MONOLOG – DEGEUL

author optikaid

- Pewarta

Jumat, 11 Feb 2022 02:32 WIB

MONOLOG – DEGEUL

i

MONOLOG – DEGEUL

Karya: Adnan Guntur

pagi hari, selalu menerka-nerka apa yang akan terjadi selanjutnya. Daun-daun jatuh, angin membawanya, diatas muka atau rambut bergelombang membawahi kita.
Kita sama-sama turun dari matahari, bulan, ataupun langit. Kita keluar dari dalam tanah. Kita mengembalikan diri ke dalam tanah. Dikubur. Dibakar.
Siang hari, langit-langit hidup di mata kita. Hujan atau terik cahaya lampu, sedikit melampaui kulit kita yang hijau. Kita sama-sama kebingungan diantara dunia yang semakin kacau.
Sore hingga malam hari, lampu-lampur kerlip dimakan bayang-bayang. Matahari berada dipuncak jantung Kita. Laut memakannya. Hutan menelannya. Kita bersama manusia, manusia bersama kita. Kita adalah degeul.

LAMPU DIKIT DEMI SEDIKIT MENERANGI PANGGUNG. SUARA MUSIK RIUH. PAYUNG-PAYUNG BERGELANTUNGAN. LAMPU KERLAP-KERLIP. SESEORANG BERADA DI ATAS PANGGUNG--MEMBUKA TIRAINYA.

Haihhhh, saya ini selalu bingung. Bagaimana mungkin, ada, seorang manusia senang membawakan dirinya menjadi orang lain. Di hadapan manusia lainnya, ia senang membawakan dirinya dengan dada yang membusung dan kakinya yang ongkang-angking. Mengenalkan dirinya sebagai "LORD OF THE LORD" begitu dan seterusnya. Satu demi satu manusia ini, akan senang, bila ia dapat dengan bangga, menampilkan dirinya terlalu berlebihan.
Memang ada-ada saja si degeul satu ini, bukannya bermain dengan benar, ia dengan enak- enaknya menaikkan dagunya dengan lapang. Ia mungkin mengira, Orang-orang yang mendengarnya akan memuja kedua kakinya seraya berkata WOW, YEAH, YAHUD, PANCEN OYE. Ealah, picek-picek. Sini, aku kasih tau pada orang itu, bahwa sann.. San.. Nyo.. San.. Nyee.. San.. Sannn..

(MELIHAT KE ARAH PENONTON)

Loh.. Lohh.. Heeee. Haih, saudara setanah air yang kucinta ini, bagaimana kabarnya? Sehat? Baik-baik saja? Saya harap tidak. Kenapa?(SEPERTI MENDENGAR JAWABAN LALU SEPERTI MENJAWAB) iya? Heem? Oiya, tentu jelas. Karena kita tidak sedang baik-baik saja.
Akan saya jelaskan, kepada saudara setanah air yang kucinta ini, tapi sebelum itu saya akan menyanyikan lagu kebangsaan kita.
Musik? Oke. Siap.

(SESEORANG INI BERNYANYI)

Anggur merah, anggurnya para remaja.

Yang selalu merasa gagah, walau tak mau mengalah... Ah.. Ah.. Ah.. Cinderellaaaa.

Loh, kok jadi Cinderella. Musiknya tidak benar ini, tidak benar. Benar-benar tidak benar. Bagaimana mungkin, musik pengiring yang seharusnya mengiringi malah jadi mimpin lagu sendiri. Seharusnya, mengikuti penyanyi. Begitu bukan? Haih, pemusik sekarang ini ada-ada saja. Seharusnya cukup jadi pengiring, gak usah ikut-ikut. Apalagi penulis lagunya, siapa ini? Tidak ber-pe-ri-cin-de-re-la-an. Bagaimana mungkin cinderela meminum anggur merah, akan berbahaya jika ia meminum anggur merah dan menjadi pecandu. Cinderella tidak akan diceritakan secara turun-menurun sebagai seseorang yang anggun, dan mungkin saja saat ia tidak akan bertemu peri dan pangeran karena ia adalah orang yang nakal. Sebagai seorang Cinderella, ia harus menjadi baik dan tersiksa. Benar harus tersiksa. Jika tidak tersiksa mana mungkin jadi pemeran utama dalam cerita.
Pemeran utama, dalam sebuah cerita. Tidak pernah ada yang tidak disiksa. Jikapun tidak tersiksa, dia mempunyai riwayat kehidupan yang malang. Ya, bagaiamanapun, di negeri ini, kita dapat dengan melihat, atau bahkan diri kita sendiri, jangan-jangan, kita adalah pemeran utama dalam cerita.
NGAWUR.

