Inisiatif Indonesia untuk Dunia

author optikaid

- Pewarta

Jumat, 17 Des 2021 00:35 WIB

Inisiatif Indonesia untuk Dunia

i

dok. Pemerintah Provinsi Bali Gubernur Koster Hadiri Pembukaan Bali Democracy Forum ke-14 tahun 2021 - Pemerintah Provinsi Bali

[caption id="attachment_9675" align="alignnone" width="260"] Oleh: Cak A. Cholis Hamzah[/caption]

Optikaid, Bali - Baru-baru ini tanggal 9 Desember 2021 Menteri Luar Negeri Retno Marsudi membuka Bali Democracy Forum ke 14 yang dihadiri 335 peserta dari 95 negara. Pertemuan yang bertema Democracy for Humanity Advancing Economic and Social Justice During the Pandemic ini diikuti tokoh-tokoh dunia seperti Sekjen (sekretaris Jenderal) Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) Antonio Guterres dan 18 pejabat setingkat Menteri Luar Negeri. 

Berita BDF Tenggelam

 Pejabat Negara yang hadir antara lain dari Amerika Serikat,Tiongkok, Turki, Selandia Baru dan sebagainya. Sayangnya berita pertemuan penting dunia yang digagas Indonesia ini tenggelam dengan berita-berita popular lainnya. Misalnya berita tentang anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)  Mulan Jameela yang pulang dari luar negeri tapi tidak melakukan karantina mandiri, tentang perkelahian anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Polri, tentang orang-orang yang selfie di puing-puing akibat meletusnya gunung Merapi. 

Padahal pertemuan Bali Democracy Forum itu juga merupakan berita penting. Namun memang tidak semua publik mengetahui apa itu Democracy Forum atau BDF itu.

Tidak Menggurui.

BDF didirikan pada tahun 2008 dengan memakai local wisdom atau kearifan lokal sepeti itu yang dipakai oleh para pemimpin nasional Indonesia. BDF didirikan pada saat Susilo Bambang Yudhoyono menjadi presiden. Forum yang didirikan ini adalah pertemuan internasional tahunan yang dihadiri banyak Presiden, Perdana Menteri, Raja, Menteri Luar Negeri dari banyak negara untuk membicarakan,mendiskusikan isu-isu tentang promosi demokrasi yang berkelanjutan dunia terutama di kawasan Asia Pasifik. 

Forum tahunan ini juga membicarakan berbagai isu demokrasi global, toleransi agama, transparansi pemerintahan, konflik global dan sebagainya. Forum ini pada dasarnya adalah insitiatif Indonesia yang ingin share atau berbagi pengalaman perjalanan demokrasi di Indonesia sekaligus tantangan-tantangan yang dihadapi Indonesia selama ini. 

Awalnya untuk Negara Tetangga

Forum ini pada awalnya di peruntukkan untuk negara-negara tetangga secara terbatas. Akan tetapi karena inisiatif Indonesia ini sangat menarik disebabkan Indonesia dalam membagikan pengalamannya tanpa ada kesan lecturing atau menggurui bahwa Indonesia adalah yang paling bagus dari negara-negara lain; maka negara negara yang tertarik untuk mengikuti 

Forum ini meluas sampai ke negara-negara Timur Tengah seperti Mesir dan Tunisia. Bahkan Rusia dan Cina tertarik untuk ikut serta. 

Indonesia dalam Forum ini tanpa harus malu berbagi pengalaman yang pahit sekalipun, misalnya soal masih maraknya korupsi, konflik horizontal masyarakat atau praktek money politik di dalam setiap ajang pemilihan kepala daerah. 

Selain itu Indonesia juga menyampaian persoalan kemiskinan, dan pengangguran yang dihadapi serta masalah-masalah sosial dan ekonomi lainnya. Akan tetapi dengan berbagai masalah yang dihadapi itu Indonesia mampu melakukan transformasi damai dari negara yang otoriter menjadi negara yang demokrasi.

Dan menjadi negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia yang mencapai kemajuan dalam demokraasi. Atau dengan kata lain, Indonesia bisa menunjukkan dunia bahwa Islam itu compatible dengan demokrasi.

Lembaga Pelaksana BDF

Sebagai pelaksana atau Implementing Body dari Forum ini dibentuklah lembaga yang disebut IPD atau Institute for Peace and Democracy. IPD ini dibawah Universitas Udayana Bali dan secara rutin menyelenggarakan pelatihan-pelatihan bagi para politisi atau civil society dari negara-negara Asia Pasifk. 

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Direktur IPD, Dr I Ketut Erawan Putra, alumni Fisipol UGM, Ohio University dan Northern Illinois University Amerika Aerikat - pernah menjelaskan bahwa para pelaku demontrasi Arab Spring dari Mesir (yang dikenal demonstrasi di Tahrir Square) dan Tunisia serta Myanmar aktif mengikuti setiap pelatihan. 

Mereka bahkan ingin belajar pengalaman Indonesia dalam menggunakan Pancasila sebagai filosofi negara (sementara lucu di negeri sendiri Pancasila mulai di pinggirkan). 

Para peserta pelatihan bisa melihat pengalaman proses demokrasi di Indonesia termasuk cerita perilaku anggota DPR dari hal-hal yang positif misalnya berhasil menggodok Undang-Undang yang penting sampai ada gambar anggota DPR yang tidur ketika ada sidang; 

Selain itu banyak peserta pelatihan (para politisi) dari negeri Islam seperti Pakistan, Bangladesh dan Afghanistan yang terkesima dengan seluruh komitment partai partai politik di Indonesia termassuk partai yang berbasis Islam menjunjung tinggi tujuan tetap bersatunya Negara Kesatuan Republik Indonesia dan menjaga hubungan antar masyarakat yang beragam etnik dan agamanya. 

IPD ini sering menjadi mentor dalam pelatihan dan diskusi tentang demokrasi di negara-negara Asia Pasifik dan Timur Tengah. Beberapa tokoh penting Indonesia seperti almarhum Kiai Haji Hazim Muzadi, mantan Menteri Luar Negeri Hasan Wirayuda dan tokoh reformasi TNI Agus Wijaya sering menjadi pembicara dalam pelatihan-pelatihan tersebut. 

Sayang sekal, inisiatif Indonesia yang cemerlang ini tidak menonjol dalam pemberitaan media cetak maupun elektronik. Kalah dengan pemberitaan soal soal kebiasaan selebrities.

Penulis Cak Cholis A Hamzah

Editor Aribowo

Editor : Pahlevi

Tag :

BERITA TERBARU