Membangun Komitmen Berjamaah dan Kebersamaan

author optikaid

- Pewarta

Rabu, 09 Feb 2022 03:48 WIB

Membangun Komitmen Berjamaah dan Kebersamaan

i

Membangun Komitmen Berjamaah dan Kebersamaan

[caption id="attachment_15527" align="alignnone" width="168"] Mahsun Djayadi[/caption]

Membangun sebuah komitmen dalam kebersamaan, bukanlah hal mudah, tetapi bukanlah sesuatu yang mustahil.  Dalam sebuah gerakan atau organisasi (baik Organisasi keagamaan, maupun Organisasi Politik) tentunya ada aturan main yang harus ditaati bersama, dan lahan perjuangan yang juga harus difahami benar. Sebab jika tidak maka yang sering kali terjadi adalah kekecewaan, kerugian, dan bahkan kemungkinan munculnya kebencian. Dari sinilah pentingnya pembinaan jamaah.

Baca Juga: Muhammad Ibn Abdullah dan Kebangkitan Arab-Islam

Dalam sebuah komunitas, jamaah merupakan inti terpenting, yang di dalamnya terdiri dari pribadi atau personil, dan masing-masing personil itu berbeda karakternya. Menyatukan karakter tidaklah mungkin bisa dilakukan, tetapi mengkomunikasikan di antara karakter yang berbeda adalah suatu yang sangat mungkin dan bisa terjadi.

Jamaah, secara harfiyah merupakan kumpulan orang atau komunitas yang memiliki kesamaan-kesamaan terstruktur.  Jamaah, terbangun oleh kesamaan cita-cita, kesamaan pola pikir, kesamaan usaha untuk mencapai tujuan, dan kesamaan kebutuhan adanya pimpinan, serta kesamaan pentingnya aturan main dalam kehidupan. Secara istilahiy, Jamaah  adalah sekumpulan orang (baik jamaatul Abdaan / fisik, maupun jamaatul Adyaan / agama), yang terikat oleh aturan-aturan agama Islam berdasar Al-Quran dan Sunnah, memiliki komitmen ketaatan kepada pemimpinnya, serta bekerjasama dalam aktifitas dunyawiyah maupun ukhrowiyyah, untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. 

Langkah-langkah Membangun Jamaah :

Berdasar pengertian jamaah yang tersebut di atas, maka bagi setiap muslim wajib membangun sebuah jamaah. Dalam istilah lain disebut Ummah atau umat, sebagaimana tersebut dalam QS. Ali Imron ayat 104. Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan dalam membangun jamaah atau umat (Takwin al-Ummah), adalah sebagai berikut:

Al-Ittishal (kontak antar individu).

Karena salah satu indicator hidup berjamaah adalah adanya kontak antara satu individu dengan individu lainnya, maka setiap umat Islam wajib melakukan kontak atau menyambung komunikasi dengan sesama individu yang ada di dalam jamaah atau komunitas tersebut. Al-Ittishal (kontak individual) ini merupakan entri point atau titik masuk bagi setiap individu untuk melakukan komunikasi lebih lanjut, yakni pengenalan lebih dalam terhadap individu dalam jamaah itu.

Attaaruf (saling mengenali). Tindak lanjut dari tahap kontak individual adalah saling mengenali. Bahwa membangun sebuah jamaah atau komunitas tidak cukup dengan data-data diri secara administrative saja. Tetapi antar individu itu harus saling mengenali masing-masing, baik pengenalan secara formalitas (nama, alamat, no telp yang bisa dihubungi, dll), maupun yang lebih detail yakni mengenali pemikirannya, karakternya, cara bicaranya, cara merespon perbedaan pendapat, dan seterusnya.

