Optika.id - Via (19) seorang karyawan swasta di Jakarta mengaku dirinya sering langganan konseling psikologi online di platform telekonsultasi yang dia percaya. Dirinya lebih nyaman untuk berkonsultasi secara online daripada harus tatap muka dan bertemu dengan psikolog secara langsung. Alasannya, dia masih ragu dengan layanan konseling tatap muka dan susah untuk merasa nyaman apabila bercerita panjang lebar tidak melalui teks atau tulisan.
Baca juga: Caleg Gagal Butuh Dukungan Moril dari Keluarga
Aku sering pakai jasanya untuk satu sesi beragam sih, tergantung jam terbang pengalaman juga. Ada yang satu jam 50 ribu, dan ada yang sampe 100 ribu. Tergantung. Aku udah langganan sama salah satu psikolog, enggak mau yang lain karena ada pengalaman buruk, ucap Via kepada Optika.id, Jumat (11/8/2023).
Ketika disinggung mengenai pengalaman buruknya, dia bercerita bahwa psikolog online sering mendiagnosisnya tanpa mendengar lebih lanjut, bahkan secara terang-terangan meremehkan apa yang Via rasakan. Kendati demikian, dia tidak merasa kapok dan mencari layanan konseling yang sesuai kebutuhannya.
Ada sih dulu psikolog yang enggak ramah lah intinya. Dia judge aku katanya kurang ibadahlah, kurang bersyukur, yang kayak gitu-gitu. Tantangannya nyari psikolog di platform online kan cocok-cocokan ya. dicoba aja semuanya, jadi nemu yang cocok sekarang, kata dia.
Beberapa tahun ke belakang, konseling psikologi online menjadi alternative pilihan bagi banyak orang untuk menyembuhkan dirinya. Hal ini pun terlihat dalam laporan startup platform riset pasar Populix bertajuk Indonesias Mental Health State and Access to Medical Assistance.
Survei Populix tersebut menemukan bahwa belakangan layanan kesehatan mental diakses dengan beberapa cara yang pertama, sekitar 61% responden mengakses layanan konsultasi dengan psikolog maupun psikiater secara langsung di fasilitas layanan kesehatan terdekat.
Sementara 54% di antaranya mengaku mengakses layanan via aplikasi telekonsultasi atau telekonsultasi. Di sisi lain, 38% di antara responden tersebut bergabung dengan grup komunitas yang fokus dalam penanganan kesehatan mental dan 36% lainnya memilih untuk berbicara dengan para pemuka agama.
Selanjutnya, 87% responden memilih mengakses layanan telekonsultasi ini dengan alasan mudah diakses di mana saja dan kapan saja. 76% responden lain juga beralasan bahwa telekonsultasi ini begitu efektif dan efisien, di satu sisi, 63% responden lain memilih mengakses layanan telekonsultasi ini lantaran harga layanan yang ditawarkan jauh lebih murah dibanding layanan konvensional.
Menanggapi hal tersebut, Co-Founder sekaligus COO Populix, Elieen Kamtawijoyo menilai responden yang rata-rata perempuan berusia 18 24 tahun tadi sadar bahwa mereka butuh konseling untuk mengatasi masalah kesehatan mental yang mereka rasakan. Hal inilah yang kemudian membuat mereka banyak mengakses layanan kesehatan mental, khususnya di layanan telekonsultasi.
Baca juga: Pemilu Sebabkan Banyak Orang Stres, Ini Cara Mengatasinya
Berbagai masalah seperti kondisi perekonomian yang tidak menentu, rasa kesepian setelah sekian lama menjalani pembatasan sosial, tuntutan pekerjaan, hingga permasalahan hubungan yang timbul di masa-masa transisi endemi ini, tentunya turut mempengaruhi kesehatan mental banyak orang," kata Eileen, kepada Optika.id, Jumat (11/8/2023).
Senada dengan Elieen, Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI) pun merilis laporan swaperiksa periode Maret 2020 Maret 2022 yang menunjukkan adanya peningkatan masalah psikologis yang dialami oleh masyarakat saat ini. Pada tahun 2020 saja, ada sebanyak 70,7% yang mengalami masalah psikologis dan di tahun 2022 angkanya naik menjadi 82,5%.
Menurut Mantan Ketua PDSKJI, Diah Setia Utami, laporan swaperiksa tersebut sedikit banyak memberikan gambaran bahwa bagaimana meningkatnya gangguan jiwa, khususnya depresi, kecemasan, dan kondisi lain yang berkaitan dengan trauma psikologis selama dan pasca pandemic meningkat drastic.
Kondisi gelap ini pun akhirnya membuat masyarakat mulai sadar akan pentingnya mempunyai mental yang sehat, sehingga mereka akhirnya meminati layanan kesehatan mental. Bahkan, bagi masyarakat berusia muda, menurut Diah mereka lebih banyak menggunakan layanan konseling online dibandingkan harus datang secara langsung menemui psikolog atau psikiater.
Di sisi lain, hadirnya layanan kesehatan mental secara online adalah alternative di tengah masyarakat yang masih memandang tabu dan memberikan stigma buruk kepada penderita masalah mental.
Baca juga: Ada Topeng Bobrok dalam Pamer Kemesraan di Media Sosial
Padahal belum tentu mereka yang datang ke psikolog atau psikiater itu punya gangguan mental. Jadi, dari pada stres yang diderita semakin parah, lebih baik segera konsultasi, di (platform kesehatan mental)onlinejuga nggak masalah, imbuh psikiatri di Badan Narkotika Nasional (BNN) itu.
Sementara itu, dihubungi secara terpisah, Ade Binarko selaku Co-Founder SehatMental.id menilai masyarakat akan makin terbantu dengan menjamurnya aplikasi kesehatan mental saat ini. Pasalnya, masyarakat yang membutuhkan akan bisa mendapatkan pertolongan segera dalam waktu yang cepat kapanpun mereka butuh.
Bahkan, dia mengibaratkan orang yang memiliki masalah sudah bisa curhat dengan ahlinya dengan mudah sekali klik saja seperti direct message (DM) pada platform pengiriman pesan. Bedanya, chatting antara penyintas dan ahlinya disediakan oleh platform.
Konselingonlinemenjadi salah satu tindakan pertolongan pertama bagi individu, seringkali apabila psikolog melihat bahwa kondisi klien terlihat berat, psikolog akan memberikan saran untuk tetap pergi ke psikolog atau psikiater tatap muka agar mendapatkan penanganan yang optimal, jelas Ade, Jumat (11/8/2023).
Editor : Pahlevi