(Terdorong Jatuh) Loh, saya ini berbicara yang sesungguhnya. Kok, saya di represi. Biarpun, yang berada diatas sana membuat kebijakan, toh yang berada dibawah dan pinggiran seperti saya-saya ini, seharusnya mendapatkan tempat yang sangat luas-leluasa.
NGAWUR.

Haih, kau ini ya, tidak seperti itu. Kita ini ya, si degeul-degeul ini (berbicara kepada penonton atau bahkan dirinya sendiri) mendapatkan setidaknya, dari apa yang mereka kerjakan.
Pendidikan, transportasi,jalan raya, mall, gedung-gedung, hingga kesehatan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

NGAWUR.

Hilih, tidak ada yg namanya seperti itu. Toh, saya sakit, datang ke puskesmas, harus tetap bayar. Saya belajar juga dari tong sampah, masuk mall saja saya diusir. Transportasi?saya sering diasingkan. Halahh, tidak ada yg namanya seperti itu
KEMBALI TERSADAR.

Ah,sodara-sodara setanah air yang kucinta ini. Mohon maaf, sebelumnya. Saya haus. Saya butuh air, untuk melegakan tenggorokan. Nah, ini dia favorit saya. Anggur merah.
Anggurnya para remaja. Minuman seperti ini, sering hadir di mana pun, dan kapanpun. Anggur ini, bisa merekatkan mulai dari yang muda hingga yang tua.
Mungkin dimasa kemerdekaan dulu, tidak ada anggur merah, sehingga ada perbedaan pendapat dari golongan orang tua dan muda yang ingin segela memproklamirkan kemerdekaan. Ha ha ha ha.
Mohon maaf sodara sekalian, maklum, saya sangat haus sekali. Dari 17 Agustusan kemarin, hingga sekarang ini, saya selalu mendapatkan job manggung. Tidak tanggung-tanggung, dalam seminggu, saya mendapatkan Job-- setidaknya hingga 7x. Bayangkan? Silahkan bayangkan! Ramai bukan? (TERTAWA)
Saya meramaikan panggung dengan suara saya yang sangat aduhai. Dengan keaduhaian itulah, saya meramaikannya.dan tidak dengan itu saja, selain bernyanyi saya juga bermain sulap. Ya bermain sulap. Ketangkasan tangan, dan kecepatan, menipu penonton untuk menghibur. Kombinasi yang sempurna.
Namun orang-orang disana itu sering berkata seperti ini:

Halah, kau ini, memang seperti tidak ada kerjaan saja. Jika mau jadi biduan ya biduan. Sulap ya sulap. Bagaiamana mungkin, seseorang bisa memerankan segalanya dalam satu waktu. Di negara kita ini, mana ada yang baik dalam melakukan berbagai macam hal secara bersamaan? Yang ada? Kau bisa lihat sendiri, itu siapa ya.. Namanya, lu.. Lu.. Luhh.. (BERSIN-BERSIN KARENA SEDANG FLU) LHHUPA saya. Nah, intinya. Sebagai orang itu harus pintar dan kompeten mengerjakan satu hal. Jika sudah selesai tugasnya, baru mengerjakan hal lainnya. Seperti mengais air dengan jari terbuka saja. Tidak ada yang tertangkap. Begitu.

(MENGGARUK PANTAT. SEMAKIN GATAL. IA MEMAKAN ANGGUR. LALU MEMINUM AIR CAP ANGGUR. SAMBIL BERBICARA IA MAKAN DAN MINUM ANGGUR)

Haih, Orang-orang ini memang sukanya kritik-kritik saja. Di zaman ini, bisa melakukan banyak hal itu seperti suatu kesalahan. Memangnya kenapa jika bisa melakukan banyak hal? Tentu hal bagus toh? Seseorang itu harus banyak hal yang dikuasi, bahasa jawanya tuh Multitelen. Nah, iya multitelen.
Ohh iya, saya lupa, tadi saya hendak bercerita tentang hal yang tidak baik-baik saja bukan? Maaf, saya lupa, sebentar lagi waktunya saya manggung. Apalagi tahun sudah berganti.
Seperti anggur ini, pergantian tahun begitu memusingkan dan meledak-ledak di dalam perut saya. Sebab saya walau sering mendapatkan job manggung, tetap saja kesusahan. Jadi, saudara setanah air yang kucinta ini, silahkan menafsirkan sendiri ketidak baik-baik saja kalian ya. Babaiii.
Anggur merah, anggurnya para remaja.

Yang selalu merasa gagah, walau tak mau mengalah... Ah.. Ah.. Ah..

SILUET WARNA PUTIH MELEBAR. PAYUNG DIMAINKAN. IA BERJOGED DENGAN RITME YANG TIDAK KARUAN. MUSIK SEMAKIN KACAU. LAMPU DIMATIKAN.

Editor : Pahlevi

Tag :

BERITA TERBARU