Optika.id - Semburan Lumpur Porong, di Sidoarjo, Jawa Timur yang menyembur sejak 16 tahun silam ternyata mengandung 'harta karun' berupa sumber energi mineral logam tanah jarang atau rare earth element (LTJ), berupa mineral yang langka ditemukan.
Salah satu kandungan langka yang ada di Lumpur Lapindo adalah mineral-mineral yang termasuk kategori mineral kritis atau raw critical material (CRM), yaitu Litium (Li) dan Stronsium (Sr)yaitu Lithium. Mineral ini jumlahnya terbatas di alam, bernilai ekonomis tinggi.
Baca Juga: ITS dan Pemkot Surabaya Bersinergi Bangun Pabrik AMDK HE2O
Logam tanah jarang memiliki banyak manfaat dan bisa digunakan sebagai bahan baku dari berbagai peralatan yang membutuhkan teknologi modern saat ini. Antara lain sebagai bahan baku untuk baterai, telepon seluler, komputer, industri elektronika seperti Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). Lalu, bisa juga untuk bahan baku industri pertahanan hingga kendaraan listrik.
Mengutip tradingeconomics, harga mineral kritis neodymium saja di pasar pada hari ini, tercatat sekitar 770.927 yuan China (CNY) per ton atau setara Rp 1,71 miliar per ton (asumsi Rp 2.221 per CNY).
Pada Oktober 2020 harganya hanya sekitar CNY 423.810 atau sekitar Rp 941 juta per ton. Harga neodymium ini terlihat meningkat sejak awal 2021 di mana pada awal tahun harga berada di kisaran CNY 620.551 atau sekitar Rp 1,38 miliar per ton.
Pakar Geologi ITS, Dr Amien Widodo mengatakan tahun lalu, Tim terpadu riset mandiri (TTRM) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya pernah memaparkan kepada Badan Geologi Kementerian ESDM tentang kandungan lithium dalam lumpur Lapindo.
"Jadi Badan Geologi, kita sudah undang ke ITS April 2021, kita sudah mempresentasikan ini berulang-ulang sebelum akhirnya diumumkan," kata Amien, dalam keterangannya, Senin (24/1/2022).
Amien menyebut penelitian yang dilakukan Badan Geologi dan ITS berbeda, Pihaknya lebih ke lithium. Jika Badan Geologi menemukan rare earth atau logam tanah jarang (LTJ).
Kendati demikian, Amien mengatakan penelitian kandungan lumpur Sidoarjo ini masih awal. Dia menyebut belum dilakukan penelitian lanjutan soal kandungan lithium.
Baca Juga: ITS Buka Fakultas Kedokteran Berbasis Teknologi
Humas Badan Geologi menyebut, potensi kandungan mineral dalam lumpur Lapindo ini secara keekonomiannya masih dalam tahap penyelidikan umum, sehingga perlu penyelidikan lebih lanjut agar data bisa lebih aktual.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
"Kandungan Litium di lumpur Lapindo memiliki kadar 99,26-280,46 ppm, dan Stronsium dengan kadar 255,44 - 650,49 ppm. Potensi Mineral Ekonomis masih dalam tahap penyelidikan umum, sehingga data belum akurat karena secara umum masih menggunakan hasil penyelidikan tahap awal," tulis keterangan resmi Tim Humas Badan Geologi, Minggu (23/1/2022).
Nantinya, studi karakterisasi dan ekstraksi Litium serta Stronsium di lumpur Lapindo akan dilakukan Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara (Puslitbang tekMIRA), sebuah unit kerja di bawah Kementerian ESDM.
Temuan Litium dan Stronsium pada lokasi lumpur Lapindo baru berasal dari area tertentu. Kawasan yang menjadi sumber temuan ini memiliki kedalaman 5 meter. Bukan tidak mungkin, temuan lanjutan terkait 'harta karun' di bawah lumpur Lapindo akan bertambah nantinya.
Baca Juga: Akreditasi Internasional Diraih Puluhan Prodi ITS
"Perlu dilakukan penyelidikan yang lebih terperinci untuk mendapatkan data yang lebih detail dan pasti terkait jumlah sumber daya Litium dan Stronsium pada kandungan lumpur Sidoarjo," ujarnya.
Reporter: Jenik Mauliddina
Editor: Amrizal
Editor : Pahlevi