Optika.id - Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) membantah tuduhan menimbun minyak goreng. Ketua Umum Aprindo Roy N Mandey mengatakan kelangkaan minyak goreng terjadi, lantaran pasokan minyak goreng dari produsen dan distributor yang memang belum optimal.
Optika.id pun berupaya mencari minyak goreng Rp 14.000 per liter di beberapa minimarket, baik di Alfamart, Indomaret dan Superindo. Tetapi yang ditemui hanyalah pepesan kosong belaka. "Tidak ada mas minyak goreng kosong, kita masih nunggu kiriman," ujar kasir Indomaret di Kecamatan Waru, Sidoarjo yang ditemui Optika.id, Jumat (11/2/2022).
Baca Juga: 'Minyak Makan Merah' Bakal Diproduksi Januari 2023, Katanya Bakal Lebih Murah
"Kosong mas, habis belum datang," kata kasir Superindo di Surabaya pada Optika.id.
Mau tidak mau, akhirnya Optika.id membeli minyak goreng di toko kelontong seharga Rp 17.000 per liter dengan merk lokal. Untuk merk terkenal seperti Bimoli harganya masih di kisaran Rp 38.000 per dua liter.
Roy melanjutkan, menurunnya animo masyarakat untuk membeli minyak goreng lebih besar. Karena harga yang terjangkau, sesuai program pemerintah untuk menstabilkan harga.
"Bagaimana mungkin dan tidak masuk di akal sehat, ketika saat ini kita sendiri masih belum terpenuhi pasokan berdasar purchasing order (PO) kepada distributor minyak goreng kepada gerai gerai kami dan selalu langsung habis di beli oleh konsumen dalam waktu 2-3 jam sejak gerai dibuka, dengan demikian dari mana lagi stok nya untuk menjual ke pasar rakyat" kata Roy dalam keterangannya, Jumat (11/2/2022).
Dia menjelaskan tidak ada urgensi atau kepentingan ritel modern harus menahan stok minyak goreng di gudang. Mengingat gudang peritel sangat terbatas, karena berisikan berbagai macam barang.
Roy mengatakan model bisnis ritel modern adalah pengecer (retailer) yang langsung menjual produk ke end user atau konsumen akhir sehingga tidak akan mungkin menjual barang-barangnya kepada agen atau pihak lain lagi.
"Kami menyayangkan berita dan sangkaan bahwa ritel modern menghambat penyaluran minyak goreng kepada masyarakat, disaat kami mendukung sepenuhnya dan membantu pemerintah untuk mendistribusikan minyak goreng secara merata, terjangkau dan fair, kepada masyarakat" jelas Roy.
Pada prinsip dasar operasional ritel adalah produk yang dikirimkan dari produsen dan distributor ke gudang peritel, maka akan langsung distribusikan ke gerai dan langsung dijual kepada masyarakat.
Baca Juga: Kejagung Segera Sidangkan Kasus Korupsi Ekspor CPO Minyak Goreng
"Bukan hanya minyak goreng, tapi semua dan berbagai produk yang ada di gerai juga seperti itu. Perlu pula diinformasikan, bahwa tidak semua gerai yang berada di luar pasar tradisional / rakyat adalah ritel modern, ada warung atau toko tradisional, toko agen, toko grosir dst yang bukan format ritel modern dan yang bukan anggota ritel modern Aprindo," tukasnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Diketahui, Ombudsman Republik Indonesia (RI) mengungkap temuan di balik langkanya stok minyak goreng. Temuan ombudsman di antaranya penimbunan, pengalihan, dan panic buying.
Anggota Ombudsman RI, Yeka Hendra Fatika mengatakan, ketiga temuan itu berdasarkan hasil pengumpulan data informasi dari Ombudsman di 34 provinsi.
"Pertama penimbunan, saya harap Satgas Pangan bereaksi cepat, jika ketegasan diberikan begitu Satgas Pangan tegas, upaya penimbunan bisa selesaikan," katanya dalam dialog daring bertajuk Menjamin Ketersediaan Minyak Goreng, Selasa (8/2/2022).
Kedua, masalah pengalihan. Ia mengungkap ada oknum dari pasar modern yang menjual stok ke pasar tradisional. Harganya pun lebih tinggi dari HET.
Baca Juga: Kasus Minyak Goreng Langka, KPPU Tingkatkan Pemberkasan 27 Perusahaan Nakal
"Jadi kenapa barang di pasar modern (minimarket-supermarket) itu langka karena ada oknum yang menawarkan ke pasar tradisional. Pengalihan stok dari pasar modern itu dengan menjual ke pasar tradisional dengan harga Rp 15.000 misalnya," jelasnya.
Reporter: Pahlevi
Editor: Aribowo
Editor : Pahlevi