Isyarat Attaaruf ini dijelaskan dalam al-Quran Surat al-Hujurat ayat 13 :

Baca Juga: Charles Martel, Membendung Ekspansi Islam ke Eropa Barat

 

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (Qs. al-Hujurat: 13)

Pada ayat di atas jelas melarang untuk berbangga diri dengan menggunakan nasab, maka maksud dari ayat dari seorang laki-laki dan seorang perempuan adalah Adam dan Hawa maknanya adalah Kami menciptakan kalian dari ayah dan ibu yang sama tanpa ada perbedaan antara yang berkulit putih dan hitam serta yang Arab dan non-Arab dan Kami jadikan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku bukan untuk saling memuliakan diri kepada yang lainnya tapi agar kalian saling mengenal dan dengan begitu sempurnalah urusan sosial kalian dan hubungan kalian menjadi baik.

At-Taaruf Jasadiyyan.

Pengenalan secara fisik, ini merupakan langkah awal. Mengetahui nama pribadi, nama panggilan, alamat rumah, nomor telephon yang bisa dihubungi, berasal dari daerah mana, pernah punya kenalan dengan tokoh-tokoh nasional siapa, dan lain sebagainya. Ini penting sebagai entri poin (titik masuk) menuju tahap berikutnya. Pengenalan secara personal jasadiyyan ini merupakan tindak lanjut dari kontak personal (al-Ittishal).

At-Taaruf Fikriyyan.

Pengenalan yang lebih dalam dilakukan secara Fikriyyan, yakni mengenali cara berfikirnya, karakternya, cara merespon ketika terjadi perbedaan pendapat, mengenali sifat-sifat dan kepribadiannya, di mana belajar agamanya, kepada siapa saja dia belajar agama, dll. Dengan mengetahui dan mengenali watak dan karakter utama seseorang maka kita dengan mudah bisa menyiapkan strategi pendekatan atau melayani pembicaraan dengan seseorang tersebut. Menghadapi seorang yang temperamental tentu tidak sama dengan ketika menghadapi seorang yang tingkat emosionalnya stabil. Menghadapi seorang yang kasar tentu tidak sama dengan ketika menghadapi seorang yang lemah lembut. Menghadapi seorang dengan tingkat intelektual yang tinggi tentu tidak sama dengan ketika menghadapi seorang yang tingkat intelektualnya rendah. begitu seterusnya.

Baca Juga: Politik Stigma Belanda: Tarekat dan Stigma Gila

At-Taaruf Qolbiyyan.

Pengenalan secara qolbiyyah (dari hati ke hati), merupakan bentuk pengenalan yang lebih dalam dibandingkan dua pengenalan sebelumnya. At-Taaruf Qalbiyyan adalah pengenalan Dari hati ke hati. Seseorang bisa mengenali orang lain melalui kontak kesamaan suara bathin. Hal ini bisa terjadi jika seseorang telah mengenali seseorang yang lain secara lebih dekat dan lebih akrab. Kedekatan dan keakraban terjadi sedemikian rupa sehingga mereka sudah merasa senasib sepenanggungan, seiman seaqidah, sama rasa sama rata, satu hati satu perasaan, saling percaya, saling menjamin, saling bisa memberi dan menerima, dst. Pengenalan pada tingakat ini hanya membutuhkan isyarat-isyarat tertentu, yang bagi seseorang  atau lainnya sudahlah cukup punya arti dan kaya makna.

Attafaahum, (saling memahami). Sikap saling memahami ini sangat diperlukan dalam kehidupan berjamaah. Sebab secara fitrah manusia ini sebagai makhluq sosial memiliki kecenderungan berbeda pemikirannya, karakternya, temperamennya, pemahamannya terhadap ajaran Islam, juga memiliki perbeaan adat istiadat. Jika perbedaan itu tidak dikelola dengan baik maka yang terjadi adalah sikap ananiyyah, mau menang sendiri, emosional, saling curiga, saling menjatuhkan, dan saling menistakan.

Tetapi jika perbedaan itu mampu dikelola dengan baik maka yang terjadi adalah saling memahami, saling menghormati, saling memberi masukan secara santun, dan tidak saling menfitnah. 

Editor : Pahlevi

Tag :

BERITA TERBARU