Retno Marsudi: Israel Memiliki Tujuan Meniadakan Pengungsi!

Reporter : Danny

Yogyakarta (optika.id) - Menteri Luar Negeri Republik Indonesia, Retno Marsudi soroti perilaku Israel yang berupaya untuk meniadakan pengungsi di berbagai tempat yang telah dibombardir. Hal itu disinyalir dengan melemahkan sistematis UNRWA, salah satu organisasi yang bertugas untuk mengurus pengungsi dari PBB. 

Sebelumnya, Perdana Menteri Netanyahu mengatakan Two State Solution Sudah Tidak Ada. Mimpi negara Palestina menjadi tidak ada dan serangan ke Kamp Rafah di tengah ICJ orders, termasuk perintah hentikan ofensif ke Rafah. 

Baca juga: Diplomasi Indonesia untuk Palestina, Menlu Retno: All Eyes on Rafah!

"Berarti Palestina memang akan terus dihabisi, sehingga mimpi memiliki negara menjadi tidak ada, yang ada adalah one solution. Serangan terus dilakukan beberapa hari lalu dan serangan ini terjadi di tengah baru keluarnya perintah dari Mahkamah Internasional. Termasuk perintah menghentikan ofensif militer," kata Menlu Retno kepada Optika.id dipantau dari YouTube Universitas Gadjah Mada, Senin, (3/6/2024). 

Pelanggaran demi pelanggaran terus dilakukan Israel, bahkan  situasi Palestina terus memburuk dari waktu ke waktu. Upaya strategis terus dilakukan Israel untuk menghabisi Palestina. Tanah Palestina semakin digeroogoti settlers, semakin menyempit. Penduduk terusir dan terbunuh, lembaga yang mengurus pengungsi diperlemah, pengungsi tidak akan kembali ke tanah mereka. 

"Penekanan pressure kepada negara moslem untuk pembukaan normalisasi hubungan dengan Israel, Gaza merupakan wilayah yang tidak layak ditinggali karena 70 persen infrastrukturnya tidak berfungsi," tegasnya. 

The level of destruction in Gaza has nor been seen since World War II, according to a UN official who estimates that post-war reconstruction could cost up to $50bn. 

Baca juga: Triyatni Martosenjoyo: Tingkat Kepuasan Rakyat ke Jokowi 80 Persen Itu Omong Kosong!

"Jadi kalau perang 2014 puing-puing itu 2,4 juta ton, maka sekarang sudah 37 juta ton. Ini hanya menunjukkan betapa masifnya kerusakan diakibatkan oleh Israel," tambah dia. 

Menlu Retno juga mengaku baru saja kembali dari Brussel Belgia untuk menghadiri pertemuan dengan Uni Eropa tingkat Luar Negeri. OIC Contact Group adalah Mandat kepada Menlu OKI (Indonesia, Arab Saudi, Qatar, Yordania, Mesir, Turki, Nigeria dan Palestina) untuk berada di garis depan membela Palestina. 

"Sejak itu, ketika teman-teman memperhatikan akan terus memperhatikan lobi kepada PS countries, ke Beijing, Moscow, London dan Washington dengan pesan kekejaman Israel harus segera dihentikan dan negosiasi dapat segera dimulai dan terwujud. Kita juga bolak-balik ke New York untuk pertemuan majelis umum, karena Indonesia sedang menjadi anggota Dewan HAM," kata lulusan UGM itu. 

Baca juga: Soffian Effendi : Amandemen UUD'45 Merusak Pemerintahan Berdasarkan Pancasila

Kembali pada pertemuan ke Brussel, Belgia. Menlu mengungkap ada dua tujuan utama, terutama Uni Eropa agar mengakui negara Palestina. Sejauh ini, Retno mengatakan ada 144 negara yang mengakui negara Palestina yaitu pengakuan dari Norwegia, Irlandia dan Spanyol. 

"Indonesia adalah salah satu negara sudah mengakui negara Palestina sejak 1988, bersama 80 negara lebih setelah pada November 1988 memproklamasikan Palestina sebagai negara. Misi ketika di Brussel agar mereka dapat mengakui Palestina sesegera mungkin," ungkapnya. 

Menlu Retno mengatakan pembicaraan dengan menteri luar negeri Eropa memberikan kesimpulan untuk berharap di bulan-bulan kedepan akan ada beberapa negara Uni Eropa lain akan segera mengakui Palestina. 

Editor : Pahlevi

Politik
Trending Minggu Ini
Berita Terbaru