Optika.id-Legislator Komisi D Bidang Kesra DPRD Kota Surabaya meminta pemerintah kota (pemkot) setempat segera melakukan pemetaan terhadap kasus anak stunting atau kerdil di Kota Pahlawan, Jawa Timur.
Anggota Komisi D DPRD Kota Surabaya Cahyo Siswo Utomo di Surabaya, Jumat, mengatakan, stunting pada anak di Surabaya memiliki perbedaan penyebab kemunculannya, yakni ada yang disebabkan oleh kurangnya gizi pada anak, penyakit bawaan dan adanya kelainan dalam kandungan.
Baca Juga: Banjir Parah di Greges Timur, Warga Desak Penanganan Cepat
"Terkait hal itu perlu dilakukan perbedaan dalam penanganan stunting," katanya, Jumat (24/12/2021).
Ia mencontohkan, kasus anak stunting yang terjadi di Kecamatan Dukuh Pakis disebabkan bukan karena kekurangan gizi melainkan terjadi akibat ketuban pecah di awal saat ibunya hendak melahirkan.
"Namun saat terlambat dalam mendapatkan perawatan secara intensif NICU (Neonatal Intensive Care Unit) sehingga si anak mengalami stunting," katanya.
Terkait hal itu, legislator Fraksi PKS ini mendorong Pemkot Surabaya untuk melakukan pemetaan terhadap penanganan anak stunting di Surabaya, sehingga bisa dilakukan penanganan yang tepat dan bisa di lakukan monitoring secara holistik oleh dinas terkait.
"Perlu dilakukan pemetaan terhadap penanganan anak stunting, sehingga bisa dilakukan Penanganan yang tepat dan bisa dilakukan monitoring secara holistik oleh dinas terkait, termasuk apakah perlu dilakukan penanganan hingga ke pusat tumbuh kembang anak," katanya.
Untuk itu, Cahyo Siswo Utomo berharap program Surabaya Zero Stunting yang dicanangkan Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi bisa terwujud secara efektif dan efisien.
Baca Juga: PKS Sebut Indonesia Tak Ada Oposisi, Yang Mengontrol DPR
Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi sebelumnya mengatakan angka stunting di Surabaya turun dengan menduduki urutan ke-34 dari 38 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
"Padahal, sebelumnya angka stunting di Surabaya menduduki urutan ke-3 se Jatim," katanya.
Pada 6 Desember lalu, angka balita stunting di 31 kecamaan Kota Surabaya, dalam tiga bulan terakhir turun dari sebelumnya 5.727 kasus menjadi 1.785 kasus. Dari angka 1.785, Eri mengatakan, pihaknya akan melakukan pemetaan lagi dengan cara dipisahkan-pisahkan lebih detail.
Pemetaan itu dilakukan supaya dapat diketahui mana warga Surabaya dan non-KTP Surabaya. "Dengan demikian,, intervensi pemkot untuk menangani kasus balita stunting dapat diprioritaskan," demikian Eri Cahyadi.
Baca Juga: Haedar Nashir Hadiri Milad Seabad RS PKU Muhammadiyah Surabaya
Reporter: Angga Kurnia Putra
Editor: Amrizal
Editor : Pahlevi