Optika.id. Madiun. Monumen Kresek adalah monumen sejarah tentang kekejaman PKI (Partai Komunisme Indonesia) 1948 terhadap masyarakat Madiun. PKI dalam monumen itu digambarkan membunuh anggota TNI (Tentara Nasional Indonesia), Polri (Polisi Republik Indonesia), kyai, santri, pamong praja, dan anak-anak.
Monumen Kresek adalah monumen sejarah yang dibangun sebagai peninggalan dan sebagai saksi atas peristiwa pemberontakan PKI 1948 di Madiun. Lokasi monumen sejarah itu berada di 8 km ke arah Timur Kota Madiun, di Desa Kresek, Kecamatan Wungu, Kabupaten Madiun, Jawa Timur. Monumen itu berada dalam bangunan dan tanah seluas 3,3 hektar.
Baca Juga: Tahukah Kamu? Ada 2 Wali Kota Surabaya yang Lenyap Karena Dituduh PKI
Monumen Kresek saat ini menjadi kunjungan wisata masyarakat Madiun dan luar Kabupaten Madiun. Selalu ramai dikunjungi masyarakat. mereka ingin tahu bagaimana peristiwa kekejaman PKI 1948 di Madiun juga berwisata bersama keluarga dan atau kelompok masyarakat lainnya. Setiap hari banyak yang berkunjung, utamanya hari Sabtu dan Ahad.
Ya di situ peristiwa G 30 S/PKI, kata seorang ibu, Bu Mamik, yang sedang menyaksikan patung beberapa orang rebah di atas sumur kepada Optika.id, Senin, 7/2/2022. Memang banyak pengunjung belum bisa membedakan peristiwa PKI 1948 di Madiun dengan G 30 S/PKI di Jakarta. Beberapa orang awam itu dikiranya sama peristiwa 1948 di Madiun dan 1965 di Jakarta. Tampaknya G 30S/PKI 1965 lebih popular.
Mereka dibunuh dan dimasukkan sumur itu, kata Bu Mamik tadi diantara gerombolan orang yang sedang wisata. Rata-rata pengunjung melihat satu persatu adegan patung dan petilasan kekejaman PKI itu. Baik emak-emak maupun bapak-bapak selalu berhenti di depan beberapa patung dalam monumen itu, tetapi tidak ada pemandu wisata yang menjelaskan peristiwa tersebut. Akibatnya pengunjung dijelaskan oleh kepala rombongan mereka sendiri. Akibatnya informasi tentang peristiwa PKI Madiun itu banyak yang bias.
Banyak yang kurang faham peristiwa PKI 1948 di desa Kresek itu, meskipun orang daerah Madiun itu sendiri. Karena itu Pemerintah Kabupaten Madiun sebaiknya menyediakan pemandu wisata monumen bersejarah itu. Hal itu diperlukan agar nilai kelam sejarah Madiun itu tersosialisasi kepada masyarakat. Mereka yang berkunjung ke monumen itu diharapkan bisa mendapatkan nilai sejarah dan sekaligus wiasata alam yang nyaman.
Ada Patung Muso
Monumen Kresek dibangun tahun 1987 dan diresmikan pada tanggal 10 Juni 1991 oleh Gubernur Jawa Timur, Soelarso. Bangunan patung paling atas yang berada di area Monumen Kresek, menggambarkan patung Muso, pemimpin pemberontakan PKI, sedang membawa pedang yang ingin memenggal kepala kyai Husen. Kyai Husen adalah seorang kyai yang disegani masyarakat Madiun. Kyai Husen saat itu sebagai anggota DPRD (Dewan Perwakilan Rakyat Daerah) Madiun tahun 1948.
Sebelah selatan dekat pintu masuk terdapat prasasti batu ukiran nama-nama prajurit TNI (Tentara Nasional Indonesia), Polri (Polisi Republik Indonesia), Pamong Praja, Tokoh Masyarakat dan Guru yang gugur dalam pertempuran melawan PKI di Desa Kresek maupun karena dibantai oleh PKI. Di
Baca Juga: Dikenal Sebagai Pemimpin Partai Komunis, Sisi Lain D.N Aidit Seorang Taat Islam dan Muazin
Depan prasasti ukiran nama-nama korban juga terdapat sumur tempat pembuangan korban keganasan PKI yang telah ditutup dan dibuat relief korban-korban di atasnya. Kolonel Marhadi adalah prajurit TNI berpangkat tertinggi yang gugur dalam pertempuran Desa Kresek, namanya lalu diabadikan menjadi salah satu nama jalan di Kota Madiun dan didirikan pula patungnya di Alun-Alun Kota Madiun sebagai bentuk penghormatan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Yang dibunuh di Kresek terdapat nama dan tokoh masyarakat Madiun. Baik tantara, polisi, ulama, guru, pejabat birokrasi, dan wartawan dihabisi oleh PKI. Nama-nama itu adalah Kolonel Marhadi, Letnan Kolonel Wiyono, Inspektur Polisi Suparbak, Mayor Istiklah, R.M Sardjono (Patih Madiun), Kyai Husen (anggota DPRD Kabupaten Madiun), Muhamad (Pegawai Dinas Kesehatan), Abdul Rohman (Asisten Wedono Jiman), Sosro Diprojo (staf Pabrik Gula Rejo Agung), Suharto (guru Sekolah Pertanian), Sapirin (guru), Supardi (wartawan), Sukardi (tokoh masyarakat), K.H Sidiq, R. Charis Bagio (Wedono Kanggoro), KH. Barokah Fachruddin (ulama), dan Maidi Martodisomo (agen polisi)
Pendopo yang berada di area Monumen Kresek itu sebenarnya bekas rumah warga yang dijadikan markas PKI sebagai ajang pembantaian para korban keganasan PKI. Di sebelah barat bangunan patung Muso terdapat bangunan relief yang menggambarkan proses pemberontakan yang dilakukan oleh PKI sekaligus penumpasannya, penumpasan PKI dilakukan oleh divisi Siliwangi dipimpin oleh Kolonel Sadikin dan divisi Jawa Timur di pimpin oleh Kolonel Sungkono.
Di sebelah Timur, di bawah Patung Muso, ada patung anak-anak korban PKI yang menuntut bela kepada pemerintah RI agar menumpas kegiatan PKI di Madiun. Undak-undak masuk monumen masing-masing berjumlah 17, berjumlah 8 dan berjumlah 45 menunjukkan tanggal 17-8-1945 sebagai hari kemerdekaan RI.
Ketika memasuki pintu monumen, nampak patung besar yang terdiri dari dua orang yang satu posisi memenggal dan yang satunya duduk seolah posisi siap dipenggal. Konon patung itu menggambarkan Muso yang sedang memenggal Kyai Husein. Untuk mencapai patung pemenggalan itu, harus melalui tangga yang berjumlah 17-9 dan 45 yang menyimbolkan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Sesampai di puncak monumen terdapat relief keganasan PKI saat itu.
Baca Juga: Jelang Satu Abad PSHT, 13 Titik di Madiun Dijagat Ketat
Tulisan Aribowo
Editor Amrizal Ananda Pahlevi
Editor : Pahlevi