dia dapatkan seperti harga bus listrik menyentuh Rp5 miliar sedangkan bus konvensional berbahan bakar diesel hanya sekitar Rp2 miliar saja. Perbedaan harga inilah yang membuat perusahaan otobus gamang.

Baca juga: Patut Dipertimbangkan Sebelum Beli, Ini Lima Kelemahan Kendaraan Listrik

Penyebab dari tingginya harga bus listrik ini disebabkan oleh mahalnya beberapa komponen yang digunakan, dalam hal ini baterai sebagai penunjang kendaraan.

Herman menilai mahalnya harga bus listrik ini cukup memberatkan perusahaan otobus lantaran banyak di antara mereka yang mempunyai kemampuan dananya yang terbatas.

Maka dari itu, dia menilai jika diperlukan berbagai mekanisme khusus yang harus diterapkan agar membantu perusahaan otobus dalam mengadopsi transisi kendaraan konvensional ke kendaraan listrik.

"Untuk mengadopsi berarti perusahaan otobus harus mengeluarkan uang lebih banyak, kecuali ada mekanisme-mekanisme khusus untuk membantu perusahaan otobus melakukan adopsi bus listrik," kata Herman.

Baca juga: KLHK Klaim Kendaraan Listrik Solusi Polusi Udara Jakarta

Meskipun memiliki harga yang lebih mahal, pemberian bus listrik menurut Herman bisa menghadirkan sejumlah keuntungan dibandingkan bus konvensional. Salah satunya biaya operasional yang lebih murah.

Lebih lanjut, dalam data yang dia paparkan, bus listrik merogoh biaya operasional yang diprediksi per tahunnya (200km/hari) menyentuh sekitar Rp2,3 miliar sedangkan bus berbahan bakar diesel sebesar Rp4,6 miliar.

"Jadi memang secaraoperational costitu adasaving, yang kedua memang membantu menurunkan emisi," tuturnya.

Editor : Pahlevi

Politik
Trending Minggu Ini
Berita Terbaru