[caption id="attachment_9675" align="alignnone" width="266"] Oleh: Cak A. Cholis Hamzah[/caption]
Baru-baru ini di Optika ini saya menulis tentang Cancel Culture (CC) suatu budaya baru yang menyebar keseluruh dunia, yaitu tindakan yang dilakukan masyarakat untuk mengisolasi, mengucilkan atau memboikat seseorang. Biasanya yang melakukan para celebrity, politisi dan pengusaha/perusahaan atas tindakannya mengeluarkan pendapat yang dianggap tidak patut. Misalkan menyinggung soal-soal sensitif Ras, Agama, Suku.
Baca Juga: Suriah Jatuh
Budaya ini merupakan bentuk hukuman sosial bagi orang-orang terkenal yang bertindak tidak layak didepan umum. Budaya yang bermula dari Amerika Serikat itu dampaknya memang sudah terlihat dibeberapa negara.
Tulisan saya itu ternyata terlihat buktinya pada kejadian baru-baru ini dimana seorang anggota DPR Yang Terhormat dari fraksi PDI-P bernama Arteria Dahlan dalam rapat dengan Kejaksaan Agung meminta seorang Kepala Kejaksaan Tinggi di Jawa Barat di pecat karena dalam rapat dia menggunakan bahasa Sunda.
Anggota Dewan yang masih muda yang sering berkata dengan nada tinggi ini tak ayal menerima banyak kritikan dari publik utamanya masyarakat Sunda. Misalkan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, mantan Menterti Susi Pujiastuti, beberapa anggota DPR dari fraksi PDI-P sendiri, budayawan Sunda, penyanyi dan akademisi dari perguruan tinggi di Bandung.
Mereka menganggap pernyataan anggota DPR muda ini menghina suku Sunda, tidak pas di ucapkan oleh seorang anggota parlemen, menafikan soal kebinekaan di Nusantara ini dsb. Beberapa diantaranya mengataka bahwa tidak ada hubungannya seorang berbahasa daerah dengan usulannya memecat Kajati itu.
Para tokoh masyarakat itu meminta Arteria Dahlan untuk meminta maaf pada masyarakat Sunda atau Jawa Barat; bahkan ada yang meminta pimpinan PDIP memecat anggotanya yang menjadi wakil rakyat ini. Bahkan ada yang berpendapat bahwa orang Sunda tidak akan memilih partai itu pada pemilihan umum serta melaporkan Arteria Dahlan ke polisi.
CC - atau bentuk hukuman sosial itu kemudian terjadi, dibeberapa sudut kota Bandung ada poster yang berbunyi Arteria Dahlan Musuh Orang Sunda; di berbagai tautan sosial media juga muncul banyak kritikan, kemarahan dan sebagainya terhadap yang bersangkutan.
Baca Juga: Lagi-Lagi Soal Komunikasi
Kritikan para tokoh Jawa Barat di atas juga merupakan bola salju yang menggelinding mengarah pada tindakan CC. Berita terakhir menyebutkan bahwa PDI-P sudah mengeluarkan teguran resmi pada Arteria Dahlan dan yang bersangkutan juga sudah meminta maaf kepada masyarakat Sunda. Bahkan Dahlan telah meminta maaf kepada masyarakat Jawa Barat, utamanya Sunda, secara terbuka.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Dampak dari CC untuk masalah Arteria Dahlan ini memang belum ada yang menghitung seberapa besar pengaruh negatif nya kepada dia atau kepada partainya yaitu PDI-P. Apakah kasus ini berpengaruh terhadap tradisional voters di Jawa Barat atau apakah kasus ini dipakai sebagai peluru bagi para opposannya PDI-P untuk menembaknya. Perlu ada survey khusus soal ini.
Namun harus disadari meskipun Arteria Dahlan sudah minta maaf, namun the damage is already done atau kerusakaan sudah terjadi sehingga PDI-P perlu memiliki damage control management atau manajemen bagaiman menyembuhkan kerusakan yang sudah dibuat anggotanya; kalau tidak maka popularitas partai bisa turun.
Sehubungan dengan kejadian itu, para politisi (dan partainya) perlu memperhatikan perubahan sosial yang sedang terjadi, seperti variabel CC itu. Meskipun kita percaya bahwa politisi dan partainya banyak memiliki ahli yang sudah memonitor dan menganalisa perubahan sosial.
Baca Juga: Kita Harus Paham DNA Media Barat
Hanya saja kalau kita minta mereka belajar perubahan-perubahaan sosial yang terjadi, maka itu seperti mengajari bebek berenang karena sekali lagi mereka adalah orang-orang yang ahli melihat perubahan. Namun kejadian Arteria Dahlan seakan menjadi wake up call bahwa mereka kecolongan karena ada anggotanya yang tidak menyadari dampak sosial yang luas akibat tindakannya yang menyinggung perasaan masyarakat suatu suku.
Di atas itu semua, kejadian ini menjadi Lesson Learned atau pelajaran bagi semua pihak untuk berhati-hati dalam mengeluarkan pendapat ditengah-tengah masyarakat yang majemuk ini.
Editor : Pahlevi